Jumat, 12 Juli 2013

FF BAD LIFE - part 3



Author :  JewelAMD
Tittle    :  Bad Life Part 3
Genre  :  Romance, angst, family
Cast     :     - Han Min Rin
-          Cho Kyuhyun
-          Park Jung Soo
-          And other cast      
Rating : PG15
Length: Chapter
A/N     :  ANNYEONG!
             Part 3 datang. Sepertinya ini bakal jadi part yang terpendek. Heheh teruslah membaca dan tinggal komen, please. Oke,
 Happy reading 




----------------------------------------------------

"Yeobseo" wanita itu mengulang sekali lagi, tapi sosok Min Rin hanya terdiam membeku ditempatnya. "Nuguya? Bicaralah, jika tidak, akan kututup" Han Min Rin masih tetap sama, diam. Tangannya bergetar.
"Siapa itu?" dan suara lelaki itu membuat Min Rin tergerak untuk memutuskan sambungannya.
Mata gadis itu memanas, hatinya hancur. Seorang Cho Kyuhyun, lelaki yang sebenarnya begitu dicintainya, lelaki yabg berulang kali menyayat hatinya, kini kembali mempermainkan hatinya. "Sampai kapan aku harus bertahan Cho?"

***

Kyuhyun mengusap beberapa tetes air yang masih melekat di tubuhnya. Beberapa menit lalu, dia telah keluar dari kamar mandi, membersihkan tubuhnya yang mulai lengket. Dilihatnya sosok wanita yang bahkan dia sendiri lupa namanya, kebiasaan seorang Cho Kyuhyun untuk bersama wanita hanya dalam hitungan hari tanpa mau susah-susah mengenalnya, tentunya Min Rin tak termasuk dalam golngan itu.
"Nuguya? Bicaralah, jika tidak, akan kututup" suara wanita itu sedikit kesal, tangannya tengah menempelkan ponsel di telinganya.
"Siapa itu?" pertanyaan Kyuhyun sontak membuat gadis itu membalikkan badannya. Wajah lelaki itu sedikit mengernyit, menyadari jika ponselnyalah yang ada di genggaman gadis itu. "Ya! Siapa suruh kauangkat telefonku!" dengan sigap Kyuhyun menyambar ponselnya. Wajahnya benar-benar terlihat emosi ketika mendapati nama siapa yang tertera pada layarnya. Sambungan itu telah terputus, entah sudah sejak berapa menit yang lalu. "Sial!" Kyuhyun sedikit mengumpat, memakai kaosnya, lalu menyambar jaketnya. "Mulai sekarang, jangan hubungi aku lagi"

***

"Berhentilah membaca novelmu, kau tak mau makan hyung?" sosok berambut hitam yang memliki nama lahir Kim Jong Woon itu menyodorkn pasta buatannya, tiga bulan lebih dia belajar untuk membuat itu. Sedangkan sosok yang dipanggl hyung itu masih diam, terkesan termenung. "Hyung, ini tak akan membunuhmu. Cobalah sedikit saja" sosok itu hanya trsenyum, menutup novelnya sekilas. Bukan, bukan karena perkataan Yesung yang lucu, tapi satu pemaparn pada novel itu yang cukup membuatnya geli. "Sung"
"Hmm" hanya gumaman, lelaki itu tak berniat menoleh. Menikmati rasa pastanya yang pas-pasan.
"Apa kau percaya cinta?" sedetik kemudian lelaki bernama Yesung itu tersedak. Tak percaya dengan apa yang dia dengar, sosok hyungnya menyebut kata sakral itu? Bahkan sudah lama rasanya dia mendengar bab ini dibahas.
"Kk-kenapa tiba-tiba kau tanyakan?" sebelumnya lelaki itu mengambil segelas air putih, menghilangkan sedikit tersedaknya.
"Kalau begitu, apa yang kaupikirkan tentang cinta?"
Sekali lagi, sosok itu mengernyit bingung. "Ya hyung, apa yang terjadi padamu?"
"Aku tanya, apa yang kau pikirkan tentang cinta?"
"Baiklah, aku kalah. Cinta itu merupakan perasaan tulus, cinta itu indah" Yesung mengakhiri kalimatnya, wajahnya terlhat seperti seseorang yaang tengah membca puisi di depan wanitanya. "Kau sendiri?"
Sosok itu sedikit menyeringai, "Cinta itu, kebohongan" dan dia kembli membenamkan dirinya pada novel merahnya. Membuat Yesung menatapnya nanar, dia.. berubah sejak dua tahun lalu.

***

Kyuhyun menginjak remnya, memasuki kawasan Universtas. Bukan, ini bukan Kyunghee University, ini Universitas tempat gadisnya berada. Lelaki itu melangkahkan kakinya, dia tau pasti perempuan itu ada disini, hari ini, dia ada kelas. Kyuhyun mengedar pandangannya, tak ada sosok Min Rin ditaman, dia kembali melangkahkan kakinya ke tempat lain. Menyusuri beberapa lorong, dan terakhir kantin. Obsidian Kyuhyun kembali mencari. "Kenapa kau lari?" Kyuhyun memeluk tubuh Min Rin dari belakang, gadis itu sedikit terkejut.
"Lepaskan aku Cho!" penuh penekanan. Mendengar suara Kyuhyun, membuat luka yang ada pada gadis itu menganga lebar.
"Biarkan seperti ini, aku merindukanmu" Min Rin memahat senyum getir di bibirnya. "Kau merindukanku? Atau merindukan wanita yaang kemarin?"
"Mianhae" dan untuk keberapa kalinya penyesalan Kyuhyun membuat dirinya muak. Gadis itu melepas paksa tangan Kyuhyun dari tubuhnya.
"Apa hanya kata maaf yang bisa kauucapkan? Aku muak Cho"
"Lalu apa yang kauingnkan? Aku berlutut didepanmu?" suara Kyuhyun meninggi. Oh ayolah, harusnya dia bukan orang yang terserang emosi saat ini.
"Aku bertanya sekali lagi Cho Kyuhyun! Seberapa rendah harga diriku dimatamu?" Kyuhyun tak menjawab, diam. Dia tau, Han Min Rin marah padanya, bahkan untuk kesalahan yang tak pernah benar-benar Kyuhyun sadari. "Jangan temui aku, sebelum kau tau jawabannya" dengan cekatan Min Rin menyambar tasnya, meninggalkan Kyuhyun juga dua sahabatnya yang masih memaatung. Hari ini, gadis itu begitu lelah, dia ingin menangis, ingin berlindung dibalik tubuh seseorang. Seorang Han Min Rin, kembali menjadi rapuh.

