Sabtu, 28 Juni 2014

FF Bad Life part 4



Author :  JewelAMD
Tittle    :  Bad Life Part 4
Genre  :  Romance, angst, family
Cast     :     - Han Min Rin
-          Cho Kyuhyun
-          Park Jung Soo
-          And other cast      
Rating : PG15
Length: Chapter

            Part 4 datang :D senangnya, akhirnya selesai. Ini ff yang datang setlah sekian lama. Hati-hati, banyak typo bertebaran! Dan.. Happy Reading ^^

------------------------------------------------

Telepon bordering entah untuk ke berepa kali hari ini. Awalnya Kyu berniat untuk mengabaikannya, sebelum dia berpikir mungkin saja itu Min Rin.
“Yeobseo” sedetik..dua detik.. Kyuhyun mulai ragu.
“Kyu ini aku”
“Nn..noona” tangan lelaki itu bergetar. Demi apapun, itu bukan suara yang dia bayangkan untuk di dengar saat ini.
“Aku.. kembali” kembali? Kyuhyun menautkan alisnya. Sedikit tak percaya mendengar kata ‘kembali’ keluar dari bibir sosok itu.
Merasa tak ada jawaban, orang itu kembali bersuara. “Kyu, kau masih di sana?”
“Ah ye”
“Bisa kau jemput aku?”

***
Hujan masih turun dengan derasnya. Tak ada petir di sana,hanya ada air yang turun dari celah awan yang semakin kelam. Seorang gadis tengah berdiri di tengah pertokoan, dia tak menggoyang-goyangkan badannya seperti anak kecil yang menikmati hujan. