Rabu, 09 Juli 2014

FF-Different (sekuel)part 2



Author : JewelAMD
Tittle    : Different (sekuel) part 2
Genre  : Romance, Angst
Cast     : Kim Jong Woon
              Kim Soo Hyun
   Lee Sang Hwa
               Lee Hyuk Jae
  Kang Hae Bin
              And other cast
Rating : PG13
Length: chapter (sekuel)
Annyeong! Saya kembali membawa part dua dari ff chapter pertama saya. Sebenernya ini sudah selesai sejak seminggu yang lalu, tapi karena mood saya untuk mengetik hilang, jadi nganggur di hape selama berhari-hari. Sebelumnya maaf kalo ada bebrapa bagian yang terkesan aneh, dan banyak typo bertebaran. Anggep aja itu seni abstrak. Kritik dan saran jangan lupa.. oke.
HAPPY READING :D
-------------------------------------------------------------------------------

“Pulaglah, sudah sore. Jieun pasti akan mengkhawatirkanmu” ucap Hana-ibu Jong Woon-pada sosok yeoja yang tengah mengupas aple di depannya. “Aku bukan anak kecil lagi Nyonya” kilah Sang Hwa dengan sedikit senyum tipis di bibirnya. “Pulanglah, aku tak ingin ada pertumpahan darah” Hana meraih pisau dan apel yang ada di genggaman Sang Hwa. Dia sadar betul, Lee Jieun tak akan sudi membiarakan putrinya berada di sini. Apalagi dengan masa lalu Hana yang pernah memaki-maki putrinya.

Selasa, 08 Juli 2014

FF-Mr.Nemo

Tittle : Mr. NEMO
Author : Anni Dina
Cast   :
* Han Min Rin
               
* Lee Donghae
               
* Lee Hyuk Jae
* Kim Ryeowook
               
* Kim Jong Woon
               
* Han Hae Rin
Length                  : 18 page

Ini ff pertama yang aku kirim, jadi mian kalo jelek. Oh ya, bagi yang tertarik buat baca tulisan tangan aku, kunjungi blog ku ya.. alwaysbejewels.blogspot.com:-h melambaikan tangan