***

Gadis itu memandang bangunan di depannya dengan penuh tanda tanya, dia tak tau alasan pasti kenapa langkah kakinya membaawanya kesini. Tempat ini, terakhir dia datang kesini mungkin seminggu yang lalu. Ketika dirinya dan Kyuhyun dilanda masalah yang sama seperti saat ini. Untuk sesaat, Min Rin menatap bangunan itu, matanya terlihat berkaca. Sebagaimanapun bibirnya berucap kasar, sebagaimanapun otaknya mengorganisir hal kejam, seberapapun dia mencoba meyakinkan orang lain dan dirinya jika dia sudah tak memliki siapapun di dunia ini smenjak sepuluh tahun lalu, tapi jauh di lubuk hatinya dia sesekali merindukan sosok it. Min Rin mengusp air matanya, dia tak pantas menangisi seseorang yang bahkan telah menghancurkan kebahagiannya. Gadis it menghela nafas beratnya, memandang bangunan di depannya untuk beberapa detik, sebelum akihrnya membalikan badannya, hendak meninggalkan tempat itu.
"Min Rin, kau kah itu?" Han Min Rin menolehkan kepalanya, mendapati sesosok wanita dengan kantong belanjaan di tangan kirinya, sedang tangan kanannya menggandeng bocah lelaki berumur tujuh tahun. "Ah benar" tutur wanita itu ketika dirinya melihat penuh wajah gadis di depannya.
"Aku hanya kebetulan saja lewat sini"
"Kalau begitu mampirlah, aku akan buatkan  coklat hangat kesukaanmu"
"Eomma" potong bocah itu, sedikit tak suka dengan usul sang eomma.
"Tak perlu" penolakan itu tak terdengr setajam biasanya. Min Rin melangkahkan kakinya, berjalan memunggungi wanita itu. Sedangkan bocah yang tadi dia gandang, sudah masuk terlebih dulu ke rumahnya.
"Sebentar saja, Heechul tak ada di rumah" sejenak gadis itu menghentikan langkahnya, otaknya berputar dengan keras. "Aku mohon"
"Mungkin sepuluh menit" dan secercah senyuman tersungging di bibir wanita itu. Tanpa ba-bi-bu lagi, ditariknya tangan putrinya memasuki pekarangan rumahnya. "Duduklah disini, kubuatkan coklat hangat dulu"
Min Rin menghela nafasnya begitu panjang ketika perlahan bayangan tubuh Jieun menghilang dari hadapannya. Gadis itu benar-benar merutuki kebodohannya, dirinya tak seharusnya menerima tawaran Jieun, dirinya tak seharusnya serapuh ini, dia harus menjadi seorang Han Min Rin yang dingin. Melupakan hati kecilnya, melupakan rasa rindunya akan belaian, dia ingin menghitam maka dia harus hitam seluruhnya. Perasaan rindu ini, perasaan lemah ini, harus dia bakar, diganti dengan kekerasan hati.
"Yeobo, aku pulang.." suara berat itu membuyarkan semua pemikiran Min Rin. Terpaksa, gadis itu memalingkan wajahnya ke arah pintu. Dan betapa terkejutnya dia mendapati sosok lelaki yang begitu dibencinya berdiri disana. "Ah, ada kau Min Rin?" pria itu mengukir senyum manisnya, berbandnig terbalik dengan tubuh kekarnya. "Bagaimana kabarmu?"
"Berhenti basa-basi Heechul-ssi" dingin, amarah gadis itu kembali membuncah ketika melihat wajah itu.
"Apa seorang appa yang menanyakan keadaan putrinya itu basa-basi?"
"Sudah kubilang, kau bukan appaku!" teriak, seorang Han Min Rin benar-benar marah saat ini.
"Sampai kapan kau akan marah padaku?" Kim Heechul, lelaki dihadapannya terlihat frustasi. Dia benar-benar di cap penjahat oleh gadis di depannya. "Sampai kau bisa memutar waktu, dan tak menggoda istri lelaki lain, dengan begitu Byul Yi tak akan mati"
Heechul menghela nafasnya, "Kau tau itu tak akan mungkin"
"Dan tak mungkin pula aku memaafkanmu bodoh!" Min Rin menyambar tasnya, berjalan dengan tergesa keluar dari rumah ini, melewati dua pemuda yang sejak bermenit-menit lalu berdiri diambang pintu. Mereka menatap heran Min Rin yang semakin berjalan menjauh.

