Sabtu, 09 Agustus 2014

FF Bad Life - part 5



Author :  JewelAMD
Tittle    :  Bad Life Part 5
Genre  :  Romance, angst, family
Cast     :     - Han Min Rin
-          Cho Kyuhyun
-          Park Jung Soo
-          And other cast      
Rating : PG15
Length: Chapter
  Annyeong, mungkin banyak typo yang bertebaran karena males buat ngecek ulang, hehe. Selamat membaca ya part lima yang keluarnya lama banget. ^^


__________________________________
Cinta memang bukanlah sesuatu yang buta, tapi seseorang yang memilikinyalah yang membuatnya terlihat buta.


***

            Mungkin semuanya sudah berakhir, mungkin tak akan pernah ada kisah tentang mereka lagi setelah apa yang Kyuhyun katakan di pantai, tapi ternyata masih banyak yang tersisa, masih banyak yang terpendam, masih banyak yang harus dilanjutkan.
            Tiga hari akan terasa lama jika kau merasa bosan, tapi gadis itu tak merasakan bosan ataupun kebahagiaan. Dia hanya sembunyi di balik selimut lalu membiarkan waktu berlalu begitu saja, tak peduli apakah hari sudah berganti, tak peduli apa yang telah terjadi di luar sana, dia merasa hanya harus bersembunyi. Badannya menggigil meskipun dia tak merasakan dingin, dia takut Kyuhyun akan membuangnya setelah ini. Pasti. Dari dulu selalu sama, bukan? Dia hanya cadangan dan Chosung adalah pilihan utama. Otaknya mengatakan jika dia terlalu bodoh untuk masih merasa takut akan apa yang sudah dia yakini sejak lama. Tujuh tahun, bahkan itu bukanlah waktu yang singkat untuk hidup dalam bayangan dengan luka yang terasa seolah ditusuk tiap detik, bukan, itu bukanlah waktu yang singkat untuk sadar jika Chosung adalah hal utama dan dia akan menjadi buih disetiap kehadirannya, dia sadar dan  sudah beratus kali menggigil karena rasa takut itu. Tapi kenapa waktu tiga tahun ini justru membuat dirinya lupa? Kepergian Chosung membuatnya terlena dalam kehidupan romantisme, membuat dirinya lupa akan bagaimana rasanya menggigil karena saat itu dia selalu sadar seberapa Kyuhyun menyakitinya, pada akhirnya dia akan kembali. Tapi sekarang, jika dia pergi bersama Chosung, bagaimana caranya dia akan kembali?  Justru sepertinya itu tak akan mungkin. Min Rin menyadarinya, tapi hatinya menolak untuk percaya.
Seseorang membuka pintu kamarnya dan entah kenapa dia tak berharap itu Kyuhyun.  Lelaki itu mungkin terlalu dalam tertelan bumi hingga lupa caranya untuk kembali, kemudian kabar buruknya dia akan ditinggal pergi. Yah, kehidupan memang selalu memiliki alasan dibalik apapun yang terjadi, Min Rin tetap bertahan diantara Kyuhyun dan wanita-wanitanya karena memang dia tak pernah tau bagaimana cara untuk bertahan hidup tanpa Kyuhyun, alasan itulah yang membawanya untuk mempertahankan hubungannya dengan Kyuhyun tak peduli seberapa besar atau banyak luka yang Kyuhyun torehkan. Tapi kali ini jika Kyuhyun yang memutuskan untuk pergi meninggalkannya, dan bahkan saat dia tak sempat mencari cara untuk bertahan atas kehilangan Kyuhyun, ia harus tetap hidup. Entah bagaimana hidupnya akan terlihat.
“Lihatlah, tubuh kurusmu itu bahkan menolak masakanku lagi hari ini” seorang wanita paruh baya berdiri dibalik punggung Min Rin, matanya menatap nanar sambil kepalanya menggeleng beberapa kali ke arah piring yang tadi pagi dia letakkan di meja dekat ranjang, tak berkurang ataupun tersentuh, itu dianggurkan saja semenjak dia letakkan hingga dia ambil. “Jika kau ingin mati, jangan bunuh diri di rumahku. Siapa yang menyuruhmu jatuh cinta jika kau tak bisa mengatasi rasa sakitmu huh?” wanita itu masih berdiri di sana, menunggu punggung itu berbalik lalu menumpahkan semua masalah seperti biasa. Bukan hal baru lagi jika dia mendengar keluhan Min Rin soal kisah cintanya, tapi kali ini justru aneh ketika gadis itu membungkam mulut terlalu lama, menolak setiap makanan yang coba dia tawarkan. “Bersikap seolah kau akan baik-baik saja tanpa berbagi dengan orang lain itu bukanlah hal baik” punggung itu tetap bertahan di posisi awal, hanya saja mulai ada getaran kecil disana. Dia menangis, meluapkan perasaan menggigilnya lewat tetes yang mengalir di sudut matanya. Perlahan getaran kecil itu mulai berubah, sesaat itu meningkat lalu kembali pada getaran kecil sebelumnya. Min Rin mencoba menahan tangis, mulanya itu berhasil, sepuluh detik pertama itu terlihat baik baik saja, tapi pada detik ke dua belas tangisnya pecah, apa yang coba dia tahan semuanya meleleh bersamaan dengan tubuhnya yang menghambur memeluk Shin ahjumma. Tekadnya untuk tak merepotkan Shin ahjumma dengan kisah cintanya yang melelahkan justru tak realisasikan, tak bisa dipungkiri jika memendam semuanya sendiri akan menghadirkan luka lain. “Tenanglah, ada apa lagi?” wanita paruh baya itu mengelus rambut Min Rin, lalu mendudukkan tubuh mereka  berdua di atas ranjang. Dia memberi jeda beberapa saat, memberi waktu untuk gadis itu menstabilkan emosinya. Sementara cahaya di luar mengintip melalui celah gorden yang sejak kemarin belum dibuka. Dia terlalu sibuk menyembunyikan diri hingga lupa memikirkan apa yang terjadi di dunia luar. “Wanita itu kembali ahjumma, Chosung eonni” Min Rin membuka suara untuk pertama kali, memecah keheningan di kamar kecilnya, suaranya serak, rambutnya berantakan, dan jelas dia terlihat kacau.  Wanita bermarga Shin itu mengusap beberapa tetes tangis yang tersisa di pipi gadis yang sudah dia anggap sebagai anaknya, lewat matanya dia berbicara pada Min Rin, memberi isyarat agar gadis itu melanjutkan apa yang akan dia katakan. “Kyuhyun pasti akan segera membuangku, tapi aku tak bisa ahjumma, aku belum siap, mungkin tak akan pernah siap” Ahjumma hanya memberikan senyum untuk mencairkan suasana, sisanya dia hanya diam, menunggu. “Apa yang harus kulakukan ahjumma?”
“Tinggalkan dia” “Ahjumma..” “Untuk apa kau mempertahankan sesuatu yang kau yakini pada akhirnya akan dibuang?” hening lagi sesudahnya, Min Rin merasa tak tau apalagi yang harus dia katakan. Membuang Kyuhyun? Mana mungkin? Dia tak akan pernah bisa membuang cinta pertamanya, membuang apa yang sudah dia pertahankan sejak sepuluh tahun lalu. “Hidup ini berjalan bergantung padamu Min Rin, jika kau berpikir hidup itu pelik maka itulah yang kau rasakan, jika kau berpikir akan dibuang, maka hal itulah yang akan terjadi” “Tapi aku mencintainya, ahjumma. Mengertilah” sanggah Min Rin yang ditanggapi dengan gelengan pelan. “Tak ada yang tau apa itu cinta Min Rin, meskipun aku hidup lebih lama darimu, aku bahkan tak bisa membedakan yang mana cinta dan yang mana suka, yang mana peduli, yang mana kagum, semua terlihat sama” Min Rin bergeser beberapa centi menjauhi shin ahjumma, memberi spasi diantara mereka. Dia menekuk lutut lalu menemplkannya pada dada, memeluknya erat berharap ada kekuatan yang mengalir dari sana, dia tak yakin Shin Ahjumma berdiri di pihaknya. “Karena aku mencintainya, aku tak akan bisa hidup tanpa dia” satu sanggahan lagi, dia mencoba untuk meyakinkan. Tidak hanya kepada Shin Ahjumma, terlebih pada dirinya sendiri. “Mungkin kau benar, tapi bagaimana kau bisa tahu tak bisa hidup tanpa Kyuhyun jika kau tak pernah mencobanya? Selama ini kau hanya bertahan meskipun terluka, kau hanya berdiam di satu titik” Shin Ahjumma menegakkan lututnya, mengangkat pantatnya dari ranjang lalu mengambil langkah kecil mengambil piringnya. Dia berbalik kembali menatap Min Rin sebelum mencapai pintu. Senyumnya mengambang menuju secercah kenangan yang diam diam selalu dia simpan di sudut ingatannya, “Aku hanya tak ingin kau sepertiku”

***
Aku pergi untuk beberapa hari, aku harap ketika kembali kau sudah menemukan apartemenmu.
Kyuhyun melempar ponselnya asal ke arah ranjang, dia tak repot-repot mengecek apakah itu sudah berhasil terkirim atau belum, baginya terpisah dari benda persegi panjang itu saja sudah lebih dari cukup untuk saat ini. Lari dari masalah memang bukan gayanya, tapi justru saat ini itu yang dibutuhkan. Dia merasa kewalahan dengan pertanyaan antara Chosung atau Min Rin, antara cinta yang dulu atau yang sekarang. Itu terlalu lama mengikat pikirannya bahkan semakin hari semakin erat.
Kyuhyun menuang tequila ke gelasnya dengan harapan itu bisa menjernihkan pikiran, dia ingin mabuk hari ini lalu pura pura tak terjadi apa-apa esoknya. Dia tak peduli lagi sekarang dia ada dimana, kyuhyun mulai merasa dirinya gila hanya dalam beberapa hari ini. “Kau tak pernah ke sini dan membawa segudang masalah ketika datang”  suara wanita berada di balik punggungnya, wanita, sepertinya kehidupan Kyuhyun tak pernah jauh dari spesies kaum hawa. “Kau bahkan sudah berani mabuk disini” wanita itu meletakkan nampan dengan dua cangkir di meja Kyuhyun menempatkan tequila, “Sebenarnya aku ingin mengajakmu minum teh hari ini, tapi sepertinya kau lebih tertarik untuk meminum yang lain” “Eomma,” Kyuhyun tersenyum pada wanita yang sudah terlalu lama dia tinggalkan, wajahnya masih tampak cantik meskipun ada beberapa keriput disekitar matanya, usia memang tak bisa dibodohi. “Aku merindukanmu” Kyuhyun memeluk tubuh yang lebih pendek darinya sebagai respon dari ungkapan wanita itu, dia juga sama merindukannya. “Masalah apalagi yang kau bawa hari ini?” “Tak ada, hanya saja kepalaku terasa penuh” mereka memutuskan untuk melepaskan pelukan. Terlihat raut tak percaya di wajah wanita itu, sedangkan Kyuhyun hanya pura pura tak tau lalu menuang tequila lagi, awalnya dia terlihat ragu namun pada akhirnya itu tertelan juga. “Aku tak akan memaksamu untuk menceritakan apapun, kau sudah lebih dewasa sekarang dari terakhir datang kesini. Aku senang appamu tak melarangmu datang” wanita itu mengambil kembali nampan yang sebelumnya dia letakkan, bibirnya mengukir senyum diantara lipatan pada kulitnya. “Eomma,” “Ya..?” “Jika kau disuruh memilih antara seseorang yang sangat kau sukai tapi pernah meninggalkanmu, atau seseorang yang meskipun kau sakiti tetap bertahan, mana yang akan kau pilih?” wanita itu tersenyum untuk yang ketiga kalinya dalam beberapa menit ini, sementara otaknya berpikir dengan dering ponsel Kyuhyun yang menjadi backsound di kejauhan. Mulanya Kyuhyun mencoba untuk bersikap acuh, tapi dering itu kian mengeras hingga rasanya mengetok-ngetok gendang telinga.  “Kau sudah lihat sendiri, aku telah memilih yang pertama” percakapan itu terus berlanjut, sama dengan dering ponsel Kyuhyun yang semakin meraung, sejenak itu berhenti, tapi benar benar sejenak ketika itu kembali meraung. “Dua duanya mendatangkan kebahagiaan, tapi kebhagiaan yang berbeda. Kau hanya perlu berpikir mana yang lebih membahagiakanmu” dia mengambil satu langkah menjauh dari Kyuhyun sebagai penutupan, menandakan tak ada lagi yang akan disampaikan. “Eomma, itu tak membantu” wanita itu berhenti sebelum benar-benar melanjutkan langkahnya, “Kau sudah dewasa, harus belajar menentukan pilihanmu sendiri”
Pintu ditutup, wanita berumur lebih dari setengah abad itu menghilang bersamaan suara debuman. Kyuhyun mengerang frustasi, dia merasa masih harus menjawab sebuah teka-teki dengan sebuah panduan baru, sedangkan otaknya terlalu lelah untuk berkutat dengan hal semacam ini. Dituangnya sekali lagi tequila ke gelas yang sedari tadi dia genggam, matanya menyelam lebih dalam seolah mencari sesuatu di dasar sana. Jawaban, dia masih tak menemukannya hingga dua menit berlalu, tiga menit, lima menit, dia hanya mendapatkan kehampaan disana.