HAPPY READING~
===================
Aku berjalan sendirian, menyusuri jalan beraspal dengan perasaan yang begitu kesal. Rasanya aku tak rela pulang sendiri, biasanya aku pulang bersama dua sahabat ku. Tapi semenjak mereka punya pacar, mereka sibuk dengan urusannya masing-masing. Hari ini saja Yesung lebih memilih melihat pertandingan tenis pacarnya, Ryeowook sudah pulang duluan dengan saengku.
Sedangkan aku? Terlupakan! Aku meneruskan langkahku, perasaanku belum membaik, ya masih marah dengan dua namja yang sudah melupakan ku itu. Masih teringat dengan jelas perkataan mereka yang memintaku untuk mencari namjachingu agar aku tak kesepian, tapi langsung ku tepis perkataan itu. Hey, yang benar saja, bermain - main dengan cinta? Itu terlalu gila. Dari dulu cinta adalah mimpi buruk, memang awalnya begitu manis, penuh dengan kata-kata gombal yang begitu hiperbola, tapi kemudian masalah mulai muncul, dan akhirnya terluka, menangis siang malam tiada henti, tak mau makan, semua nilai turun, hari-harinya hanya diisi melamun. Masa seperti inilah yang mereka sebut GALAU. Kata itu, terdengar seperti sebuah lelucon di telingaku, tiap mereka berkeluh kesah tentang kegalauan mereka. Rasanya saat itu aku ingin tertawa di depan mereka, bagaimana tidak, untuk apa mereka memikirkan, bahkan menangisi orang-orang yang tak peduli pada mereka, membuang-buang waktu saja.
***
Aku telah sampai di depan rumahku, kuputar gagang pintunya pelan. Ku jumpai Eomma yang sedang duduk menonton tv. Aku melewatinya begitu saja, tak berniat menyapanya. "Baru pulang Min Rin?" tanya Eomma yang tak ku hiraukan, hatiku sudah terlanjur tenggelam dalam kekesalan."Tadi ada surat untukmu" kata Eomma yang kali ini berhasil membuat langkahku terhenti. "Mwo? Surat? Dari siapa?" kini ganti aku yang bertanya. "Eomma tak tau. Suratnya sudah Eomma letakkan di meja kamarmu." jelasnya. "Gamsahamnida Eomma" ucapku sambil berlalu.
Aku mulai memasuki kamar unguku, kulihat kertas itu sudah terletak di atas meja belajar. Aku mulai mendekatinya, membolak-balik surat itu, tapi aku tak menemukan nama pengirimnya. Kuletakkan kembali surat itu, aku tak berniat membacanya. Sebenarnya orang ini aneh atau gaptek sih? Ini 2012, sudah ada ponsel atau email yang lebih canggih, kenapa harus mengirim lewat surat? Apa lagi dia tak mengirimnya lewat kantor pos, sudah bisa terlihat dari amplopnya, tak berperangko. Benar-benar kurang kerjaan.
***
Malam ini hujan turun begitu deras, rasa dingin mulai menyelimuti hatiku, begitu juga kebosanan yang mulai menusuk-nusuk relung jiwaku. Entah sudah berapa kali aku menatapi ponsel ku, berharap dua sahabat ku itu menelfon, tapi sia-sia. Kuhela nafas ku panjang, kemudian aku terdiam lagi, tak tau harus melakukan apa. Kedua bola mataku berputar ke tiap sudut kamar dan menemukan benda itu, kertas misterius yang ku acuhkan sejak tadi siang. Aku mulai berjalan mendekatinya, kuambil sebuah amplop purple yang di hias stiker nemo diatasnya, tertetara juga nama ku disana. Pelan tapi pasti, rasa penasaran menuntunku untuk membukanya.  "Dear Min Rin" aku mulai membacanya, kulihat tulisan itu, begitu rapi seperti bukan tulisan seorang namja.
__________________________________________________________________________________
Untuk Min Rin
Selamat pagi, siang, sore atau malam? Aku harus menyapa mu bagaimana? Aku tak tau kapan kau akan membaca surat ku. Hm, aku harus memulainya dari mana ya? Aku gugup Min Rin, kau tau? Sekarang tanganku bergetar hebat, entah apa yang terjadi nanti jika aku nanti bertemu denganmu, aku akan sangat-sangat gugup. Ya Min Rin, kau bisa memanggil ku sebegai pengagummu, bukan, bukan hanya pengagum. Tapi aku Mencintaimu.
Apakah itu terdengar lucu Min Rin? Ya aku yakin kau sekarang pasti tengah menertawakanku. Tapi aku tak peduli, karna hal itu memang benar dari lubuk hatiku yang paling dalam.
Aku tau banyak tentang mu Min Rin. Kau mau dengar? Han Min Rin kau anak sulung
di keluarga Han. Kau punya dua sahabat namja, Yesung dan yang satunya Ryeowook pacar adikmu, Han Hae Rin. Kau sangat menyukai warna purple, juga ice cream. Ketika sore kau paling senang menatap langit senja sambil duduk di ayunan dan tangan mu tak henti-hentinya memetik gitar. Kau begitu mengidolakan seorang Taylor Swift, dan juga Super Junior. Sehingga kamarmu penuh dengan poster mereka, terutama Suju. kau paling benci dengan hujan, karna kau benci dingin. Dan satu hal yang aku yakin hanya aku yang tau, kau benci atau mungkin lebih tepat nya takut pada cinta, karna kau pernah disakitinya. Tapi tenanglah Min Rin, aku datang untuk membuatmu berubah, kau akan jatuh cinta padaku Min Rin, seperti aku mencintaimu.
Saranghae.
