Sabtu, 08 Agustus 2015

FF Bad Life - Part 6



Author :  JewelAMD
Tittle    :  Bad Life Part 6
Genre  :  Romance, angst, family
Cast     :     - Han Min Rin
-          Cho Kyuhyun
-          Park Jung Soo
-          And other cast      
Rating : PG15
Length: Chapter

long time no see, ini part lama update dan maaf kalo gak menarik. mohon komentar anda karena sejujurnya buat nge-update di sela sela saya kelas tiga itu susah banget. Sebenarnya saya sedikit kecewa karena saya rasa, semua pengunjung blog ini silent reader. Terkadang sedih ngelihat, grafik pengunjung FF Bad Life yang udah ribuan tapi nggak ada satu komentarpun yang nyangkut. Disinilah kenapa saya tidak memiliki cukup semangat untuk meneruskan FF ini. Jadi saya harap mulai sekarang, teman teman jangan sungkan buat meninggalkan jejak. baik itu kritik buruk maupun baik, akan saya terima.

sekian cuap cuap author, silahkan dibaca.

_____________________________

“Pabbo, ah pabboya” Min Rin menggulung dirinya diantara selimut, menggelindingkan tubuhnya ke sisi kanan dan kiri bergantian. Dia tak tahu lagi bagaimana dia harus bertemu Jung Soo, terlebih dengan kejadian kemarin yang masih membayang jelas. “A jinjja Han Min Rin, kenapa kau begitu bodoh?” rambutnya sudah terlihat berantakan ketika dia mengacaknya. Min Rin merasa ingin menyembunyikan diri di balik selimut seharian, terlalu memalukan jika dia harus berjalan keluar dan bertemu mereka yang kebetulan melihatnya kemarin. Ini bukan hal yang pernah dia harapakan akan terjadi, bahkan meskipun itu sekedar lewat dalam mimpi. “Min Rin-ah cepatlah bangun! Kau tak akan pergi kuliah?” “Ya, aku akan segera pergi”

***

Bagi Min Rin, sepanjang hidupnya adalah mimpi buruk. Tak peduli seberapa keras dia mencoba membalik takdir yang terlanjur tengkurap, usahanya akan kembali ke titik awal. Pada akhirnya, takdir kembali tengkurap setelah terlentang beberapa saat. Takdir membuat kebahagiaan jauh dan semakin jauh di setiap dia mengedipkan mata. Min Rin tak akan pernah lupa bagaimana Kyuhyun membuatnya terpelanting kesana kemari, bagaimana JaeHyuk dan JinAe membuat dia kehilangan Byul Yi. Min Rin selalu mengingat itu seolah ada satu ruang tersendiri dalam otak untuk menyimpannya.
“Kau tak sarapan lagi?”
“Sebenarnya sudah” Min Rin memasukkan sesuap ramen dalam mulutnya. “Jadi, apa yang kaulakukan di sini? Kupikir kau tak ada kelas hari ini”
“Bertemu Kangin, aku meminjam beberapa buku darinya” benar-benar pasangan tak normal. Min Rin selalu berpikir terkadang kehidupan Taehyun dan Kangin harus diluruskan. Pasangan macam apa yang lebih memilih bertemu di Universitas dari pada duduk berhadapan di cafĂ©. “Kau akan benar-benar membantu Chosung untuk kembali pada Kyuhyun?”
Min Rin meletakkan sumpit, terdengar tak setuju dengan perubahan topik yang TaeHyun lakukan, “Aku hanya membantunya untuk menyiapkan pesta kejutan Kyuhyun, bukan membantu kisah cinta mereka”
“Jangan mendadak bodoh, atau memang dari dulu otakmu sudah bodoh? Semua orang juga tahu jika itu sama saja”
“Mau bagaimana lagi, aku tak bisa menolaknya”
“Jadi, kau akan bertemu dengannya lagi?”
Min Rin tak ingin menjawab pertanyaan itu, tapi  tak akan pernah ada yang mampu menolak pertanyaan Taehyun jika dia sedang menginterogasi. Kecuali jika Kangin tiba –tiba datang menjadi ksatria penyelamatnya. “Ya, kami ada janji setelah aku menyelesaikan kelas terakhir”
“Jangan terlalu memaksa diri, jika kau sudah tidak sanggup, cari alasan untuk pulang” TaeHyun selalu menjadi orang pertama yang mengkhawatirkan hubungannya dengan Kyuhyun, gadis itu selalu mencemaskan hati Min Rin. Apakah sahabatnya itu akan baik-baik saja, atau apakah Kyuhyun membuat Min Rin kembali terluka, pertanyaan pertanyaan seperti itu seolah tak pernah absen dari mulut taehyun. “Jangan khawatir, aku akan langsung melambaikan bendera putih ketika Chosung terlalu menekanku ke sudut”
“Aku serius!”
“Aku juga serius! Sudahlah jangan bersikap terlalu tua lagi, bisa-bisa pangeran berkuda putihmu kabur”
“Kangin tak akan kabur” Taehyun mendengus, dia terlihat yakin dengan jawabannya.
“Yah, karena kau sudah mengikatnya bukan? Sudahlah aku harus ke kelas. Selamat berbahagia Lee taehyun”

***
“Min Rin-ssi!” Min Rin memutar matanya, mencoba mencari sumber suara dan mendapati sosok gadis cantik melambai ke arahnya dari salah satu meja. Tanpa menunggu lama,  Min Rin mendekatinya. Di depan sang gadis sudah tersedia minuman yang tinggal setengah, mungkin dia sudah datang sejak lama. “Maaf, membuatmu harus menunggu. Ada masalah sedikit di kampus”
“Tak masalah, aku yang harus berterimakasih karena kau sudah mau datang. Jadi, kau mau minum apa?”
Butuh beberapa detik bagi Min Rin untuk berpikir apakah dia harus menerima tawaran minum, atau langsung saja ke inti permasalahan hari ini.  Hingga setelah pertimbangan panjang akhirnya dia memutuskan untuk langsung mencari kado bagus untuk Kyuhyun. Min Rin pikir jika harus duduk lebih lama lagi, akan semakin banyak yang harus mereka bahas, akan semakin banyak pula pisau yang akan tertancap.
Chosung tak terlihat keberatan dengan keputusan Min Rin, rupanya dia sendiri sudah lelah karena duduk terlalu lama di sana. “Kyuhyun sudah tak menyukai teh ketika pagi, kau tau itu?”
“Benarkah? Aku tak pernah sarapan dengan Kyuhyun, jadi aku tak tahu. Tapi kenapa kau terlihat begitu panic? Bukankah itu hanya perubahan kecil?”
Tersenyum sinis, Chosung berjalan memasuki sebuah toko baju, mengangkat satu baju lalu meletakkanya kembali, “Tapi dia tak terlalu suka minum susu sebelumnya, sedangkan  sekarang itu menjadi kebiasaan Kyuhyun” Deg. Jantung Min Rin seakan berhenti, bagaimana Kyuhyun mungkin menyukai minuman yang dia cintai? Apakah ini hanya kebetulan? “Min Rin-ssi, menurutmu mana yang cocok untuk Kyuhyun?”
“Yang sebelah kiri eonni, kurasa Kyuhyun lebih cocok memakai warna hitam”
“Yeah, kupikir juga begitu”
“Apakah kau sudah menemukan hadiah ulang tahunmu?” Min Rin benar-benar ingin bernafas lega, dia pikir tugasnya akan selesai sekarang.
“Bukan, aku hanya memberinya sebagai permintaan maafku atas kejadian tiga tahun lalu. Dia harus memakai ini ketika kami makan malam” Chosung tersenyum, dia terlihat begitu bahagia tanpa tahu ada hati yang terluka. Chosung tak salah, Min Rin selalu mengatakan hal itu, menanamkan pada hati jika itu benar. Dia selalu percaya jika ini merupakan suatu hukuman atas tindakannya yang serakah, atas dia yang merebut Kyuhyun tiga tahun lalu.  “Aku bingung harus memberinya apa. kau memiliki saran?”
Min Rin selalu ingin membelikan Kyuhyun gitar, bagaimanapun lelaki itu begitu mencintai music. Lebih dari dia mencintai wanita. Dia sudah berjanji pada Kyuhyun dua tahun lalu, tapi bahkan sampai sekarang dia belum menepatinya. “Gitar, jika aku jadi kau, aku akan membelikannya gitar” dada Min Rin bergemuruh, dia harus merelakan kado spesialnya untuk diberikan pada Chosung. Lagi pula Kyuhyun akan tetap menerima gitar, bukan dari dia, melainkan Chosung. itu akan sama saja Han Min Rin, tenanglah. Min Rin mencoba membuat hatinya kuat, tapi sia-sia, tak peduli berapa kali dia mengucapkan hal itu, dia tau jika itu tak akan sama. Chosung yang akan menerima ucapan terimakasih Kyuhyun, Chosung yang akan mendengar lagu pertama Kyuhyun dari gitar itu, Chosung yang akan menjadi satu-satunya gadis yang akan memberinya kejutan. Hanya Chosung. dan bukan Han Min Rin.
“Baiklah, kita akan segara ke toko musik”
“Mianhae Chosung eonni, aku benar-benar harus pergi, aku ambil kerja paruh waktu sekarang” dan sudah saatnya bagi Min Rin untuk mengibarkan bendera putih. “Aku benar-benar tak bisa ikut denganmu”
“Tak masalah, Gomawo. Lain kali aku akan mentraktirmu” tidak, jangan ada lain kali. Min Rin tak akan pernah sanggup untuk bertemu wanita itu lagi , dia tak ingin memambah luka. cukup hari ini dan harus berakhir. Tapi yang dia lakukan justru melambai dengan sebuah senyum. “Aku duluan”