***

Satu hal yang Min Rin sadari, bahwa hidup tak selamanya harus sembunyi, jadi dengan kepercayaan itulah dia mulai membawa kakinya melangkah keluar dari kamar kecil di rumah Shin ahjumma, dia tak yakin sudah berapa lama dia mengurung diri, tapi ketika wajahnya diterpa matahari dan dia merasakan suatau ke-asingan, dia sadar sudah terlalu lama tenggelam dalam persembunyian. Perasaan hari itu masih bersisa, apa yang Kyuhyun ciptakan tak akan hilang hanya dengan bersembunyi dibalik selimut dalam tiga hari, alasan itulah yang menjadikan Taehyun dan Shin Hye berada di sisinya saat ini, berjalan beberapa langkah tertinggal oleh Min Rin. Mereka hanya diam, belum ada satu obrolan sama sekali meskipun langkah mereka akan segera berakhir. Gedung kampus sudah terlihat nyata, tapi keheningan yang dari awal mereka ciptakan tetap dipertahankan. TaeHyun mengangguk ke arah Shin Hye, mengatakan jika dia harus lebih menjaga mulut saat ini lalu dia menepuk Min Rin, gadis itu harus pergi mulai sekarang, Fakultas yang ia tuju tidak sama dengan dua gadis yang masih menatap kepergiannya.
Selepas itu Min Rin kembali berjalan, disusul langkah kecil Shin Hye di belakangnya. Mereka masih berjalan dalam keheningan hingga sebuah suara memanggil salah satu diantara keduanya, “Min Rin-ssi!” seorang gadis yang sedikit lebih tua dari mereka berlari kecil dengan sesekali memegang tasnya yang hampir jatuh. Rok pendeknya sedikit berkibar bersamaan langkah yang dia ambil, beruntung itu tak naik terlalu tinggi sehingga tak ada pasang mata yang mencuri pandang. Ketika kaki itu berhenti tepat di depan Min Rin, nafas gadis itu tersengal, hampir sama dengan nafas Min Rin. Entah kenapa dadanya mulai terasa sakit. “Syukurlah, aku pikir aku salah mengenalimu” gadis itu kembali mengoceh tak peduli bagaimana ekspresi gadis di depannya, entah dia benar-benar tak tau atau menyamankan diri dengan pura-pura tak tau. Sementara Shin Hye sibuk menyembunyikan pasak di balik panggung, mengantisipasi setiap kemungkinan yang ada. “Kita bisa bicara?” Min Rin tak akan pernah sadar jika Shin Hye tak memotong, tangannya sudah siap menarik pasaknya kapan saja “Kau tak lihat kita akan ada jam?” “Tak apa, masih ada satu jam kan?” dalam hati Shin Hye mengumpat, dia tak pernah tau bagaiamana cara otak Min Rin berpikir, entah sahabatnya itu baik hati atau justru kebodohan yang mendominasi. “Min Rin..” Shin Hye masih mencoba mencegah, meskipun kenyataanya dia tau betapa sia-sianya hal itu. “Tak apa, telefon aku jika aku kembali terlalu lama” sudah , percakapan antara Min Rin dan Shin Hye berakhir saat itu juga, dua pecinta Kyuhyun itu pergi meninggalkannya sendiri, sambil dirinya merutuki Cho Kyuhyun yang membuat sahabatnya menjadi tak berotak.

***
Chosung yang memilih tempat ini, dia bilang dua café terdekat yang lain terlalu ramai jadi dia memutuskan untuk membimbing Min Rin ke café terkacil dari sekian tempat yang berjajar disini, hanya ada beberapa orang bercengkrama pelan dengan sesekali menikmati pesanan. Min Rin masih menatap ke arah luar, mencoba menyembunyikan kekacauan di kepalanya dengan memandang lurus pejalan kaki yang kebetulan lewat, atau pada  perempuan muda yang membagikan selebaran dengan senyuman ramah, dia hanya mencoba terlihat sibuk karena tak mau memulai perbincangan ini sabagai yang pertama. Pelayan yang beberapa menit lalu datang kini kembali dengan membawa apa yang sudah mereka pesan,  bibirnya membentuk senyum sebagai formalitas atas pekerjaannya, “Satu Americano” dia meletakkan di depan Chosung, dan sisanya di depan Min Rin “Satu coklat hangat” “Terimakasih” Chosung membalas senyumannya dengan lebih ramah lagi, perempuan ini tahu bagaimana cara bersikap seorang wanita dengan gaya anggunnya yang menawan.
“Aku ingin bertanya padamu tentang Kyunnie” dia memulainya, langsung ketika pelayan itu pergi meninggalkan meja. “Aku tak tau apa yang terjadi saat aku pergi, tapi aku merasa banyak hal dari dirinya yang berubah” Min Rin mulai merasa tak nyaman dengan perbincangan ini, rasanya dia kembali menggigil, pikirnya memang hal ini yang akan terjadi jika dia ikut, membahas Kyuhyun lebih dalam lagi, membahas kekasihnya dengan mantan kekasih lelakinya dia pikir tak seburuk ini, tapi segala prediksinya jauh tertinggal. Dia menggerakkan tangannya menggenggam gelas coklat hangatnya erat seolah rasa menggigil itu dapat berkonduksi. Sementara wajah Chosung tetap berbinar antusias, “Beberapa hari yang lalu dia pergi, lalu memintaku untuk pindah dari apartemennya, dia tak biasanya seperti ini. Dari dulu, seorang Cho Kyuhyun mana pernah tega meninggalkanku?” deg, perasaannya makin tak enak, dunia seakan jungkir balik lalu pasokan udaranya terkuras hingga rasanya begitu susah untuk nafas. Chosung memang tak pernah ditinggal Kyuhyun, bagi lelaki itu kehidupannya terpusat pada satu wanita, dan sialnya wanita itu bukan Min Rin. Sekarang mendengar jika Kyuhyun mngusir Chosung dari kehidupannya yang seolah memberikan seberkas cahaya pada harapan yang mulai melayu, apakah itu nyata? Atau hanya tipu daya Kyuhyun? Membuatnya bahagia dalam sesaat lalu membuatnya terluka, bukankah itu yang Kyuhyun lakukan tiga tahun ini? “Aku tak akan menyalahkan perubahannya, mungkin itu semua juga karena diriku. Hanya saja, jika aku tak mengenalnya, bagaimana bisa aku kembali kepelukannya?”
“Min Rin-ssi, bisakah kau bantu aku untuk kembali pada Kyunnie?” aku kekasihnya eonni, aku gadisnya saat ini. Min Rin serasa ingin meneriakkan kata itu dari mulutnya, tapi yang keluar dari tenggorokannya hanya erangan pelan seperti seseorang yang salah tingkah, “Aku tak bisa eonni, aku tak memiliki bakat seperti itu”  “Kau pasti bisa, kau sudah lama mengenal Kyuhyun dan tetap disisinya ketika aku pergi, Kumohon. Sebentar lagi ulang tahun Kyuhyun, banyak yang berubah darinya dan aku tak tau harus memberinya apa, bantu aku Min Rin-ssi, sekali ini saja”