__________________________________________________________________________________
Aku mulai menutup surat itu, meletakkannya dalam laci. "Ah, namja itu gila, bisa-bisanya dia mengatakan cinta padaku? Apa dia pikir cinta itu lelucon hah!" dumal ku kesal. Aku mulai menarik selimut ku, menenggelam kan tubuhku dalam kehangatannya.
***
Lagi, aku harus pulang sendiri, tanpa satu orang yang menemani. Kali ini aku berjalan lebih santai dari kemarin, tak ada kekesalan yang menjalar dalam tubuhku, hanya sedikit kekecewaan, entahlah mungkin ini karna aku sudah terbiasa mereka tinggal sendiri. Makin lama, aku berjalan makin pelan, aku merasa ada yang mengikutiku. Aku menolehkan kepalaku, tapi kosong tak ada siapa-siapa. Aku mulai berjalan lagi, dan kurasa kan ada krikil kecil yang menggelinding ke arahku, membuat bulu-bulu ku berdiri.
Aku tak menoleh, hanya berhenti sesaat, "Ayolah Han Min Rin, itu pasti hanya seekor kucing yang tak sengaja menendang kerikil." yakin ku dalam hati. Aku mulai melanjutkan perjalananku meskipun aku semakin takut. Gleek. Aku mulai menelan ludahku. Ketika aku merasakan ada langkah kaki yang mendekatiku. Kini, aku mulai menolehkan kepalaku lagi, tapi tak ada apa-apa. Aku mulai berjalan makin lama makin cepat berharap rumah sudah ada di depanku.
***
Aku baru bangun dari tidur siangku, rasanya nafasku masih naik turun gara-gara orang misterius saat pulang tadi. Aku mulai beranjak dari tempat tidurku, kulihat surat beramplop purple berstiker nemo itu sudah terbaring tenang diatas meja belajarku. "Kau mengirimi ku lagi?" batinku. Aku mulai membukanya, ku temukan tulisan yang sama seperti kemarin, hanya saja kalimatnya berbeda.
________________________________________________________________________________
Untuk Min Rin,
Kau tadi kenapa berjalan cepat? Ketakutan ya? Haha, jangan takut. Itu aku manis, aku hanya ingin menemanimu berjalan, karna kupikir kau merasa kesepian. Hei, ada apa dengan wajah manis mu itu, kenapa kau begitu murung akhir-akhir ini, kau terlihat tak bersemangat, wajah mu juga terlihat pucat, kau kenapa? Jangan membuat ku cemas Han Min Rin.
Saranghae
_______________________________________________________________________________
TES. Kurasakan darahku menetes ke surat yang kupegang, memberikan bercak merah disudut lembaran putih itu. TES. lagi darah itu menetes lagi, kali ini memberi noda di sudut yang berbeda, aku langsung berlari kekamar mandi, mencoba membersihkan darah yang terus keluar dari hidungku.
"Mr. Nemo, kau bilang kau tau segalanya tentang diriku. Lalu kenapa kau masih tanya kenapa aku pucat? Apa kau tak tau, jika Han Min Rin yang kau cintai ini sedang berperang dengan kanker darah?" lirihku.
***
Kami semua berada di meja makan. Aku, Appa, Eomma, juga Hae Rin. Suasana itu begitu tenang, hingga aku ragu untuk mengatakannya. "Eomma..." ucapanku tertahan, aku takut mengatakannya. "Ne, chagi, ada apa?" jawabnya sabar. Aku tak langsung menjawab, aku menghela nafasku panjang, ku kumpulkan keberanianku. "Tadi, aku mimisan lagi." kataku terbata. "Astaga, besok kita ke dokter ya." kali ini giliran Appa yang bicara, "Tak usah Appa, aku tak apa." kilahku.
Inilah yang kutakutkan, mereka akan mencemaskanku secara berlebihan. Aku berjalan meninggalkan mereka, tiba-tiba saja tubuhku terasa semakin lemas, semua menjadi abu-abu, lalu berubah menjadi gelap. Kaki-kakiku sudah tak bisa menopang tubuhku lagi, dan akhirnya aku pingsan.
***
Aku merasakan sejuknya pagi, kutatapi keramaian Seoul dari balik kaca mobil ku. Aku dan appa tengah menempuh perjalan ke rumah sakit tempat ku divonis mengidap kanker darah 2 minggu lalu. Lama, akhirnya kami sampai juga di rumah sakit itu, kini aku sudah terduduk di depan dokter, setelah tadi aku sempat di periksa. "Sebaiknya kamu segera melakukan cemoterapi" jelas namja paruh baya yang mengenakan baju putih itu. "Tidak. Aku tak mau." tolakku yang membuat Appa tersentak. "Kenapa Min Rin, bukannya kau dulu sudah setuju hal itu?" tanya Appa tak percaya. "Aku berubah pikiran Appa, pokoknya aku tak mau." kataku setengah teriak sebelum akhirnya meninggalkan ruangan itu, aku tau ini begitu tak sopan, tapi aku tak peduli.
Entah kenapa, ketika aku mulai mengingat efek cemoterapi adalah rambut yang rontok, aku langsung menolaknya.. Tiba-tiba saja aku takut kau pergi dari hidupku, Mr. Nemo.
***
Hari ini senja terlihat begitu indah, aku tengah duduk di ayunan sambil memainkan gitar, hingga Hae Rin datang. "Ini Eonni, ada surat untukmu" katanya sambil menyerahkan surat itu. Aku tersenyum, "Kau, mengirimiku lagi" kataku pelan. Kubuka surat purple itu perlahan.
______________________________________________________________________________
Untuk Min Rin,
Hari ini kau masih terlihat pucat, sebenarnya kau kenapa? Apa kau sakit? Istirahatlah, minumlah beberapa vitamin. Karna jujur aku tak suka melihatmu seperti ini manis.
Aku tak tau apa yang terjadi padamu, tapi kembalikan semangatmu yang dulu, juga senyuman mu, aku benar-benar merindukannya.