***

“Sialan!” Jung Soo mengumpat dari balik selimut, ini adalah salah satu hari libur dari sedikit yang dia punya dan seseorang menghancurkan paginya dengan memencet bel rumahnya berkali-kali. Dia sudah siap menyembunyikan diri ke dalam selimut sampai seseorang memencet belnya lebih intens. Mau tak mau Jung Soo bangkit, ada serentet makian yang berbaris menggantung di ujung lidah, siapapun yang ada di depan pintunya harus siap mendapatkannya. “Oh sebaiknya ini penting” dia bergumam sekali lagi dengan satu tangannya menyambar kaos di sofa.
Awalnya dia berpikir untuk mencuci muka, tapi karena terlalu malas dia hanya mengusap wajahnya dengan lengan kaosnya tanpa berniat merapikan rambut. Jung Soo pikir, bagaimanapun seseorang di luar sana harus tahu jika dia terlalu pagi untuk mengganggu hidup seseorang.
Ketika Jung Soo sampai di depan pintu, dia mengatur otaknya ke mode sadar, menyusun ulang makian yang akan diucapkan. Lalu setelah Jung Soo merasa siap, dia membukanya.
Namun, Jung soo tercekat. Tak ada makian setelah itu. Dia hanya memandang sosok di depannya dengan horor.

***

            “Jadi, bagaimana pengalamanmu dengan mantan kekasih Kyuhyun kemarin?”
            “Aku hanya memilihkan kemeja dan menemaninya mengelilingi mall, percayalah aku lepas dengan mudah” Min Rin meneguk susunya dengan tenang. Tangan kirinya membolak-balik halaman koran tadi pagi yang baru ia beli. Seperti biasa, kali ini mereka duduk di kantin seusai kelas berakhir, kecuali Shin Hye yang memutuskan untuk absen.
“Jadi, alasan apa yang digunakan seorang Han Min Rin hingga bisa lolos dengan mudah?”
“Aku bilang, aku harus kerja paruh waktu. Dia tak banyak bertanya, jadi aku tak perlu membuat kebohongan sekunder”
“Oh bagus” Shin Hye merasa harus memberi apresiasi pada sahabatnya akan kemampuan berbohongnya pada Chosung yang semakin meningkat, bagaimanapun gadis itu harus belajar membuat dirinya sendiri nyaman. Baik Shin Hye maupun TaeHyun berpendapat bahwa rasa bersalah Min Rin tidak perlu diperpanjang. Dia bahkan sudah mengalami saat-saat menyakitkan bersama Kyuhyun. “Kupikir kau tidak menyukai pekerjaan paruh waktu, jadi jika pengamatanku tidak salah, kenapa kau mencari lowongan sekarang?”
Mendengar pertanyaan sekaligus pernyataan Shin Hye, TaeHyun seakan membuat gerakan menepuk kening tak kasat mata. “Kau butuh uang?”
“Aku memang butuh uang, tapi tidak sepenuhnya karena itu” enam bulan yang lalu, Min Rin masih memiliki pekerjaan. Sampai dia merasa bosan dengan bos pemilik salon tanning yang cerewet. Dia tak membutuhkan banyak uang, untuk urusan makan dia hanya perlu membiayai porsi makan siang karena sarapan dan makan malam ikut Shin ahjumma, sedangkan untuk biaya kuliah dia tak perlu repot repot memikirkannya karena dia mendapat beasiswa. “Ada begitu banyak masalah akhir-akhir ini, dan aku tak bisa berhenti memikirkannya. Jadi, kupikir jika aku menyibukkan diri paling tidak aku akan lupa. Lagi pula, ada tempat yang ingin kukunjungi akhir-akhir ini”
“Kau baik-baik saja?”
“Yah, aku baik-baik saja TaeHyun. ini tidak sampai membuatku ingin bunuh diri”
“Baik-baik saja apa yang membuat seseorang melarikan diri” Shin Hye masih memandang Min Rin, mengunci tatapannya pada gadis itu hingga dia diberi jawaban. Sedangkan Min Rin hanya menggigit bibir bawahnya gelisah. Haruskah dia menangis lagi? Dan memmbuat dua sahabtanya ini semakin prihatin? Semua orang di kantin mungkin berpikir dia orang yang lemah, dia tidak ingin terlihat semakin tak berdaya. Jadi apa yang dia lakukan selanjutnya, hanya menjawab pertanyaan Shin Hye dengan sekuat tenaga terlihat tegar.
“Aku tak baik-baik saja, tapi maksudku apa yang kurasakan saat ini sudah termasuk taraf baik-baik saja mengingat apa yang sudah kualami selama ini. Aku sudah pernah berkali-kali ingin mati, ketika Byul Yi pergi, ketika melihat keluargaku yang tak pernah wajar, ketika melihat Kyuhyun menghabiskan waktunya dengan wanita lain. Kali ini aku hanya tergores, ingin menangis beberapa hari, pergi ke tempat asing dimana aku tak bisa melihat mereka. Mungkin ini akan terdengar pengecut, tapi kau tau kan, aku ingin lebih baik-baik saja dari sekarang”
“Kau akan pergi kemana?” TaeHyun merubah topic, merasa jika topik sebelumnya sudah terlalu melebar.
“Entahlah, aku juga belum tahu. Tapi kurasa kemanapun itu, aku harus bahagia”
“Kurasa, lebih cepat lebih baik” Shin Hye menambahkan.
“Ide bagus, mau kupinjami uang dulu?”
Min Rin menggeleng, sudah terlalu banyak yang diberikan TaeHyun untuknya, dia tak ingin terlihat seperti benalu. “Jika kalian ingin membantu, carikan aku pekerjaan yang tidak membuatku lelah tapi cukup menghasilkan banyak uang”
“Ya, Han Min Rin. Jika memang ada yang seperti itu, kurasa tak akan pernah ada orang miskin di korea selatan!”
Mereka tergelak bersama, seakan ketegangan itu tak pernah ada.