***

            Pandangan Kyuhyun terfokus pada secangkir Cappucino yang ada di hadapannya. Disampingnya, I-phone hitamnya meraung-raung tak jelas, menampilkan satu per satu deretan nomor yang melakukan panggilan terhadapnya, tapi lelaki it uterus mengabikannya, tak berniat untuk merespon.
“Seberapa rendah harga diriku di matamu?” sejak lima menit yang lalu pertanyaan Min Rin terus membayanginya. Memeras otak cerdas lelaki itu untuk menemukan jawaban, menemukan kebenaran dan keberaniannya, tapi seperti sesuatu yang kosong, IQ-nya yang tinggi tak dapat membantunya sama sekali.
Terdengar helaan nafas panjang, ia terlihat mulai lelah, “Berapa harga dirinya bagiku? Berapa?” Kyuhyun membuka mulutnya, bertanya pada segumpal darah dalam dirinya, pada apa yang orang sebut hati, lubuk jiwanya. Sedetik, semenit, Kyuhyun masih menunggu hatinya menjawab, namun yangdia dapat hanya sebuah gema dari pertanyaannya, hatinya kembali memprtanyakan itu pada titik lain dalam dirinya. Sebuah tindakan yang sia-sia, Kyuhyun tau itu terlalu bodoh, tapi konyolnya Kyuhyun tetap melakukannya.
Disekitarnya, belasan mata dengan mascara tebal menatap ke arahnya. Bising, banyak orang di sekelilingnya tapi tak satupun yang bisa dia tanyai, tak ada satupun dari mereka yang akan tau jawabannya, begitu piker Kyuhyun. Lelaki itu semakin menyelami Cappucinonya, mencari jawaban dari secangkir minuman yang dia anggurkan. Dia ingin segera memecahkan pertanyaan yang semakin lama berubah menjadi teka-teki, dia ingin segera bertemu wanitanya. Masih dia ingat tatapan Min Rin saat itu, tatapan penuh amarah, kekecewaan, dan luka. Seperti tatapan seseorang yang dia kenal ebebrapa tahun lalu.
Kembali dia menghela nafas panjang, kali ini diteguknya Cappucino yang sedari tadi hanya di tatapnya. Dia sudah memebayyar, dan saying jika harus membuangnya dengan percuma. Akal sehat lelaki itu berputar dengan keras, seharusnya dia cukup mengatakan ‘Kau yang paling berharga dalam hidupku’ atau ‘Harga dirimu memang tinggi’ tapi bagi Kyuhyun untuk mengucap serentet kata itu terlalu susah. Terakhir kali dia mengucapkannya, beberapa hari lalu di rumah Lee ahjumma, dan setelah itu lidahnya terasa kelu. Seperti berbohong, meskipun dia tak yakin dia berbohong karena apa. Pada permasalah harga diri, atau pada masalah lain yang bahkan belum Kyuhyun pahami saat ini.