Saranghae
________________________________________________________________________________
Aku mulai menutup surat yang selalu diakhiri kata saranghae itu. Ku ukir seulas senyum di bibirku.
"Kau benar Mr. Nemo, aku harus semangat. Aku tak boleh terus larut dalam kesedihanku, aku tak ingin penyakit ini menertawaiku. Aku berjanji, aku akan memenangkan pertempuran ini, tanpa perlu cemoterapi" batinku. Ku peluk surat itu perlahan "Hai, Tuan Nemo, besok apalagi yang akan kau tulis untukku"
***
"Kyaa! " teriakku saat tak menemukan surat itu di kotak surat usang yang sudah bertahun-tahun tak di gunakan. Mangkannya aku begitu kaget ketika Eomma mengatakan aku dapat surat. Maklum saja, keluarga ku sudah lama tak pernah mendapat surat. "Kenapa tak ada suratnya? Bukankah hari ini harusnya surat ke empat ?" pekikku. Aku langsung berlari ke dalam rumah, menemui eomma yang tengah memasak. "Surat itu, apa Eomma yang mengambilnya?" kataku ditengah nafas yang mungkin tinggal sejengkal. "Ani. Hari ini Eomma tak mengambilnya. Memangnya kenapa?" tanya Eomma yang tak kuhiraukan. Hatiku terlalu gundah untuk menjawabnya.
Kubanting tubuhku perlahan keatas sofa putih, aku menghela nafas panjang, tatapanku begitu datar. "Surat ke 4 ini, aku sangat menunggunya, bahkan aku sampai berlari pulang untuk membacanya. Tapi kau, Mr. Nemo malah tak mengirimnya untuk ku" dengusku kesal. Entah sejak kapan aku mulai terhipnotis oleh surat itu, mungkin sejak surat ke 2 itu, atau yang ke 3, atau bahkan dari yang pertama.
Entahlah aku tak tau. Tapi yang jelas aku mulai menikmati permainan surat misterius ini. Aku selalu ingin tau apa isi surat berikutnya, seberapa panjangkah, bagaimana tulisan tangannya, dan.. Aku ingin selalu membaca kata saranghae diakhir suratnya.
"Apa ini yang kau cari Eonni?" ucap Hae Rin dari belakang membuyarkan lamunanku, kulihat surat purple berstiker itu ada di tangannya. "Ne. Jadi kau yang mengambilnya?" tanyaku dengan wajah berbinar, rasa sedih yang tadi menggeluti hatiku. Kini sirna begitu saja. "Kenapa kau begitu bahagia? Sebenarnya ini surat dari siapa?" godanya. "Entahlah aku tak tau, tapi itu dari seorang namja." jelasku, ya aku yakin mataku kali ini lebih bersinar, entah kenapa setiap aku menceritakannya, atau sekedar mengingatnya perasaanku sungguh bahagia. "Pantas kau begitu gembira. Ah, sejak kapan kau mencintainya Eonni?" tanyanya yang berhasil membuatku tercekat. "Apa maksudmu? Aku tak mencintainya.. Sudah sini, berikan suratnya" jawabku gelagapan, kuambil surat itu dari tangannya. "Kau mencintainya Eonni. Kau tak bisa membohongiku. Aku lebih tau cinta dari pada kau" godanya, tapi aku tak mengubrisnya. Aku terus berlalu meninggalkannya.
Aku membanting pintu kamarku tak terlalu keras, tapi cukup untuk membuat Hae Rin mendengarnya. Aku terduduk di kursi, masih memikirkan apa yang tadi dongsaengku bilang. Aku mencintai Mr. Nemo? Itu tak mungkin! Tak akan! Hei, cinta itu menakutkan,aku tak ingin membuang-buang waktuku hanya untuk 5 huruf itu,  tak mungkin aku mencintainya. Meskipun aku selalu menunggu suratnya, tapi ini bukan cinta, hanya suatu kenyamanan, may be.
Kutenangkan diriku yang sempat terbawa amarah, lalu mulai menatap surat puple yang sedari tadi ku genggam. "Ku pikir, hari ini kau tak mengirimiku surat" gumamku diwarnai senyum. Aku membuka surat itu perlahan, kali ini ada suatu rasa yang berbeda.
_________________________________________________________________________________
Untuk Min Rin,
Semakin hari kau terlihat semakin indah, lebih indah dari bintang-bintang di langit, keindahan yang kau berikan tak mudah hilang termakan waktu, tapi keindahan itu abadi di hatiku.
Aku percaya jika setiap orang memiliki keistimewaan masing-masing. Kau tau apa keistimewaan mu? Kau bisa membuatku tergila-gila padamu, kau membuat aku lebih mencintai mu dari pada diriku sendiri.
Percaya tidak? Jika aku selalu mengawasi gerak-gerikmu, melihatmu tertawa, menangis, marah, bernyanyi, menatap senja, atau ketakutan ketika aku diam-diam mengikutimu. Aku sangat menyukai semua itu, seolah bisa memberi kekuatan baru dalam diriku yang rapuh.
Jangan anggap semua yang kutulis adalah puisi penuh kepalsuan. Tapi anggaplah ini suara hatiku.
Han Min Rin, bacalah suratku seakan-akan aku yang mengatakannya padamu, duduk di depan mu, memegang lembut tanganmu, dan meyakinkanmu jika aku benar-benar mencintaimu.
Saranghae.
________________________________________________________________________________
Aku bagaikan bisa mendengar detakan jantungku, dag dig dug, suara itu mulai terdengar makin keras di telingaku. Aku menghempaskan tubuhku perlahan, saat ini aku begitu bahagia, tanpa ku tau apa penyebabnya.
***
Malam ini hujan turun lagi, menghadirkan rasa dingin tiada tara, dingin yang paling aku benci. Aku terus mengingat kata demi kata dalam surat itu, tiba-tiba ide gila mulai muncul, mewarnai tiap saraf dalam otakku.
_________________________________________________________________________________
Untuk Mr. Nemo
Ini malam yang begitu dingin, kau tau kan aku benci dingin? Kenapa hujan turun malam ini? Padahal aku ingin melihatnya, memastikan apa kata-katamu memang benar, jika aku lebih indah dari bintang-bintang. Haha, aku hanya bercanda Mr. Nemo.
Ah iya, aku memanggilmu dengan Mr. Nemo, bolehkah? Aku memanggil mu seperti itu karna kau tak memberi tau nama mu. Mianhae, aku harap kau tak marah.
Ada dua hal yang ingin aku tanyakan padamu. Pertama, kenapa kau lebih memilih surat, bukan email, atau sms?
Dan yang ke dua, bisakah kau menceritakan padaku tentang dirimu? Aku ingin mengenalmu.
Han Min Rin
______________________________________________________________________________
Aku mengakhiri goresan tanganku di sebuah kertas, melipatnya lalu memasukkannya dalam sebuah amplop biru. Tinggal menunggu hari esok, surat ini akan segera pindah ke tangan namja misterius itu.
***
Lagi-lagi, aku langsung berlari menghampiri kotak surat yang sudah usang itu, kulihat amplop biru yang tadi pagi ku letakkan, kini sudah berubah menjadi amplop purple. Ah, dia sudah mengambilnya, dan aku yakin ini adalah balasannya. Aku masuk ke dalam dengan menenteng surat itu. Ku buka surat itu masih dengan seragam lengkap yang menempel pada tubuhku. Aneh, perasaan ini datang lagi, perasaan dag dig dug yang tak pernah bisa kuartikan. "Hai, ada apa dengan mu Han Min Rin? Tenanglah ini hanya sepucuk surat" gumamku mencoba menenangkan.
_______________________________________________________________________________
Untuk  Min Rin,
Aku tak pernah membayangkan jika kau akan membalas surat ku, bahkan begitu antusias. Kau tau bagaimana perasaanku saat ini? Seperti melayang disela-sela awan, aku bahagia. Aku yakin kau menganggap ku lebay tapi jika kau sudah mengenal cinta, lebay itu adalah hal biasa.
Hei, kau tanya padaku kenapa aku lebih suka mengirim surat. Karna surat lebih romantis. Mau tau letak keromantisannya? Aku yakin kau pasti merasakan ini. Ada perasaan senang tersendiri ketika seseorang mulai mulangkan waktu untuk menulis surat demi kau, ketika orang itu menuliskan beberapa kata yang indah yang membuat mu terus menantikannya. Itulah letak keromantisaannya manis. Perasaanku ini begitu besar untukmu, aku tak ingin mengungkapkannya lewat email atau sms, itu terlalu biasa Han Min Rin.
Kau juga tanya tentang bagaimana diriku, sebenarnya aku sedikit ragu mengatakannya, takut kau bilang aku sombong, tapi ya sudah jika kau memaksa.
Aku seorang namja, umurku 2 tahun lebih tua darimu. Kulitku putih, rambutku hitam, hidungku mancung, dan tubuhku bisa di bilang tinggi. Apakah aku harus mengatakan ini untuk membuatmu jatuh cinta padaku? Haha. Ssst... Ini rahasia, banyak yeoja yang bilang aku tampan lo.
Oh ya, akhir-akhir ini, kau sudah ceria seperti dulu. Syukurlah, terus lah seperti ini. Jangan membuatku cemas lagi.
Saranghae.
_____________________________________________________________________________
Otakku terus membayangkan bagaimana wajah namja itu, "Apa dia benar-benar tampan?" gumamku sedikit ragu. Aku langsung meraih selembar kertas dan mulai membalas suratnya.
_______________________________________________________________________________
Untuk  Mr. Nemo,
Aku tak tau jika kau begitu percaya diri. Aish, kau bilang kau begitu tampan, mana buktinya? Aku saja tak bisa melihat wajahmu. Tapi, terimakasih ya, kau sudah membuatku tersenyum lagi. Kau membuatku melupakan nilai ulangan kimia ku yang jelek, ah itu memalukan Mr. Nemo
Bolehkah aku melampiaskan kemarahan ku padamu? Ku mohon! Ah, hari ini adalah hari sial ku. Kau tau? Aku sudah susah payah siang dan malam untuk membuat puisi, dan di tolak mentah-mentah, di permalukan di depan kelas. Belum lagi nilai kimiaku, aku harus nya mendapat nilai 8, tapi entah apa yang terjadi dengan orang itu, dia menilai sesukanya hingga aku mendapat nilai 5. Memalukan!!
__________________________________________________________________________________
TES. Tiba-tiba saja hidungku mulai mimisan lagi, tubuhku lemas, dan setelah itu aku tak tau apa-apa.
***
Ketika aku baru membuka mataku, bau obat menyeruak masuk ke lubang hidungku. Ya, ini bau rumah sakit.