***
“Permisi, aku ingin bertemu Tuan Park”
“Anda, sudah membuat janji?”
“Sepertinya sudah, katakan padanya jika aku teman tuan Lee yang akan melamar menjadi babysitter” resepsionis itu terlihat mengerutkan dahinya sebelum menghubungi seseorang dibalik telepon yang entah siapa. Dia menghadap Min Rin lagi setelah beberapa menit. “Tuan Park ada di ruangannya. Saya akan mengantar anda ke sana”
Mereka berjalan menaiki lift, bedesakan dengan beberapa pegawai . Berada diantara mereka membuat Min Rin merasa dirinya begitu berantakan. Dia hanya memakai jeans hitam panjang, dengan kemeja tosca, rambutnya diikat satu rapi. Semalam, TaeHyun menghubunginya, mangatakan jika salah satu rekan kerja Hyuk Jae membutuhkan seorang babysitter. Dan Min Rin langsung mengatakan iya atas tawaran itu. merawat bayi tidak akan sesusah bekerja di salon, kecuali jika orang tuanya sama cerewetnya dengan bos lamanya.
Mereka keluar dari Lift, Min Rin rasa dia sudah hampir sampai di ruangan pria itu. dia tak memiliki bayangan bagaimana Tuan Park akan terlihat. Apakah dia termasuk ayah muda dengan umur di akhir tiga puluhan. Atau justru lelaki tua yang memiliki banyak anak dan kehilangan istri ketika melahirkan anak terakhirnya. Tapi bagaimanapun bentuknya, dia harap pertemuan ini menghasilkan sebuah kesepakatan. Perjalanan mereka berhenti tepat di sebuah ruangan dengan pintu tinggi. Sang resepsionis mengatakan jika ini adalah ruangan tuan Park sebelum meninggalkan Min Rin. Sekarang hanya tinggal dia, dan keberanian yang lebih mengecil dibanding apa yang dia bawa dari rumah.
“Lakukan Han Min Rin, atau kau akan kehilangan ini selamnya” cukup lama Min Rin membiarkan dirinya bermonolog, hingga akhirnya dia memutuskan untuk mengetuk pintu. Sesorang di dalam yang ia yakini Tuan Park, mempersilahan masuk.
Min Rin membuka pintu sehati-hati mungkin, mencoba untuk tak bersikap ceroboh ketika melangkahkan kakinya masuk. “Park Jung Soo-ssi?”
“Han Min Rin-ssi? Kupikir aku akan bertemu..”
“Anda Tuan Park?” Mereka berdua sama-sama tak bisa menyembunyikan keterkejutannya. Ada ribuan orang bermarga Park di seoul, tak sedikitpun Min Rin berpikir jika Park yang akan dia temui adalah si pria misterius yang dengan bodohnya sudah ia cium tempo hari.
“Ya, aku Park yang kau maksud. Duduklah”
Hening setelah itu, Min Rin hanya duduk dengan khawatir. Bayangan kejadian malam itu terus berkelebat dalam otaknya, dia yakin pipinya sudah merona sekarang. “Um, Jung Soo-ssi, tentang pertemuan terakhir kita, aku benar-benar minta maaf. Saat itu, aku..”
“Kau mabuk. Santai saja, aku tak mempermasalahkannya” lelaki itu duduk tenang, berbanding terbalik dengan Min Rin yang semakin gelisah. “Aku serius, jangan terlalu dipikirkan. Aku mengenal seseorang yang lebih parah darimu ketika mabuk. Jadi bisakah kau lupakan hari itu, dan kita masuk pada tujuanmu datang ke kantorku hari ini?”
“Tentu”
“Kenapa kau ingin menjadi babysitter?”
“Aku butuh pekerjaan, dan seseorang menawarkan lowonganmu, kupikir menjaga seorang balita tidak terlalu sulit dilakukan”
“Bukankah kau seorang mahasiswi? Bagaimana kau akan menjaga bayiku? Aku hanya akan pulang ketika jam empat dan berangkat jam delapan”
“Aku tak bisa meninggalkan kelasku, jadi selama aku kuliah bayimu akan bersama dua temanku. Jangan khawatir, aku sudah memeriksa jadwal mereka sebulan kedepan dan tak ada masalah”
Jung Soo menghela nafas berat, “Jadi kau akan meninggalkan bayiku pada orang lain? Jika kau merasa tak sanggup menjaganya maka undurkan diri saja”
“Hei aku hanya akan meninggalkan bayimu selama tiga jam, dan itu tidak setiap hari” Min Rin merasa lidahnya terlalu keluh untuk mengucapkan ‘bayimu’ lebih banyak lagi, jadi dia mencoba mencari kata pengganti. “Anak itu akan baik-baik saja bersama dua temanku. Percayalah, aku butuh pekerjaan dan kupikir aku akan menyukai pekerjaan ini”
“Bayiku bukan penyedia lapangan kerja!”
“Aku tidak mengatakannya, kau sendiri yang berspekulasi!” ini bukan interview yang terbaik, justru ini bisa jadi yang terburuk. Mereka saling berpandangan beberapa saat sebelum akhirnya Jung Soo menyerah.
“Datang ke rumahku besok jam tujuh, ada beberapa kesepakatan yang harus kita lakukan. Jangan terlambat”
“Aku juga tidak ingin dipecat di hari pertama kerja, jadi berhenti mencemaskannya” Min Rin bangkit dari kursinya, sedikit merapikan bagian bawah kemejanya yang sedikit kusut setelah diduduki. “Kurasa, aku bisa pulang sekarang?”
“Ya, kau bisa pergi”

***

 Min Rin bangun lebih pagi dari yang dia bisa biasanya.  Seperti yang dia katakan kemarin, dia butuh pekerjaan dan terlambat tak akan tercatat dalam jurnalnya hari ini. dia memutuskan untuk memakai dress warna pink dengan rambut digerai, bagaimanapun semua orang tua akan lebih tenang jika anaknya diasuh seorang gadis feminim dibanding seseorang yang terlihat seperti preman, dengan jeans dan kaos oblong.
“Kau akan pergi ke kampus?” Shin ahjumma sudah duduk di meja makan, wajahnya terlihat berseri ketika melihat Min Rin turun dari kamarnya. Dia sudah menganggap gadis itu seperti anaknya sendiri, dan melihat gadis itu akhir akhir ini tidak menangisi Kyuhyun membuat dia bahagia.
“Tidak, mulai sekarang aku memiliki pekerjaan paruh waktu” Min Rin dapat melihat wanita paruh baya itu menaikkan sebelah alisnya yang Min Rin artikan sebagai tuntutan penjelasan. Jadi sebelum ada runtutan pertanyaan yang akan menginterupsi sarapannya, dia memutuskan untuk menjelaskannya lebih awal. “Jujur saja, aku butuh pengalih perhatian ahjumma. Kau benar, aku tak bisa selamnya menangisi Kyuhyun dan berpikir akan dibuang setelah itu. Mungkin dengan bekerja aku akan berhenti memikirkan itu”
“Lakukan apapun yang membuatmu bahagia Min Rin,”
“Tentu saja. keundae Ahjumma, kau tidak pernah bertemu Kyuhyun semenjak kami bertengkar?”
“Tidak, dia tidak pernah datang ke rumah ayahnya atau mampir ke sini” Shin ahjumma menghela nafas cukup keras, “Kalian berdua pantas bahagia. Dia juga anak baik Min Rin, kurasa dia hanya sedang tersesat”