***
“Ya Han Min Rin, Neo Pabboya! kau bahkan lebih gila dari yang kubayangkan” TaeHyun hampir saja memuntahkan jus dalam mulutnya ketika Min Rin mengakhiri cerita pendeknya bersama Chosung. Gadis itu memutuskan kembali ketika menerima pesan dari Shin Hye hingga berakhir dengan bolos di kantin bersama Shin Hye dan Min Rin. Wajah yang biasa tenang itu kini berubah, menampakkan tanduk kecil di atas kepala. “Aku sudah hampir mengeluarkan pasakku tadi. Kenapa tak  kau beri tahu saja jika kau dan Kyuhyun sekarang itu pacaran, huh?” Shin Hye menimpali, memperkeruh suasana hari itu. Sedangkan sosok yang menjadi pelampiasan amarah hanya menatap lurus mendengarkan. Mungkin ada bagian dimana dia bersalah, tapi di matanya dia tak sepenuhnya salah. Dia sudah mencoba untuk mengatakan hal itu, bahkan tanpa Shin Hye komando. Tapi lidahnya terasa kelu, dia merasa tak pantas mengatakannya pada gadis baik yang selalu tersenyum padanya.  “Bagaimana mungkin aku mengatakannya, disaat dia begitu mencintai Kyuhyun? Disaat Kyuhyun juga begitu mendambanya? Aku yang merebut lelaki itu, kalian juga tahu kan?”
“Disaat Chosung eonni pergi, aku mengatakan pada Kyuhyun jika dia bukan gadis baik-baik. Aku menyatakan cintaku padanya, meyakinnya untuk menerimaku. Mungkin.. ini karma. Ya karma” Min Rin mengacak rambutnya, membiarkan helai itu jatuh menutup wajah lalu dia menunduk, seolah menyembunyikan wajahnya dengan helaian rambut itu tak cukup. Perlahan ada tetesan yang jatuh ke meja, satu tetes, dua, tiga, dan akhirnya tak terhitung. Dia seperti ingin meledak, terlalu lama menahan perasaannya di depan Chosung membuat kepalanya berdenyut, nyeri. Tanpa sadar hatinya mengumpat. Dia lebih berharap Chosung digambarkan dalam wujud  antagonis, dia tak akan pernah keberatan memaki wanita seperti itu. Tapi.. “Bagaimanpun juga, kau kekasihnya sekarang. Setidaknya kau bisa menolaknya, aku tak habis pikir kau menerima rencana bodoh itu” Taehyun mulai bisa meraba keadaan, kembali dalam dirinya yang terlihat tenang meskipun jauh di dalam hatinya dia masih sangat kesal terhadap Min Rin. Baginya, Min Rin hanya menyeleasaikan masalah dalam satu sudut pandang, dan dia memandang suatu masalah hanya dalam satu kedipan. Dia tak pernah mengamati seperti sedang meneliti, dia tak pernah menggabungkan segala komponen yang ada. Dia menimang perasaan Kyuhyun dan Chosung dalam menyelasaikan masalahnya, tapi dia jutru melupakan perasaannya. “Dia memaksa” “Jangan menjawab seolah kau anak TK, atau aku  yang anak TK? Kau bisa menolak ketika aku meminta kita kencan ganda, kau bia menolak ketika aku meminta kau menghargai Jieun, bohong jika kau tak bisa menolak untuk yang satu ini” Shin Hye menyenggol lengan TaeHyun, mencoba menghentikan mulut gadis itu tapi sia-sia. “Jujur saja, kau tak pernah ada niatan untuk menolaknya kan? Baka! Aku senang kau memikirkan perasaan mereka, tapi jangan lupa satu hal jika kau juga memiliki perasaan.” Percaya atau tidak, Taehyun benar benar mengemas amarahnya dalam suatu nada santai. Dengan mata yang masih menatap tajam ke arah Min Rin, dia melanjutkan. “Jangan terlalu sering melampaui batasmu, aku justru terkejut kau masih bisa bertahan sampai saat ini”
“Taehyun, aku kesini bukan untuk mendengarkan omelanmu” gadis itu mengangkat kepalanya, membiarkan beberapa tetes yang masih tersisa mengalir turun hingga leher tanpa inisiatif untuk menghapusnya. Dia meraih tas yang beberapa saat lalu dia letakkan di meja, lalu dengan langkah gontai dia meninggalkan tempat itu.