"Hei, Han Min Rin. Akhirnya kau bangun juga" kata Yesung mulai menghampiriku. "Yak, semenjak kau kemarin pingsan, kami disini menungguimu." tambah Ryeowook. "Apa aku harus sakit dulu, biar kalian perhatian ke aku?" candaku. "Bodoh. Memang nya kapan kita tidak perhatian padamu" sentak Yesung pelan. "Lucu sekali tuan-tuan, kalian lupa apa, jika kalian sering meninggalkanku sendirian" sindir ku. "Sudahlah. Ini," sebuah surat purple yang begitu kukenal sudah ada ditangan Ryeowook. "Hae Rin memintaku untuk memberikannya padamu ketika kau sadar" tambahnya. "Siapa orang itu? Yang bisa membuatmu jatuh cinta?" aku terdiam, "Maksudmu?" tanyaku. "Ayolah jangan bodohi aku Min Rin, kau mencintainya kan?" tanya Yesung. Kali ini aku tak langsung menjawab, aku terus menanyai diri ku sendiri, "Apa aku mencintainya?" batinku. "Sudahlah. Kurasa biar kau saja yang tau" kata Yesung membuyarkan lamunanku.
Aku mulai membuka surat itu, dengan kondisi yang masih lemas.
_________________________________________________________________________________
Untuk  Han Min Rin,
Kau tau Min Rin, kau adalah segala-segalanya. Laut memang indah, bintang memang menawan, tapi hanya kau yang selalu bisa merampas tatapanku.
Ketika senja, aku selalu menanti suara merdumu, menyanyikan lagu-lagu indah, sebaris demi sebaris, meskipun aku tau kau bukan menyanyi untuk ku. Tapi aku tetap menunggunya.
Kau segala-galanya untukku.
Saranghae
_______________________________________________________________________________
"Kau juga segalanya untukku, meskipun aku tak tau kenapa kau begitu penting." gumamku.
***
Hari ini aku merasa lebih lemas dari kemarin, untuk bangun dari tempat tidurpun aku begitu susah. "Apa ada surat untukku Wookie?" lirihku. "Ada surat yang sama seperti kemarin" jelas namja aegyo itu. "Bacakan untuk ku Wookie, itu surat ketujuh ku" pintaku. "Baiklah" namja itu mulai membuka surat dari Mr. Nemo. "Dear Min Rin" dia mulai membacanya
_______________________________________________________________________________
Untuk Min Rin,
Ini suratku yang ketujuh. Benar-benar suatu keajaiban aku bisa bertahan hingga sekarang.
Aku bodoh.. Kenapa aku terus menulis, tanpa bertanya padamu.
______________________________________________________________________________
Ryeowook terdiam. "Teruskan Ryeowook, aku ingin mendengar lanjutannya" kali ini nada suaraku bukan seperti orang memohon, tapi lebih seperti orang yang tak sabar.
"Han Min Rin, apa kau mencintaiku?" Ryeowook mulai melanjutkan membaca surat itu.
Aku tercekat. Pertanyaan yang sama, yang ditanyakan
Yesung padaku kemarin, sekarang dia menanyakannya padaku. Dan aku belum tau jawabannya apa.
***
Seminggu setelah aku pulang dari rumah sakit, tak ada yang berubah dari kehidupan ku, kecuali surat itu. Namja itu sudah tak pernah mengirimiku lagi, apa mungkin karna aku tak menjawabnya? Jadi dia  pergi meninggalkanku? Entahlah, tapi yang jelas aku terus menantikannya.
***
3 bulan berlalu, dan tak ada yang berubah. Mr. Nemo ku menghilang, dia tak pernah mengirimi ku surat lagi, tiap hari aku selalu membuka kotak surat itu, tapi lagi-lagi aku harus kecewa, dia pergi.
Aku melewati Eommaku, tanpa menyapanya, persis seperti waktu itu, ketika aku baru mendapat surat misterius itu. "Baru pulang Min Rin?" tanya Eomma, tapi aku terus berlalu menuju kamarku. Dan disana, aku melihatnya, surat purple berstiker nemo itu, sudah terbaring menungguku di meja belajar. Aku meraihnya perlahan, ada segunung perasaan bahagia di dadaku.
__________________________________________________________________________________
Untuk  Min Rin,
Sudah 3 bulan aku tak menulis surat untukmu. Sekarang saat aku mulai menulis lagi, perasaan gugup itu datang lagi. Apa kabar kau sekarang? Aku merindukan mu. Merindukan kau membaca surat-surat ku, dan merindukan mu menulis balasan untuk ku.
Seperti dulu yang pernah ku bilang padamu, kau segalanya untuk ku. Tapi kenapa kau tak membalas surat terakhirku? Setidaknya beri aku kepastian. Han Min Rin maukah kau menjadi yeojachinguku?
__________________________________________________________________________________
Surat itu berakhir. Dan aku harus menjawabnya jika aku tak ingin dia pergi lagi.
_________________________________________________________________________________
Untuk Mr. Nemo
Aku begitu mencintaimu. Ya, aku mau…
___________________________________________________________________________
***
Aku terus berlari, hingga aku sampai di depan kotak surat itu. Surat itu menghilang, tapi tak ada jawaban. Aneh.
Aku masuk ke dalam kamar ku dan mulai menulis surat untuknya.
__________________________________________________________________________________
Untuk  Mr. Nemo
Kenapa kau tak membalas suratku? Apa kau tak membaca jika aku sudah mau menjadi yeojachingumu? Balaslah.
__________________________________________________________________________________
****
Tak terasa sudah 4 bulan aku menjalani hubungan dengan namja yang bahkan tak aku kenal. Namja yang tak pernah lagi mengirimiku surat, bahkan hampir menghilang dari kehidupanku. Aku masih mengingat surat terakhirnya. 2 bulan lalu, tepat di hari ulang tahunku. Tiba-tiba saja dia mengirimi ku surat setelah menghilang 2 bulan. Aku tak tau apa perasaan ku saat itu, apa aku harus bahagia, sedih atau malah marah padanya, aku benar-benar tak tau. Aku merasa dia telah mempermainkan ku.