***

“Aku tidak terlambat” Min Rin memberi pengumuman tepat setelah memasuki rumah Jung Soo. Dia bahkan datang lima menit lebih awal.
“Aku tahu, duduklah” mereka duduk berhadapan. Sofa Jung Soo terasa lebih empuk dari terakhir yang bisa Min Rin ingat. “Ini adalah kontrak kerja kita, kuharap kau membacanya dengan baik. Katakan saja jika kau merasa keberatan dari salah satu poin, mungkin itu bisa berubah sesuai kesepakatan”
“Oh terdengar adil” kemudian Min Rin membaca, “Batas waktu kontrak sampai pihak ketiga datang menjemput si bayi. Apa artinya? Istrimu?”
Sejenak Jung Soo mengerutkan kening sebelum akhirnya tertawa, “Istriku? Kau tidak berpikir dia benar-benar anakku kan?” mereka bertukar pandang, salah satu alis Min Rin terangkat pertanda jika dia butuh penjelasan lebih. “Itu artinya, Kontrak ini akan berakhir ketika orang tua si bayi mengambilnya dariku. Dia bukan bayiku” mendadak ada perasaan bahagia tersendiri mendengar Jung Soo mengucap kalimat terakhir.
“Aku tak bisa bekerja terlalu lama, mungkin hanya sebulan. Jadi bisakah ada keringanan untuk poin ini?”
“Akan kupikirkan nanti. Jika aku bisa menghubungi mereka lebih cepat, kurasa tak ada salahnya mengabulkan permintaanmu”
Min Rin nyaris mengumpat keras jika saja dia tak butuh pekerjaan ini, “Jangan terlalu lama berpikir, Jung Soo-ssi” Min Rin berkata seraya menyusurkan jarinya pada selebaran kontrak yang belum setengahnya dia baca. Jung Soo tersenyum mengejek di sofanya, bahunya agak terangkat. “Jam kerja pihak ke dua mulai pukul tujuh sampai tujuh malam. Hei apa-apaan ini? Kemarin kau bilang akan pulang pukul empat!”
Jung Soo memutar bola matanya, tidak dia sangka akan begitu banyak protes pada kontrak yang dia buat. “Aku keluar kantor pukul empat, sampai rumah jam lima. Butuh waktu dua jam bagiku untuk istirahat. Apakah itu terdengar berlebihan?”
“Jam enam atau kau bisa cari orang lain” Min Rin menggertak.
Tapi rupanya Jung Soo tak mendengarkan kata-kata Min Rin setelah itu. Ia hanya duduk di sana, menunggu gadis itu mengatupkan bibir. Ia berbicara tidak lama setelah itu, memberikan penawaran, berusaha membuat dirinya terlihat mengintimidasi. “Tetap jam tujuh, dan akan kunaikkan gajimu duapuluh persen. Bukankah kau bilang kau butuh pekerjaan?”
Tidak ada yang bisa menolak kenaikan gaji, dua puluh persen untuk satu jam. Min Rin sendiri tak yakin laki-laki jenis apa yang ada di depannya. Dengan malu-malu dia berkata, wajahnya sudah memerah, “Baiklah sampai jam tujuh, tapi aku tak mentolerir jika kau terlambat”
“Pilihan yang tepat”
Setelah itu perbincangan berlanjut pada poin ke tiga. Begitu banyak perdebatan, tapi Jung Soo selalu tampil mendominasi. Karena itu tidak banyak hal dalam kontrak yang diubah, kecuali kenaikan gaji duapuluh persen.
Kontrak disepakati seiring dengan pihak kedua dan pertama yang saling berjabat tangan. Jung Soo tersenyum sopan, kemudian berjalan ke sisi ruangan dimana ada satu pintu berukuran normal yang menyambung dengan suatu ruangan yang tak Min Rin ketahui. Gadis itu ingin melarikan diri secepat yang ia bisa, mengabadikan bau Jung Soo yang melekat di tangannya. Namun sebelum Min Rin berhasil berjalan keluar, Jung Soo sadar babysitter barunya masih di belakang, tepat ditempat sebelum ia tinggalkan, “Kupikir kau ingin segera bertemu bayimu”
Mendengar Jung Soo menggunakan kata ganti ‘mu’ setelah sebelumnya mengatakan ‘bayiku’ membuat telinga Min Rin memerah, seolah bayi itu adalah milik mereka berdua. Kemudian, pikiran Min Rin terpotong tatapan Jung Soo dari ambang pintu. Min Rin tersenyum bersalah, mendapati lelaki itu bersandar pada kusen dengan bibir menahan segala bentuk makian atau apapun yang ada di ujung lidahnya. “Mau sampai kapan kau berdiri di sana? Aku tidak membuang uangku untuk seorang yang tidak bisa apa-apakan? Cepat bergeraklah! Kurasa, Jonjin sebentar lagi akan bangun”
Min Rin hampir membiarkan mulutnya ternganga ketika mendengar kata-kata Jung Soo. Pria dihadapannya bahkan tidak lebih baik dari bos sebelumnya. Tiba – tiba saja, perkataan Jung Soo membuat Min Rin jengkel. Tanpa berpikir panjang lagi dia menggeret kakinya ke arah Jung Soo, mengikuti pria itu dari belakang.
Rupanya pintu tadi mengarah pada sebuah kamar yang didekorasi dalam warna coklat yang hangat, dan dilengkapi dengan perabot kayu yang terkesan benar-benar seperti Jung Soo. Pada salah satu sisi ruangan terdapat box bayi cukup besar, “Namanya, Kim Jongjin” Jung Soo berkata seraya menunjuk bayi laki-laki yang sudah pasti menjadi objek perbincangan mereka sejak tadi. Dia tidur. “Di laci meja, ada catatan yang ditinggal ibunya, kurasa kau harus membaca itu”

***

Kyuhyun bangun dengan mood kacau pagi ini, semalaman dia menghabiskan setengah waktunya hanya dengan bergulung di ranjang. Dia tak pernah mengalami mimpi buruk sebelum ini, mimpi buruk hanya untuk orang-orang yang memiliki gangguan stress paska trauma atau pengidap penyakit tertentu, sedangkan  Kyuhyun bukan bagian dari mereka.
Dalam mimpinya, Kyuhyun dapat melihat dirinya yang lain. Terlihat utuh. Seperti melihat sebuah drama dimana dia sendiri yang menjadi aktor utamanya. Berawal dari setting sebuah club, Kyuhyun menari dengan beberapa orang wanita berambut pirang, dentuman musik begitu keras-bahkan lebih keras dari yang pernah ia rasakan. Setelah dilihat-lihat kembali, Kyuhyun baru sadar ini bukan tempat yang ia kunjungi biasanya, club ini terlihat mengerikan. Tak ada bar, hanya lantai  hitam berwarna senada dengan dinding. Tidak ada lampu disko yang berputar, tapi anehnya dia dapat melihat sekitar dengan jelas. Mimpi buruk dimulai saat Kyuhyun tiba-tiba merasakan sakit, rambutnya ditarik hingga semuanya lepas. Di depannya seorang gadis dengan gaun tosca melambai ke arahnya sambil bersimbah darah, wajahnya tidak terlihat jelas, ada bagian buram seolah Kyuhyun memang tidak harus melihatnya. Seseorang itu menangis dengan tetap melambai, dia tetap memaksakan senyum pada ujung hidupnya, namun entah kenapa senyuman itu justru melubangi hati Kyuhyun.
Di atas meja makan, terdapat satu cangkir bekas teh yang terasa hangat ketika Kyuhyun sentuh. Ini teh Inggris, dibawa Chosung setelah kembali dari perjalanan panjang yang tak pernah bisa Kyuhyun pahami. Bagaiamanapun, seseorang yang meninggalkanmu dan mengatakan padamu akan pergi ke Perancis untuk belajar menjadi desainer tapi pada kenyataannya dia menghabiskan waktu dua tahun lebih lama di Inggris, tidak akan pernah menjadi masuk akal meskipun sudah kau pikirkan berkali-kali. Kyuhyun sangat tahu jika Chosung begitu menggilai Inggris, dan aksen britishnya yang tak peduli bagaimanapun Kyuhyun belajar dia tak akan pernah bisa. Lelaki itu sudah berusaha sekuat tenaga agar Chosung berminat padanya, termasuk membuat janji akan pergi ke Inggris ketika nanti sudah dewasa. Tapi siapa sangka jika Chosung meninggalkannya begitu saja.
Kyuhyun mulai bertanya-tanya dimana keberadaan gadis itu. Chosung tak mungkin pergi ke luar sebelum Kyuhyun bangun, itu artinya dia masih berada di apartemen ini entah di ruangan yang mana. “Noona, kau dimana?”
“Ada apa Kyunnie? aku di dapur”
Ada bau makanan ketika Kyuhyun memasuki dapur. Tempat itu terlihat berantakan, sama berantakannya dengan penampilan Chosung pagi ini. Terdapat cukup banyak bahan makanan berserakan di lantai. Gadis itu terlihat cukup frustasi dengan telur mata sapinya yang gagal, bagian kuning dan putihnya bahkan nyaris berlebur.
Kyuhyun nyaris membuat dirinya terlihat konyol. Merupakan suatu kejutan melihat Chosung memasak, kali ini benar-benar menggunakan kedua tangannya. “Selamat pagi! Kau pasti laparkan? Duduklah di meja makan, biar aku menyelasaikan ini dengan tenang. Auch, kau membuatku gugup”
 “Noona, kenapa kau tiba-tiba berubah?”
Chosung mendongak setelah menangkat telurnya dari penggorangan, “Bukankah kau juga berubah?”
Kyuhyun hanya terdiam.
“Karena itu, aku harus berubah untuk menyeimbangkan perubahanmu”
“Itu tidak perlu”
“Biarkan aku yang memutuskan itu perlu atau tidak, Kyunnie” Chosung memandang lembut ke piring, membiarkan tangannya meletakkan telur setengah gagal buatannya. “Bisakah kau membantuku membawa ini? Aku akan mengambil susu untukmu”
Kyuhyun sampai lebih dulu ke meja makan dan Chosung berikutnya. Dia meletakkan dua gelas susu masing-masing di hadapannya dan Kyuhyun. Menu makan hari ini sederhana, hanya telur goreng, dipadu dengan sosis, bacon, kacang, tomat. Kyuhyun ingat makanan ini, Chosung selalu menyebutnya sebagai sarapan ala Inggris.
“Tidak usah memaksakan diri”
“Apa?”
Kyuhyun menarik nafas panjang dalam diam,mencoba memahami apa yang gadis di depannya lakukan. Tapi dia tak pernah cukup pintar untuk bisa memahaminya, “Kau tak pernah tahan jika minum susu sebelumnya. Berhentilah”
Chosung tersenyum tipis, “Tidak kusangka, kau masih mengingatnya” dia meneguk minumannya untuk memastikan pada Kyuhyun jika dia sanggup, “Aku ingin meminumnya sesekali”
“Noona..”
“Kyunnie, aku ingin kau mengajakku ke taman bermain”
“Kita bukan anak kecil lagi”
“Tapi aku ingin, ayolah! Aku tidak ingin pergi sendirian, kau harus menemaniku!”