***

            Kyuhyun membiarkan kakinya tersapu oleh gulungan ombak yang tak pernah berhenti bergerak, membiarkan angin menyapu rambut ikalnya secara perlahan, membiarkan matanya terpejam membentuk sebuah tameng kecil dari segala moment yang pernah terjadi di tempat ini. Dirinya sendiri tak pernah tau kenapa langkah membawanya ke tempat ini, tempat yang saat ini menjadi tempat terakhir yang dia ingin kunjungi. Terlalu banyak moment penting terjadi di tempat ini, terlalu banyak pula yang terjadi akhir akhir ini, dia merasa lebih baik lari dari kata ‘terlalu banyak’, mendadak dirinya takut kepalanya akan meledak lalu berubah menjadi kepingan kecil, hanya sebuah kepingan kecil yang tak mengkilap jika terkena cahaya, itu hanya akan menjadi sebuah kepingan yang tak terlihat lalau diinjak begitu saja, Kyuhyun sadar tak ada yang berharga dari kepalanya saat ini, hanya masalah yang menumpuk dan tak pernah ada solusi. Kyuhyun selalu mengatakan belum ada solusi, tapi belum yang terlalu lama mungkin itu berarti tak akan pernah ada.
            “Wah, yeoppoda kau menemukan tempat ini dari mana Kyunnie?” lelaki itu benar-benar terkesiap, dia yakin betul hanya membawa tubuh dan masalah ke tempat ini, tapi bagaiamana Chosung bisa berada di dekatnya? Dengan terburu Kyuhyun membuka mata, mengedar pendangan ke setiap sisi tapi tak menemukan yang dia cari, hanya beberepa orang yang memang dari awal sudah di sini. Lalu beberapa detik berikutnya dia sadar, jika Chosung memang tak ada di sini, Kyuhyun hanya tak sengaja memutar salah satu kenangan –kenangan yang sudah cukup lama sebenarnya.
            “Wah, yeoppoda kau menemukan tempat ini dari mana Kyunnie?” gadis itu berlari kecil semakin mendekat ke tepi perairan, matanya cukup berbinar sebagai wujud jika dia antusias. “Seseorang mengatakan padaku jika ada satu pantai indah disini, kau suka?” Chosung menginjak keras air yang mengalir dibawahnya, membuat cipratan kecil yang langsung membasahi baju. “aku lebih dari suka” Kyuhyun mengulas sebuah senyum, perayaan kecil atas awal dari keberhasilan. “Kau harus sering membawaku kesini” “tentu setalah kau mendengarkanku, ada yang ingin aku katakan Nuna” lelaki itu mengunci Chosung dalam lengannya. “Sungguh, ini penting”
            Gadis itu mengangguk, melipat tangannya di dada, menunggu mulut Kyuhyun terbuka. Dia menahan godaan untuk memainkan ombak kecil yang melewati kaki, matanya menuntut untuk segera memulai sesuatu yang penting itu. “Aku mencintaimu, kau mau menjadi kekasihku?” jika ada awal, semua pasti akan ada akhirnya. Terkadang hanya karena spontanitas seseorang menentukan titik akhir, tapi terkadang seseorang akan memikirkannya dengan rajin agar menjadi akhir yang bahagia. Kyuhyun sendiri sudah mengawalinya dengan perkataan cinta, lalu Chosung mengakhiri dengan berkata “Mungkin kita bisa mencobanya” mencoba, Kyuhyun mungkin melewatkan kata itu selama tiga tahun, mabuk akibat cinta dan baru mereda hari ini. Dirinya mulai bertanya-tanya, apakah jawaban hari itu hanya sebuah spontanitas atau pemikiran keras. Mungkin kata mencoba hari itu salah satu alasan kenapa Chosung meninggalkannya begitu cepat, hari itu.. “Ya Cho Kyuhyun, mau sampai kapan kau berdiri di sana?” “Sudah, kau diam saja” kemudian, Kyuhyun sadar ingatan lain ikut terputar. “Kau yang harusnya diam, bodoh!” gadis lain,  gadis yang baru pertama meneriakinya bodoh disaat kaum hawa umumnya memuji ketampanan lelaki itu. dia bahkan masih berdiri disana, merelakan kakinya yang basah ditempeli pasir, merelakan dirinya berteriak lalu menjadi pusat perhatian. Dia rela melakukan semua itu hanya demi seorang Cho Kyuhyun yang beridiri mematung manatap lurus seolah ada Chosung berdiri disana, melambai bersama duyung dengan menarikan tarian hawai. Itu terdengar tak masuk akal, apalagi untuk ukuran seseorang yang memiliki imajinasi rendah seperti Kyuhyun. “Aku bersumpah Kyu, kau harus segera pergi dari tempat ini. Lihatlah dirimu, kau jatuh untuk seorang gadis, apa kau ingin membuat dunia wanita yang selama ini memujamu menajadi gempar huh?” “Diamlah, Han Min Rin! Kau tak akan tau bagaiaman rasanya ditinggal pergi orang yang kau cintai” mendadak Kyuhyun menjadi marah, tapi siapa sangka Min Rin jauh lebih marah lagi. Emosinya meletup, ada yang meledak sehingga asap keluar dari kepalanya. “Kau berpikiran terlalu dangkal, kau tau? Aku bahkan lebih berpengalaman. Tujuh tahun aku mencintaimu, tapi kau justru pergi ke arah Chosung” angin mengucap permisi, lewat ditengah jarak mereka berdua hingga menimbulkan satu keheningan yang cukup lama. Tapi keheningan itu tak membawa perubahan, susananya masih sama, cukup kaku dengan emosi bertebaran disana sini. Lalu seekor burung terbang, bersuara keras tak peduli konflik batin yang ada di bawahnya. “Aku membiarkan diriku terluka karena kupikir kau akan bahagia, tapi jika melihatmu hancur seperti ini, lukaku akan membusuk sia-sia. Aku bisa lebih baik darinya, aku tak akan meninggalkanmu demi alasan apapun. Aku tak akan meninggalkanmu meskipun aku harus menangis ribuan kali, aku akan baik-baik saja. Aku akan bertahan, jadi kau harus jadi pacarku” angin kembali menyapu, kali ini bukan sekedar memutar ingatannya tapi benar-benar menyentuh tiap inci dari tubuh Kyuhyun, sementara kepalanya terasa semakin penuh oleh pikiran yang melayang di sana-sini.
“Pada akhirnya dia menepati janjinya” Kyuhyun menggumam di sela langkah yang dia ambil, gadis itu tetap bertahan meski orang lain mengatakan untuk berhenti, gadis itu seolah tak peduli bagaimana dirinya dipermainkan –sejenak hatinya diporak porandakan, lalu di detik berikutnya Kyuhyun akan tersenyum manis sambil membawa rangkaian kata maaf, dia bersikap seolah hatinya terbuat dari baja. Dari sini, orang berpikir dia sudah menemukan jawaban, sedangkan kenyataanya Kyuhyun belum memutuskan apapun. Min Rin memang selalu berada disisinya, tipikal wanita baik yang setia, tapi Chosung adalah cinta pertama. Semua orang tau, menghapus cinta pertama tak semudah menghapus coretan di kertas, atau membersihkan debu di meja dengan kain lap, bahkan ketika cinta pertama telah pergi jauh, ada tempat special yang menunggunya kembali. itu naluri, Kyuhyun yakin ada banyak hal dalam diri manusia yang sudah ada meskipun tak direncanakan. “Yeah, cinta pertama” kyuhyun mengulangnya keras seperti orang bodoh dengan kaki yang masih melangkah.