Hari-hariku semakin dibuat frustasi olehnya, mungkin inilah yang mereka sebut "Galau". Tiap detik aku selalu memikirkan orang itu. Ketika aku berada di jalan dan aku merasa ada sesuatu yang mengikutiku, aku tak lari. Aku hanya berdiam berharap dia mengikutiku seperti hari itu, tapi aku salah. Itu hanya seekor kucing.
Saat ini langit senja memang indah, tapi aku tak berniat menatapnya, lebih memilih untuk menundukkan kepalaku dalam-dalam. Hingga aku melihat seorang namja menyodorkan surat misterius itu di hadapanku. "Apa itu kau?" tanyaku. "Bukan. Dia hanya menyuruhku memberi ini padamu" jelasnya yang membuatmu tersenyum getir. "Aku tak mau menerimanya. Suruh saja pecundang itu yang kesini" sentakku. "Apa kau bilang? Pecundang? Kau tak pantas memanggil Hyungku seperti itu" "Kenapa? Kenapa aku tak pantas memanggilnya seperti itu?" tantangku. "Karna.. Karna.. Hyungku itu.." kata-katanya tertahan, dia mulai menangis. "Sudahlah, kau ingin bertemu dengan Hyungku kan? Ikuti saja aku!" namja itu mulai berjalan menjauhiku dan aku mengikutinya dari belakang. Kami masuk ke dalam sebuah rumah yang bersebrangan dengan rumahku. "Astaga, apa ini rumahnya? Apa selama ini dia sedekat ini denganku?" batinku.
***
Aku masuk dalam sebuah kamar bernuansa putih. Ku temukan sesosok namja tertidur lemas diatas ranjang. "Dia Hyungku, orang yang selalu mengirimimu surat. Namanya Lee Donghae" jelasnya. "Dia kenapa? " tanyaku bingung. "Itu semua karna AIDS, sudah 2 tahun Hyung mengidap penyakit itu. Awalnya Hyung tak punya semangat hidup, tapi ketika dia mulai mencintaimu, dia bangkit. Hari-harinya, selalu di isi dengan memandangmu dan menulis surat untukmu. Saat 3 bulan itu dia menghilang, itu karna kondisinya yang makin memburuk" ungkapnya dengan berlinang air mata, begitu juga aku.
"Sehari setelah kalian jadian, kondisi Hyung semakin memburuk, sekedar duduk bersandar diranjangnya pun, itu begitu susah untuknya, apalagi menulis surat untukmu Han Min Rin, tapi saat ulang tahun mu dia memaksakan untuk menulis meskipun itu begitu menyiksanya" lanjutnya, sedangkan aku hanya menangis, tak percaya jika orang yang selama ini menyemangati ku untuk selalu tersenyum, malah terpuruk karna AIDS. "Kau tak pantas memanggilnya pecundang. Tak pantas" tambahnya. Aku masih terdiam, aku tau, aku salah.
Aku mendekatinya, memandangi wajahnya yang pucat, dia terlihat kurus. Sedangkan mataku tak henti-hentinya meneteskan air mata. "Min Rin?" namja itu sudah bangun, dia tengah memanggil ku. "Apa aku membangunkan mu Donghae?" tanyaku setelah menyeka air mata. "Ani. Sekarang kau sudah melihatku yang memalukan ini" lirihnya. "Jangan pernah bicara seperti itu." tegasku. "Kenapa kau tak bilang, kalau rumahmu ada di depan rumahku hah?" protesku. "Kalau kau tau ini tak akan seru lagi" katanya di sela-sela senyum. Senyum yang begitu manis.
"Sudah malam, pulanglah!" perintahnya, dan aku tak bisa menolak. Dengan berat hati aku mulai beranjak dari tempat ku duduk, memberikan kecupan dibibirnya, untuk yang pertama kali. Setelah itu kembali pulang.
***
5 hari setelah aku tau kondisi Donghae, aku selalu datang kerumahnya. Melihat wajahnya, merawatnya dan mengecup keningnya tiap dia merasa kesakitan. Aku tau kondisinya semakin parah, dan hal itulah yang membuatku semakin sering menemuinya. Aku tak peduli dengan kondisiku sendiri, meskipun aku semakin sering mimisan dan pingsan, tapi itu tak membuatku memperdulikan kanker darah ini, perioritas hidupku sekarang adalah Lee Donghae.
Tapi 3 hari ini, aku tak bisa mengunjunginya. Kondisiku juga makin memburuk, aku diopname di rumah sakit. Jangankan untuk pergi kerumahnya, sekedar berjalan kekamar mandi saja, aku tak bisa. Perasaan ku mulai tak tenang, aku begitu merindukannya, terutama senyumnya.
"Kau ingin cepat sembuh kan?" tanya Yesung serius. "Tentu saja babo!" jawabku pelan. "Kalau begitu cemoterapi. Kau harus melakukannya" tandasnya. "Aku tak mau Yesung. Jangan paksa aku! " tolakku. Ya aku masih keukeuh dengan pemikiran awal ku. Tak mau di cemoterapi. "Kenapa? Ini demi kesembuhan mu" tanya Ryeowook lembut. "Aku takut Wookie, setelah cemoterapi rambutku akan rontok, dan aku akan semakin jelek. Aku takut dia tak mencintaiku lagi" jawabku berlinang air mata. "Apa dia tau penyakitmu?" aku hanya menggeleng pelan. "AIDS sudah menjadi beban berat dalam hidupnya, aku tak mau menambah dengan penyakitku" lirihku.
***
Akhirnya aku bisa pulang, dengan kondisi yang masih lemah. Bosan juga seminggu berada dirumah sakit. Aku langsung berjalan kerumah Donghae dan masuk kekamarnya tanpa permisi. Disana, dikamar putih itu, aku tak menemukan siapa-siapa. Aku berlari kekuar, dan tak berhasil menemukan Donghae. "Dia dimana Hyuk Jae? Hyung mu dimana?" tanyaku mulai panik, tapi namja itu hanya terdiam. "Hyuk Jae, dia dimana?" tanyaku lagi, dan dia masih membisu. "Hai, bangsat, apa kau membiarkannya pergi sendiri? Jawab bangsat!" sentakku keras.