***




Author :  JewelAMD
Tittle    :  Bad Life Part 6
Genre  :  Romance, angst, family
Cast     :     - Han Min Rin
-          Cho Kyuhyun
-          Park Jung Soo
-          And other cast      
Rating : PG15
Length: Chapter

_____________________________

“Pabbo, ah pabboya” Min Rin menggulung dirinya diantara selimut, menggelindingkan tubuhnya ke sisi kanan dan kiri bergantian. Dia tak tahu lagi bagaimana dia harus bertemu Jung Soo, terlebih dengan kejadian kemarin yang masih membayang jelas. “A jinjja Han Min Rin, kenapa kau begitu bodoh?” rambutnya sudah terlihat berantakan ketika dia mengacaknya. Min Rin merasa ingin menyembunyikan diri di balik selimut seharian, terlalu memalukan jika dia harus berjalan keluar dan bertemu mereka yang kebetulan melihatnya kemarin. Ini bukan hal yang pernah dia harapakan akan terjadi, bahkan meskipun itu sekedar lewat dalam mimpi. “Min Rin-ah cepatlah bangun! Kau tak akan pergi kuliah?” “Ya, aku akan segera pergi”

***

Bagi Min Rin, sepanjang hidupnya adalah mimpi buruk. Tak peduli seberapa keras dia mencoba membalik takdir yang terlanjur tengkurap, usahanya akan kembali ke titik awal. Pada akhirnya, takdir kembali tengkurap setelah terlentang beberapa saat. Takdir membuat kebahagiaan jauh dan semakin jauh di setiap dia mengedipkan mata. Min Rin tak akan pernah lupa bagaimana Kyuhyun membuatnya terpelanting kesana kemari, bagaimana JaeHyuk dan JinAe membuat dia kehilangan Byul Yi. Min Rin selalu mengingat itu seolah ada satu ruang tersendiri dalam otak untuk menyimpannya.
“Kau tak sarapan lagi?”
“Sebenarnya sudah” Min Rin memasukkan sesuap ramen dalam mulutnya. “Jadi, apa yang kaulakukan di sini? Kupikir kau tak ada kelas hari ini”
“Bertemu Kangin, aku meminjam beberapa buku darinya” benar-benar pasangan tak normal. Min Rin selalu berpikir terkadang kehidupan Taehyun dan Kangin harus diluruskan. Pasangan macam apa yang lebih memilih bertemu di Universitas dari pada duduk berhadapan di cafĂ©. “Kau akan benar-benar membantu Chosung untuk kembali pada Kyuhyun?”
Min Rin meletakkan sumpit, terdengar tak setuju dengan perubahan topik yang TaeHyun lakukan, “Aku hanya membantunya untuk menyiapkan pesta kejutan Kyuhyun, bukan membantu kisah cinta mereka”
“Jangan mendadak bodoh, atau memang dari dulu otakmu sudah bodoh? Semua orang juga tahu jika itu sama saja”
“Mau bagaimana lagi, aku tak bisa menolaknya”
“Jadi, kau akan bertemu dengannya lagi?”
Min Rin tak ingin menjawab pertanyaan itu, tapi  tak akan pernah ada yang mampu menolak pertanyaan Taehyun jika dia sedang menginterogasi. Kecuali jika Kangin tiba –tiba datang menjadi ksatria penyelamatnya. “Ya, kami ada janji setelah aku menyelesaikan kelas terakhir”
“Jangan terlalu memaksa diri, jika kau sudah tidak sanggup, cari alasan untuk pulang” TaeHyun selalu menjadi orang pertama yang mengkhawatirkan hubungannya dengan Kyuhyun, gadis itu selalu mencemaskan hati Min Rin. Apakah sahabatnya itu akan baik-baik saja, atau apakah Kyuhyun membuat Min Rin kembali terluka, pertanyaan pertanyaan seperti itu seolah tak pernah absen dari mulut taehyun. “Jangan khawatir, aku akan langsung melambaikan bendera putih ketika Chosung terlalu menekanku ke sudut”
“Aku serius!”
“Aku juga serius! Sudahlah jangan bersikap terlalu tua lagi, bisa-bisa pangeran berkuda putihmu kabur”
“Kangin tak akan kabur” Taehyun mendengus, dia terlihat yakin dengan jawabannya.
“Yah, karena kau sudah mengikatnya bukan? Sudahlah aku harus ke kelas. Selamat berbahagia Lee taehyun”

***
“Min Rin-ssi!” Min Rin memutar matanya, mencoba mencari sumber suara dan mendapati sosok gadis cantik melambai ke arahnya dari salah satu meja. Tanpa menunggu lama,  Min Rin mendekatinya. Di depan sang gadis sudah tersedia minuman yang tinggal setengah, mungkin dia sudah datang sejak lama. “Maaf, membuatmu harus menunggu. Ada masalah sedikit di kampus”
“Tak masalah, aku yang harus berterimakasih karena kau sudah mau datang. Jadi, kau mau minum apa?”
Butuh beberapa detik bagi Min Rin untuk berpikir apakah dia harus menerima tawaran minum, atau langsung saja ke inti permasalahan hari ini.  Hingga setelah pertimbangan panjang akhirnya dia memutuskan untuk langsung mencari kado bagus untuk Kyuhyun. Min Rin pikir jika harus duduk lebih lama lagi, akan semakin banyak yang harus mereka bahas, akan semakin banyak pula pisau yang akan tertancap.
Chosung tak terlihat keberatan dengan keputusan Min Rin, rupanya dia sendiri sudah lelah karena duduk terlalu lama di sana. “Kyuhyun sudah tak menyukai teh ketika pagi, kau tau itu?”
“Benarkah? Aku tak pernah sarapan dengan Kyuhyun, jadi aku tak tahu. Tapi kenapa kau terlihat begitu panic? Bukankah itu hanya perubahan kecil?”
Tersenyum sinis, Chosung berjalan memasuki sebuah toko baju, mengangkat satu baju lalu meletakkanya kembali, “Tapi dia tak terlalu suka minum susu sebelumnya, sedangkan  sekarang itu menjadi kebiasaan Kyuhyun” Deg. Jantung Min Rin seakan berhenti, bagaimana Kyuhyun mungkin menyukai minuman yang dia cintai? Apakah ini hanya kebetulan? “Min Rin-ssi, menurutmu mana yang cocok untuk Kyuhyun?”
“Yang sebelah kiri eonni, kurasa Kyuhyun lebih cocok memakai warna hitam”
“Yeah, kupikir juga begitu”
“Apakah kau sudah menemukan hadiah ulang tahunmu?” Min Rin benar-benar ingin bernafas lega, dia pikir tugasnya akan selesai sekarang.
“Bukan, aku hanya memberinya sebagai permintaan maafku atas kejadian tiga tahun lalu. Dia harus memakai ini ketika kami makan malam” Chosung tersenyum, dia terlihat begitu bahagia tanpa tahu ada hati yang terluka. Chosung tak salah, Min Rin selalu mengatakan hal itu, menanamkan pada hati jika itu benar. Dia selalu percaya jika ini merupakan suatu hukuman atas tindakannya yang serakah, atas dia yang merebut Kyuhyun tiga tahun lalu.  “Aku bingung harus memberinya apa. kau memiliki saran?”
Min Rin selalu ingin membelikan Kyuhyun gitar, bagaimanapun lelaki itu begitu mencintai music. Lebih dari dia mencintai wanita. Dia sudah berjanji pada Kyuhyun dua tahun lalu, tapi bahkan sampai sekarang dia belum menepatinya. “Gitar, jika aku jadi kau, aku akan membelikannya gitar” dada Min Rin bergemuruh, dia harus merelakan kado spesialnya untuk diberikan pada Chosung. Lagi pula Kyuhyun akan tetap menerima gitar, bukan dari dia, melainkan Chosung. itu akan sama saja Han Min Rin, tenanglah. Min Rin mencoba membuat hatinya kuat, tapi sia-sia, tak peduli berapa kali dia mengucapkan hal itu, dia tau jika itu tak akan sama. Chosung yang akan menerima ucapan terimakasih Kyuhyun, Chosung yang akan mendengar lagu pertama Kyuhyun dari gitar itu, Chosung yang akan menjadi satu-satunya gadis yang akan memberinya kejutan. Hanya Chosung. dan bukan Han Min Rin.
“Baiklah, kita akan segara ke toko musik”
“Mianhae Chosung eonni, aku benar-benar harus pergi, aku ambil kerja paruh waktu sekarang” dan sudah saatnya bagi Min Rin untuk mengibarkan bendera putih. “Aku benar-benar tak bisa ikut denganmu”
“Tak masalah, Gomawo. Lain kali aku akan mentraktirmu” tidak, jangan ada lain kali. Min Rin tak akan pernah sanggup untuk bertemu wanita itu lagi , dia tak ingin memambah luka. cukup hari ini dan harus berakhir. Tapi yang dia lakukan justru melambai dengan sebuah senyum. “Aku duluan”

***

“Sialan!” Jung Soo mengumpat dari balik selimut, ini adalah salah satu hari libur dari sedikit yang dia punya dan seseorang menghancurkan paginya dengan memencet bel rumahnya berkali-kali. Dia sudah siap menyembunyikan diri ke dalam selimut sampai seseorang memencet belnya lebih intens. Mau tak mau Jung Soo bangkit, ada serentet makian yang berbaris menggantung di ujung lidah, siapapun yang ada di depan pintunya harus siap mendapatkannya. “Oh sebaiknya ini penting” dia bergumam sekali lagi dengan satu tangannya menyambar kaos di sofa.
Awalnya dia berpikir untuk mencuci muka, tapi karena terlalu malas dia hanya mengusap wajahnya dengan lengan kaosnya tanpa berniat merapikan rambut. Jung Soo pikir, bagaimanapun seseorang di luar sana harus tahu jika dia terlalu pagi untuk mengganggu hidup seseorang.
Ketika Jung Soo sampai di depan pintu, dia mengatur otaknya ke mode sadar, menyusun ulang makian yang akan diucapkan. Lalu setelah Jung Soo merasa siap, dia membukanya.
Namun, Jung soo tercekat. Tak ada makian setelah itu. Dia hanya memandang sosok di depannya dengan horor.

***

            “Jadi, bagaimana pengalamanmu dengan mantan kekasih Kyuhyun kemarin?”
            “Aku hanya memilihkan kemeja dan menemaninya mengelilingi mall, percayalah aku lepas dengan mudah” Min Rin meneguk susunya dengan tenang. Tangan kirinya membolak-balik halaman koran tadi pagi yang baru ia beli. Seperti biasa, kali ini mereka duduk di kantin seusai kelas berakhir, kecuali Shin Hye yang memutuskan untuk absen.
“Jadi, alasan apa yang digunakan seorang Han Min Rin hingga bisa lolos dengan mudah?”
“Aku bilang, aku harus kerja paruh waktu. Dia tak banyak bertanya, jadi aku tak perlu membuat kebohongan sekunder”
“Oh bagus” Shin Hye merasa harus memberi apresiasi pada sahabatnya akan kemampuan berbohongnya pada Chosung yang semakin meningkat, bagaimanapun gadis itu harus belajar membuat dirinya sendiri nyaman. Baik Shin Hye maupun TaeHyun berpendapat bahwa rasa bersalah Min Rin tidak perlu diperpanjang. Dia bahkan sudah mengalami saat-saat menyakitkan bersama Kyuhyun. “Kupikir kau tidak menyukai pekerjaan paruh waktu, jadi jika pengamatanku tidak salah, kenapa kau mencari lowongan sekarang?”
Mendengar pertanyaan sekaligus pernyataan Shin Hye, TaeHyun seakan membuat gerakan menepuk kening tak kasat mata. “Kau butuh uang?”
“Aku memang butuh uang, tapi tidak sepenuhnya karena itu” enam bulan yang lalu, Min Rin masih memiliki pekerjaan. Sampai dia merasa bosan dengan bos pemilik salon tanning yang cerewet. Dia tak membutuhkan banyak uang, untuk urusan makan dia hanya perlu membiayai porsi makan siang karena sarapan dan makan malam ikut Shin ahjumma, sedangkan untuk biaya kuliah dia tak perlu repot repot memikirkannya karena dia mendapat beasiswa. “Ada begitu banyak masalah akhir-akhir ini, dan aku tak bisa berhenti memikirkannya. Jadi, kupikir jika aku menyibukkan diri paling tidak aku akan lupa. Lagi pula, ada tempat yang ingin kukunjungi akhir-akhir ini”
“Kau baik-baik saja?”
“Yah, aku baik-baik saja TaeHyun. ini tidak sampai membuatku ingin bunuh diri”
“Baik-baik saja apa yang membuat seseorang melarikan diri” Shin Hye masih memandang Min Rin, mengunci tatapannya pada gadis itu hingga dia diberi jawaban. Sedangkan Min Rin hanya menggigit bibir bawahnya gelisah. Haruskah dia menangis lagi? Dan memmbuat dua sahabtanya ini semakin prihatin? Semua orang di kantin mungkin berpikir dia orang yang lemah, dia tidak ingin terlihat semakin tak berdaya. Jadi apa yang dia lakukan selanjutnya, hanya menjawab pertanyaan Shin Hye dengan sekuat tenaga terlihat tegar.
“Aku tak baik-baik saja, tapi maksudku apa yang kurasakan saat ini sudah termasuk taraf baik-baik saja mengingat apa yang sudah kualami selama ini. Aku sudah pernah berkali-kali ingin mati, ketika Byul Yi pergi, ketika melihat keluargaku yang tak pernah wajar, ketika melihat Kyuhyun menghabiskan waktunya dengan wanita lain. Kali ini aku hanya tergores, ingin menangis beberapa hari, pergi ke tempat asing dimana aku tak bisa melihat mereka. Mungkin ini akan terdengar pengecut, tapi kau tau kan, aku ingin lebih baik-baik saja dari sekarang”
“Kau akan pergi kemana?” TaeHyun merubah topic, merasa jika topik sebelumnya sudah terlalu melebar.
“Entahlah, aku juga belum tahu. Tapi kurasa kemanapun itu, aku harus bahagia”
“Kurasa, lebih cepat lebih baik” Shin Hye menambahkan.
“Ide bagus, mau kupinjami uang dulu?”
Min Rin menggeleng, sudah terlalu banyak yang diberikan TaeHyun untuknya, dia tak ingin terlihat seperti benalu. “Jika kalian ingin membantu, carikan aku pekerjaan yang tidak membuatku lelah tapi cukup menghasilkan banyak uang”
“Ya, Han Min Rin. Jika memang ada yang seperti itu, kurasa tak akan pernah ada orang miskin di korea selatan!”
Mereka tergelak bersama, seakan ketegangan itu tak pernah ada.

***
“Permisi, aku ingin bertemu Tuan Park”
“Anda, sudah membuat janji?”
“Sepertinya sudah, katakan padanya jika aku teman tuan Lee yang akan melamar menjadi babysitter” resepsionis itu terlihat mengerutkan dahinya sebelum menghubungi seseorang dibalik telepon yang entah siapa. Dia menghadap Min Rin lagi setelah beberapa menit. “Tuan Park ada di ruangannya. Saya akan mengantar anda ke sana”
Mereka berjalan menaiki lift, bedesakan dengan beberapa pegawai . Berada diantara mereka membuat Min Rin merasa dirinya begitu berantakan. Dia hanya memakai jeans hitam panjang, dengan kemeja tosca, rambutnya diikat satu rapi. Semalam, TaeHyun menghubunginya, mangatakan jika salah satu rekan kerja Hyuk Jae membutuhkan seorang babysitter. Dan Min Rin langsung mengatakan iya atas tawaran itu. merawat bayi tidak akan sesusah bekerja di salon, kecuali jika orang tuanya sama cerewetnya dengan bos lamanya.
Mereka keluar dari Lift, Min Rin rasa dia sudah hampir sampai di ruangan pria itu. dia tak memiliki bayangan bagaimana Tuan Park akan terlihat. Apakah dia termasuk ayah muda dengan umur di akhir tiga puluhan. Atau justru lelaki tua yang memiliki banyak anak dan kehilangan istri ketika melahirkan anak terakhirnya. Tapi bagaimanapun bentuknya, dia harap pertemuan ini menghasilkan sebuah kesepakatan. Perjalanan mereka berhenti tepat di sebuah ruangan dengan pintu tinggi. Sang resepsionis mengatakan jika ini adalah ruangan tuan Park sebelum meninggalkan Min Rin. Sekarang hanya tinggal dia, dan keberanian yang lebih mengecil dibanding apa yang dia bawa dari rumah.
“Lakukan Han Min Rin, atau kau akan kehilangan ini selamnya” cukup lama Min Rin membiarkan dirinya bermonolog, hingga akhirnya dia memutuskan untuk mengetuk pintu. Sesorang di dalam yang ia yakini Tuan Park, mempersilahan masuk.
Min Rin membuka pintu sehati-hati mungkin, mencoba untuk tak bersikap ceroboh ketika melangkahkan kakinya masuk. “Park Jung Soo-ssi?”
“Han Min Rin-ssi? Kupikir aku akan bertemu..”
“Anda Tuan Park?” Mereka berdua sama-sama tak bisa menyembunyikan keterkejutannya. Ada ribuan orang bermarga Park di seoul, tak sedikitpun Min Rin berpikir jika Park yang akan dia temui adalah si pria misterius yang dengan bodohnya sudah ia cium tempo hari.
“Ya, aku Park yang kau maksud. Duduklah”
Hening setelah itu, Min Rin hanya duduk dengan khawatir. Bayangan kejadian malam itu terus berkelebat dalam otaknya, dia yakin pipinya sudah merona sekarang. “Um, Jung Soo-ssi, tentang pertemuan terakhir kita, aku benar-benar minta maaf. Saat itu, aku..”
“Kau mabuk. Santai saja, aku tak mempermasalahkannya” lelaki itu duduk tenang, berbanding terbalik dengan Min Rin yang semakin gelisah. “Aku serius, jangan terlalu dipikirkan. Aku mengenal seseorang yang lebih parah darimu ketika mabuk. Jadi bisakah kau lupakan hari itu, dan kita masuk pada tujuanmu datang ke kantorku hari ini?”
“Tentu”
“Kenapa kau ingin menjadi babysitter?”
“Aku butuh pekerjaan, dan seseorang menawarkan lowonganmu, kupikir menjaga seorang balita tidak terlalu sulit dilakukan”
“Bukankah kau seorang mahasiswi? Bagaimana kau akan menjaga bayiku? Aku hanya akan pulang ketika jam empat dan berangkat jam delapan”
“Aku tak bisa meninggalkan kelasku, jadi selama aku kuliah bayimu akan bersama dua temanku. Jangan khawatir, aku sudah memeriksa jadwal mereka sebulan kedepan dan tak ada masalah”
Jung Soo menghela nafas berat, “Jadi kau akan meninggalkan bayiku pada orang lain? Jika kau merasa tak sanggup menjaganya maka undurkan diri saja”
“Hei aku hanya akan meninggalkan bayimu selama tiga jam, dan itu tidak setiap hari” Min Rin merasa lidahnya terlalu keluh untuk mengucapkan ‘bayimu’ lebih banyak lagi, jadi dia mencoba mencari kata pengganti. “Anak itu akan baik-baik saja bersama dua temanku. Percayalah, aku butuh pekerjaan dan kupikir aku akan menyukai pekerjaan ini”
“Bayiku bukan penyedia lapangan kerja!”
“Aku tidak mengatakannya, kau sendiri yang berspekulasi!” ini bukan interview yang terbaik, justru ini bisa jadi yang terburuk. Mereka saling berpandangan beberapa saat sebelum akhirnya Jung Soo menyerah.
“Datang ke rumahku besok jam tujuh, ada beberapa kesepakatan yang harus kita lakukan. Jangan terlambat”
“Aku juga tidak ingin dipecat di hari pertama kerja, jadi berhenti mencemaskannya” Min Rin bangkit dari kursinya, sedikit merapikan bagian bawah kemejanya yang sedikit kusut setelah diduduki. “Kurasa, aku bisa pulang sekarang?”
“Ya, kau bisa pergi”

***

 Min Rin bangun lebih pagi dari yang dia bisa biasanya.  Seperti yang dia katakan kemarin, dia butuh pekerjaan dan terlambat tak akan tercatat dalam jurnalnya hari ini. dia memutuskan untuk memakai dress warna pink dengan rambut digerai, bagaimanapun semua orang tua akan lebih tenang jika anaknya diasuh seorang gadis feminim dibanding seseorang yang terlihat seperti preman, dengan jeans dan kaos oblong.
“Kau akan pergi ke kampus?” Shin ahjumma sudah duduk di meja makan, wajahnya terlihat berseri ketika melihat Min Rin turun dari kamarnya. Dia sudah menganggap gadis itu seperti anaknya sendiri, dan melihat gadis itu akhir akhir ini tidak menangisi Kyuhyun membuat dia bahagia.
“Tidak, mulai sekarang aku memiliki pekerjaan paruh waktu” Min Rin dapat melihat wanita paruh baya itu menaikkan sebelah alisnya yang Min Rin artikan sebagai tuntutan penjelasan. Jadi sebelum ada runtutan pertanyaan yang akan menginterupsi sarapannya, dia memutuskan untuk menjelaskannya lebih awal. “Jujur saja, aku butuh pengalih perhatian ahjumma. Kau benar, aku tak bisa selamnya menangisi Kyuhyun dan berpikir akan dibuang setelah itu. Mungkin dengan bekerja aku akan berhenti memikirkan itu”
“Lakukan apapun yang membuatmu bahagia Min Rin,”
“Tentu saja. keundae Ahjumma, kau tidak pernah bertemu Kyuhyun semenjak kami bertengkar?”
“Tidak, dia tidak pernah datang ke rumah ayahnya atau mampir ke sini” Shin ahjumma menghela nafas cukup keras, “Kalian berdua pantas bahagia. Dia juga anak baik Min Rin, kurasa dia hanya sedang tersesat”