***

Langit terlihat menggelap. Tak ada tanda-tanda hujan akan datang, bahkan gerimipun tak menunjukkan dirinya pada bumi. Hanya sesekali semilir angin melambai dengan rasa dingin yang siap menusuk hingga ke tulang. Sepasang tangan dengan jemari lentik mulai menarik resleting jacketnya, menenggelamkan tubuhnya semakin dalam untuk mencari kehangatan. Telapaknya mulai di gosokkan, dia tau ini tak kan menimbulkan api, tapi setidaknya ada sedikit rasa hangat yang tercipta. Berulangkali dia menggosokkan tangannya, hingga akhirnya dia mulai bosan dan memasukkannya pada saku jacket yang dia beli hasil berburu diskon 30% dua bulan lalu. Keplanya mendongak menatap langit, dia berharap hujan turun. Ada banyak hal yang perlu dia ceritakan, ada banayak tangisan yang menunggu dikeluarkan, dan dia butuh hujan untuk menyamarkannya.
Saat ini, dia tengah bersandar pada sebuah took yang tutup. Kakinya sedari tadi tak bisa diam, sebelah kanannya menhghentak pelan, sedangkan yang kiri diam menjaga keseimbangan. Sudah sekitar sepuluh menit dia berada di tempat ini, menunggu seseorang. Seseorang yang dia tak tau namanya tapi begitu ingin dia temui.
“Oh chogiyo!” dua sosok itu menolehkan mukanya. Sedikit mengernyit mendapati seorang wanita yang tak dikenal melambai kea rah mereka.
“Apa kita pernah bertemu?” tanya Yesnung ketika gadis itu ada di depan  mereka.
“Kurasa buku kita tertukar” ucap sang gadis tanpa memperdulikan pertanyaan Yesung sebelumnya. Dia mengelurakan sebuah novel dengan sampul merah dan menyodorkan buku itu tepat di depan lelaki yang lain. “Tuan P.J.S apa itu kau?” gadis itu –Han Min Rin-mulai bertanya lagi.
“Ya, apa kau ingin kita bertukar lagi?” kini, giliran si lelaki yang bertanya. Dia merasa tak ada bedanya bukunya dengan gadsi ini, dia bahakan tak menyadari benda ini telah tertukar.
“Kupikir, akan lebih baik aku memegang bukuku sendiri”
Lelaki itu hanya mengangguk lalu menolehkan badannya, “Sung bukuku ketinggalan di rumah, ambilkan”
            “Ya Jung Soo hyung!” Yesung mulai mendengus kesal. Bahkan dia tak mengatakn tolong, seperti budak saja. Itu yang Yesung pikirkan.
            “Nona ini yang meminta” dan tak oerlu menunggu lama, Kim Jong Woon telah menhilang dengan menggeret kakinya malas.
“Jadi, kita akan menunggu di sini?” tanya Min Rin sepeninggal Yesung.
“Atau kau ingin masuk?”
“Tidak, itu ide yang buruk” Min buru-buru menggelengkan keplanya memberi penolakan. “Mungkin, kita bisa jalan-jalan sebentar” lanjutnya
“Terserah padamu” merasa tak ada hal yang merugikan, Jung Soo tak punya hak untuk menolak.
Mereka berjalan beriringan, beberapa langkah pertama terkesan canggung. Mereka hanya saling diam dan melangkah, hingga Min Rin membuka suaranya untuk yang pertama kali. “Kau mengenal orang itu?”
“Orang itu?” Jung Soo mengulang pertanyaan Min Rin, merasa tak jelas dengan kata ‘itu’ yang dipakai.
“Heechul maksudku” ucap gadis itu member penjelasan.
“Dia guru SMA-ku, kami cukup dekat” Min Rin hanya menganggukkan kepalanya, tak tau harus berkata apa.”Kau sendiri?”
Gadis itu sedikit terlonjak, dia tak pernah menyangka Jung Soo akan menanyainya, “Dia mimpi buruk dalam hidupku” sedikit menghela nafas, Min Rin membuang mukanya. Tak maua wajahnya yang menyedihkan dilihat lelaki itu.
“Kurasa kau keterlaluan, uacapanmu padanya tadi, aku melihatnya”
“Tidak, aku tak pernah keterlaluan pada orang-orang itu” pandangannya beralih, menatap Jung Soo lekat, ”Dia selingkuhan Jieun”
Jung Soo menghela nafas berat, baru dia lihat ada kebencian sebesar ini “Ibumu?”
“Lebih tepatnya mantan” suara gadis itu terdengar tajam, meskipun ada luka disana.
“Kaum perempuan memang brengs*k, kau bahkan mengakuinya”
“Ya! Kau mengatakan itu di depan seorang gadis, bodoh!” Jung Soo hanya menyeringai, matanya terlihat menawan meskpun kabut itu masih ada.
Terjadi keheningan setelahnya, mereka masih berjalan. Angin bertiup semakin kencang, dan hawa dingin makin terasa. Tiba-tiba hujan turun dengan derasnya, tanpa didahului oleh gerimis. Jung Soo menarik lengan Min Rin pelan, mengajaknya untuk berteduh. “Tak perlu, aku butuh hujan saat ini. Kau bisa berteduh sendiri” Jung Soo mengernyitkan dahinya, sebelum akhirnya menyelipkan tubuhnya di depan pertokoan. Membiarkan gadis itu bersenang-senang dengan hujannya.

***

Kyuhyun memasuki apartemennya, dia langsung merebahkan tubuhnya pada sofa. Dia sudah datang ke rumah Lee ahjumma danmenunggu sekitar satu jam di san, tapi gadis itu tak menunjukkan batang hidungnya. Dia sudah mencoba menghubungi ponsel Min Rin dan yang dia dapat hanyalah panggilan tak terjawab. Kyuhyun juga mengunjungi rumah Taehyun dan Shin Hye tapi mereka menolak kehadiran Kyuhyun dengan serempak.
Laki-laki itu menatap nanar keluar jendela. Hujan. Bahkan sampai saat ini dia masih belum bisa memecahkan teka-tekinya. Sedangkan otaknya sajah sudah lelah untuk memikirkan semua ini.
Telepon bordering entah untuk ke berepa kali hari ini. Awalnya Kyu berniat untuk mengabaikannya, sebelum dia berpikir mungkin saja itu Min Rin.
“Yeobseo” sedetik..dua detik.. Kyuhyun mulai ragu.
“Kyu ini aku”
“Nn..noona”

_TBC_

Tidak ada komentar:

Posting Komentar