"Ya, aku memang bangsat Han Min Rin. Aku membiarkan dia pergi, aku tak bisa menahannya, karna aku sudah tak tahan melihat nya tersiksa dengan AIDS!" bentaknya padaku. Entah kenapa aku mulai takut, meskipun aku tak tau apa yang Hyuk Jae katakan. "Maksudmu?" tanyaku ragu. "Kemarin, Tuhan telah mengambilnya. Pukul 6 pagi, dia menghembuskan nafas terakhirnya. Dia telah meninggal Min Rin,"
Aku terdiam, tubuhku merosot hingga terduduk dibawah. Kaki lemas, tak bisa menopang tubuhku. Aku menangis, kurasakan sakit yang menghantam hatiku begitu keras. "Kenapa? Kenapa dia harus pergi, disaat kami mulai merasakan kebahagiaan. Disaat aku mulai menyadari bahwa aku sangat mencintainya, lebih mencintainya daripada diriku sendiri. Kenapa harus kemarin Hyuk Jae? Seharusnya dia menungguku sampai aku keluar dari rumah sakit, setidaknya dia mengucap selamat tinggal padaku, atau membiarkanku mengecupnya untuk yang terakhir"
***
Ku tatap langit malam bertabur bintang, kedua kakiku menendang kecil rerumputan, sesekali mengayun ayunan yang ku duduki. "Masuklah, sudah malam." suara seorang namja begitu hangat membuyarkan pandanganku. Aku terdiam, menatapnya sebentar, lalu mulai memandang langit lagi.
"Ayolah Min Rin, Ibumu sangat mencemaskan kondisi mu" katanya lagi. "Aku ingin disini Hyuk Jae, menatap langit. Berharap aku bisa melihat wajah terakhirnya, yang belum sempat kulihat. Setidaknya sebentar saja." Aku menghela nafasku panjang, kedua mataku mencoba menahan bulir air mata "Kau, masih belum bisa melupakan Hyungku?" "Tak bisa, tak akan pernah. Rasanya sakit sekali, tiap aku ingat. Bahwa aku tak bisa menemaninya pada detik-detik terakhirnya, saat aku tak bisa menemaninya menahan rasa sakit, rasanya itu begitu menusuk Hyuk Jae" jelasku, kali ini suaraku sedikit bergetar.
"Ini dari Hyungku, dia memintaku untuk memberikannya padamu, ketika kau sudah bisa tenang. Tapi kupikir, tak akan ada yang bisa membuatmu tenang, kecuali surat ini" katanya yang terakhir sebelum pergi meninggalkanku. Aku terus memandangi surat itu.
__________________________________________________________________________________
Untuk  Min Rin,
Kau tau kan bahwa setiap manusia punya jalan hidupnya masing-masing. Ada manusia yang berhasil, ada juga yang gagal. Ada manusia yang bisa mendapat semua yang di inginkan dengan mudah, ada juga yang harus melepas apa yang diinginkannya. Dan aku seperti yang terakhir, aku mencintaimu Min Rin, aku begitu ingin memilikimu, tapi aku tak bisa, Tuhan tak mengijinkanku untuk hidup terlalu lama, untuk menikah dengan malaikat sepertimu. Malaikatku yang bersinar. Tapi setidaknya aku telah beruntung, bisa mencintaimu, bisa mengirimi mu surat. Aku bangga Han Min Rin.
Terimakasih ya, kau sudah mau menjadi malaikatku. Terimakasih juga karna kau telah memberiku semangat dalam hidupku yang rapuh dan singkat ini. Kau mampu membangkitkan diriku yang terpuruk karna AIDS, hingga membuatku bertahan sampai saat ini.
Maafkan aku Han Min Rin, aku sudah gagal mempertahankan hidupku, untuk bisa bersamamu. Aku gagal meyakinkan Tuhan jika aku pantas ada di dunia-Nya. Aku pecundang yang memalukan Han Min Rin.
Jika hari itu datang, jika aku telah berada di langit, aku tak ingin melihatmu menangis, aku hanya ingin melihatmu tersenyum. Karna aku bukan pergi untuk menjauh darimu, tapi aku pergi agar aku semakin dekat dengan mu. Mungkin di kehidupan ini aku tak bisa bersamamu, tapi yakinlah jika dalam kehidupan selanjutnya, atau kehidupan-kehidupan setelahnya kita akan hidup bersama dalam suatu kebahagian. Dan bahkan dalam kehidupan yang abadi nanti, kehidupan terakhir di surga, percayalah jika aku akan selalu menunggumu, menginginkanmu untuk menjadi pendampingku.
Percayalah Han Min Rin, aku begitu mencintaimu.
_______________________________________________________________________________
TES. TES. TES. Darah mulai menetes dari hidungku, memberi noda pada surat Donghae. Aku mengusap darah itu, kemudian air mataku. Tapi, TES. TES. Darah itu tak mau berhenti.
"Kau benar Lee Donghae, kita akan segera bersama dalam kehidupan selanjutnya. Karna kanker darah ini juga akan menggeroti tubuhku juga nyawaku" batinku dengan masih mengusap darah mimisan ini.

Sabtu, 05 Juli 2014

Free Download 'Mp3CoverDownloader'

Mungkin sebagian dari kita merasa gak nyaman kalo download lagu gak ada covernya. Nah, setelah browsing kemana mana, ternyata ada aplikasi untuk menambahkan cover pada Mp3. Namanya Mp3 Cover Downloader. Ini bisa kalian download di link : http://www.4shared.com/file/pld5ROLbce/Mp3CoverDownloaderSetup.html