***

Min Rin sudah mengusahakan agar tangisnya berhenti, dia tak menyangka ini akan tetap berlanjut meskipun sudah berjalan sejauh ini. Di dalam tas, ponselnya bergetar dan sudah pasti akan terabaikan. Gadis itu tak peduli apakah itu Shin Hye yang menghubunginya dengan raut cemas, atau ahjumma pemilik kedai yang akan menagih hutang Jae Hyuk. Terlalu runyam untuk memikirkan hal itu saat ini, kakinya masih terus berjalan hingga dia berhenti dan baru sadar berada dimana. Ini jalan ke rumah Jieun, entah bagaimana langkah itu membawanya ke tempat ini, entah alasan apa yang berada dibaliknya, dia hanya perlu bersembunyi sebelum semuanya kian runyam. Kim Jieun bukanlah sosok yang akan duduk mendengarkannya dengan sabar lalu sesekali mengusap air mata, mungkin dia justru menjadi pemandu sorak khusus untuk Kyuhyun, berdiri di belakangnya sambil teriak keras-keras, dia bukan tipikal setia, sama seperti Kyuhyun meski Min Rin sendiri belum tau apakah hubungan Kyuhyun dengan Chosung bisa disebut perselingkuhan. Tapi apa bedanya? Mungkin sekarang mereka memang tak selingkuh, siapa yang tau dengan besok atau lusa, tinggal menunggu waktu dan semua hilang, boom, seperti sihir, hanya menyisakan dirinya. “Aku baik-baik saja” Min Rin mengucapkan mantra itu amat pelan hingga hanya dia yang bisa mendengar. Mungkin karena mantranya salah, air mata itu tak kunjung henti, merubah kalimat itu menjadi topeng lusuh yang tak bisa dijadikan tempat sembunyi.
Min rin mendudukkan dirinya pada salah satu kedai pinggir jalan, dia langsung memesan dua soju pada ahjumma pemilik kedai ketika dia masuk. Tempat ini sepi, mungkin karena kecil dan tak terurus dengan baik. Min rin tak memandang ini sebagai kekurangan, dia hanya duduk dan menangis tanpa sekalipun mengusapnya, dia yakin ini akan berhenti ketika air mata itu habis, ketika dirinya sendiri lelah, ketika dia mulai bosan dengan kata ‘luka’.  Kyuhyun berhutang banyak padanya, lelaki itu sudah banyak merubahnya, lelaki itu sudah membuatnya tenggelam bahkan disaat dirinya menghilang. Dia harus membayar semua hutang ini, suatu saat nanti, entah dengan cara apa. Dia meneguk segelas soju, lalu menuangnya dan langsung meneguknya lagi, gagasan untuk mabuk di siang hari bukan hal yang buruk. Dia sudah sangat gila, jadi tak masalah jika dia harus mengoceh pada perjalanan pulang. Ponsel di tas yang kembali bergetar mendapat perlakuan yang sama dengan sebelumnya, bukan dirinya yang salah, orang itu saja yang tak beruntung menghubunginya disaat yang tidak tepat.  Min Rin meneguk sojunya, setengah botol, dia masih belum mabuk. “Kau ada disini ternyata, aku sudah mencoba mneghubungimu sejak kemarin” Jung soo duduk di depannya, meneguk soju min rin tanpa gelas. Dia terlihat cukup menggebu, mungkin karena merasa cukup lama teracuhkan. “Aku baru saja pulang dari rumah tuan Kim dan melihatmu disini, apa yang kau lakukan?” Min Rin hanya diam, dia tak habis pikir bagaimana suara yang akan keluar jika dia memaksa untuk menjawab. Menangis sudah cukup buruk, dia tak mau semakin membuatnya terlihat buruk dengan bicara. “Apa yang terjadi? Kau..” Min Rin yang menghentikannya, dia salah besar jika berpikir belum mabuk, justru ini mabuk terberat yang dia alami. Gadis itu bisa merasakan bibirnya yang menempel di bibir Jung Soo, dia juga bisa merasakan hembusan nafas pria itu dengan jelas. Ini terlalu dekat, tapi kepalanya saat ini terlalu penuh dengan ucapan Shin ahjumma, dia lupa bagaimana untuk mengangkat bibirnya dari landasan. Dia terlalu larut dalam pikiran –mungkin perkataan Shin ahjumma memang benar tentang dirinya yang hanya berdiri di satu titik, mungkin harus ada jalan lain untuk menyelesaikan ini.
Sekarang yang dia butuhkan hanya menghentikan pusing yang sedari tadi menggeliat di kepalanya, namun semua terlihat terlambat ketika dia sadar dan pusing semakin melilit dirinya, “Ya ampun, apa yang kulakukan!”

-Tbc-

Author mau promo ni, follow twitter author ya @amd15_ , makasih uda baca J

Tidak ada komentar:

Posting Komentar