***

“Aku tidak terlambat” Min Rin memberi pengumuman tepat setelah memasuki rumah Jung Soo. Dia bahkan datang lima menit lebih awal.
“Aku tahu, duduklah” mereka duduk berhadapan. Sofa Jung Soo terasa lebih empuk dari terakhir yang bisa Min Rin ingat. “Ini adalah kontrak kerja kita, kuharap kau membacanya dengan baik. Katakan saja jika kau merasa keberatan dari salah satu poin, mungkin itu bisa berubah sesuai kesepakatan”
“Oh terdengar adil” kemudian Min Rin membaca, “Batas waktu kontrak sampai pihak ketiga datang menjemput si bayi. Apa artinya? Istrimu?”
Sejenak Jung Soo mengerutkan kening sebelum akhirnya tertawa, “Istriku? Kau tidak berpikir dia benar-benar anakku kan?” mereka bertukar pandang, salah satu alis Min Rin terangkat pertanda jika dia butuh penjelasan lebih. “Itu artinya, Kontrak ini akan berakhir ketika orang tua si bayi mengambilnya dariku. Dia bukan bayiku” mendadak ada perasaan bahagia tersendiri mendengar Jung Soo mengucap kalimat terakhir.
“Aku tak bisa bekerja terlalu lama, mungkin hanya sebulan. Jadi bisakah ada keringanan untuk poin ini?”
“Akan kupikirkan nanti. Jika aku bisa menghubungi mereka lebih cepat, kurasa tak ada salahnya mengabulkan permintaanmu”
Min Rin nyaris mengumpat keras jika saja dia tak butuh pekerjaan ini, “Jangan terlalu lama berpikir, Jung Soo-ssi” Min Rin berkata seraya menyusurkan jarinya pada selebaran kontrak yang belum setengahnya dia baca. Jung Soo tersenyum mengejek di sofanya, bahunya agak terangkat. “Jam kerja pihak ke dua mulai pukul tujuh sampai tujuh malam. Hei apa-apaan ini? Kemarin kau bilang akan pulang pukul empat!”
Jung Soo memutar bola matanya, tidak dia sangka akan begitu banyak protes pada kontrak yang dia buat. “Aku keluar kantor pukul empat, sampai rumah jam lima. Butuh waktu dua jam bagiku untuk istirahat. Apakah itu terdengar berlebihan?”
“Jam enam atau kau bisa cari orang lain” Min Rin menggertak.
Tapi rupanya Jung Soo tak mendengarkan kata-kata Min Rin setelah itu. Ia hanya duduk di sana, menunggu gadis itu mengatupkan bibir. Ia berbicara tidak lama setelah itu, memberikan penawaran, berusaha membuat dirinya terlihat mengintimidasi. “Tetap jam tujuh, dan akan kunaikkan gajimu duapuluh persen. Bukankah kau bilang kau butuh pekerjaan?”
Tidak ada yang bisa menolak kenaikan gaji, dua puluh persen untuk satu jam. Min Rin sendiri tak yakin laki-laki jenis apa yang ada di depannya. Dengan malu-malu dia berkata, wajahnya sudah memerah, “Baiklah sampai jam tujuh, tapi aku tak mentolerir jika kau terlambat”
“Pilihan yang tepat”
Setelah itu perbincangan berlanjut pada poin ke tiga. Begitu banyak perdebatan, tapi Jung Soo selalu tampil mendominasi. Karena itu tidak banyak hal dalam kontrak yang diubah, kecuali kenaikan gaji duapuluh persen.
Kontrak disepakati seiring dengan pihak kedua dan pertama yang saling berjabat tangan. Jung Soo tersenyum sopan, kemudian berjalan ke sisi ruangan dimana ada satu pintu berukuran normal yang menyambung dengan suatu ruangan yang tak Min Rin ketahui. Gadis itu ingin melarikan diri secepat yang ia bisa, mengabadikan bau Jung Soo yang melekat di tangannya. Namun sebelum Min Rin berhasil berjalan keluar, Jung Soo sadar babysitter barunya masih di belakang, tepat ditempat sebelum ia tinggalkan, “Kupikir kau ingin segera bertemu bayimu”
Mendengar Jung Soo menggunakan kata ganti ‘mu’ setelah sebelumnya mengatakan ‘bayiku’ membuat telinga Min Rin memerah, seolah bayi itu adalah milik mereka berdua. Kemudian, pikiran Min Rin terpotong tatapan Jung Soo dari ambang pintu. Min Rin tersenyum bersalah, mendapati lelaki itu bersandar pada kusen dengan bibir menahan segala bentuk makian atau apapun yang ada di ujung lidahnya. “Mau sampai kapan kau berdiri di sana? Aku tidak membuang uangku untuk seorang yang tidak bisa apa-apakan? Cepat bergeraklah! Kurasa, Jonjin sebentar lagi akan bangun”
Min Rin hampir membiarkan mulutnya ternganga ketika mendengar kata-kata Jung Soo. Pria dihadapannya bahkan tidak lebih baik dari bos sebelumnya. Tiba – tiba saja, perkataan Jung Soo membuat Min Rin jengkel. Tanpa berpikir panjang lagi dia menggeret kakinya ke arah Jung Soo, mengikuti pria itu dari belakang.
Rupanya pintu tadi mengarah pada sebuah kamar yang didekorasi dalam warna coklat yang hangat, dan dilengkapi dengan perabot kayu yang terkesan benar-benar seperti Jung Soo. Pada salah satu sisi ruangan terdapat box bayi cukup besar, “Namanya, Kim Jongjin” Jung Soo berkata seraya menunjuk bayi laki-laki yang sudah pasti menjadi objek perbincangan mereka sejak tadi. Dia tidur. “Di laci meja, ada catatan yang ditinggal ibunya, kurasa kau harus membaca itu”

***

Kyuhyun bangun dengan mood kacau pagi ini, semalaman dia menghabiskan setengah waktunya hanya dengan bergulung di ranjang. Dia tak pernah mengalami mimpi buruk sebelum ini, mimpi buruk hanya untuk orang-orang yang memiliki gangguan stress paska trauma atau pengidap penyakit tertentu, sedangkan  Kyuhyun bukan bagian dari mereka.
Dalam mimpinya, Kyuhyun dapat melihat dirinya yang lain. Terlihat utuh. Seperti melihat sebuah drama dimana dia sendiri yang menjadi aktor utamanya. Berawal dari setting sebuah club, Kyuhyun menari dengan beberapa orang wanita berambut pirang, dentuman musik begitu keras-bahkan lebih keras dari yang pernah ia rasakan. Setelah dilihat-lihat kembali, Kyuhyun baru sadar ini bukan tempat yang ia kunjungi biasanya, club ini terlihat mengerikan. Tak ada bar, hanya lantai  hitam berwarna senada dengan dinding. Tidak ada lampu disko yang berputar, tapi anehnya dia dapat melihat sekitar dengan jelas. Mimpi buruk dimulai saat Kyuhyun tiba-tiba merasakan sakit, rambutnya ditarik hingga semuanya lepas. Di depannya seorang gadis dengan gaun tosca melambai ke arahnya sambil bersimbah darah, wajahnya tidak terlihat jelas, ada bagian buram seolah Kyuhyun memang tidak harus melihatnya. Seseorang itu menangis dengan tetap melambai, dia tetap memaksakan senyum pada ujung hidupnya, namun entah kenapa senyuman itu justru melubangi hati Kyuhyun.
Di atas meja makan, terdapat satu cangkir bekas teh yang terasa hangat ketika Kyuhyun sentuh. Ini teh Inggris, dibawa Chosung setelah kembali dari perjalanan panjang yang tak pernah bisa Kyuhyun pahami. Bagaiamanapun, seseorang yang meninggalkanmu dan mengatakan padamu akan pergi ke Perancis untuk belajar menjadi desainer tapi pada kenyataannya dia menghabiskan waktu dua tahun lebih lama di Inggris, tidak akan pernah menjadi masuk akal meskipun sudah kau pikirkan berkali-kali. Kyuhyun sangat tahu jika Chosung begitu menggilai Inggris, dan aksen britishnya yang tak peduli bagaimanapun Kyuhyun belajar dia tak akan pernah bisa. Lelaki itu sudah berusaha sekuat tenaga agar Chosung berminat padanya, termasuk membuat janji akan pergi ke Inggris ketika nanti sudah dewasa. Tapi siapa sangka jika Chosung meninggalkannya begitu saja.
Kyuhyun mulai bertanya-tanya dimana keberadaan gadis itu. Chosung tak mungkin pergi ke luar sebelum Kyuhyun bangun, itu artinya dia masih berada di apartemen ini entah di ruangan yang mana. “Noona, kau dimana?”
“Ada apa Kyunnie? aku di dapur”
Ada bau makanan ketika Kyuhyun memasuki dapur. Tempat itu terlihat berantakan, sama berantakannya dengan penampilan Chosung pagi ini. Terdapat cukup banyak bahan makanan berserakan di lantai. Gadis itu terlihat cukup frustasi dengan telur mata sapinya yang gagal, bagian kuning dan putihnya bahkan nyaris berlebur.
Kyuhyun nyaris membuat dirinya terlihat konyol. Merupakan suatu kejutan melihat Chosung memasak, kali ini benar-benar menggunakan kedua tangannya. “Selamat pagi! Kau pasti laparkan? Duduklah di meja makan, biar aku menyelasaikan ini dengan tenang. Auch, kau membuatku gugup”
 “Noona, kenapa kau tiba-tiba berubah?”
Chosung mendongak setelah menangkat telurnya dari penggorangan, “Bukankah kau juga berubah?”
Kyuhyun hanya terdiam.
“Karena itu, aku harus berubah untuk menyeimbangkan perubahanmu”
“Itu tidak perlu”
“Biarkan aku yang memutuskan itu perlu atau tidak, Kyunnie” Chosung memandang lembut ke piring, membiarkan tangannya meletakkan telur setengah gagal buatannya. “Bisakah kau membantuku membawa ini? Aku akan mengambil susu untukmu”
Kyuhyun sampai lebih dulu ke meja makan dan Chosung berikutnya. Dia meletakkan dua gelas susu masing-masing di hadapannya dan Kyuhyun. Menu makan hari ini sederhana, hanya telur goreng, dipadu dengan sosis, bacon, kacang, tomat. Kyuhyun ingat makanan ini, Chosung selalu menyebutnya sebagai sarapan ala Inggris.
“Tidak usah memaksakan diri”
“Apa?”
Kyuhyun menarik nafas panjang dalam diam,mencoba memahami apa yang gadis di depannya lakukan. Tapi dia tak pernah cukup pintar untuk bisa memahaminya, “Kau tak pernah tahan jika minum susu sebelumnya. Berhentilah”
Chosung tersenyum tipis, “Tidak kusangka, kau masih mengingatnya” dia meneguk minumannya untuk memastikan pada Kyuhyun jika dia sanggup, “Aku ingin meminumnya sesekali”
“Noona..”
“Kyunnie, aku ingin kau mengajakku ke taman bermain”
“Kita bukan anak kecil lagi”
“Tapi aku ingin, ayolah! Aku tidak ingin pergi sendirian, kau harus menemaniku!”

***

 tbc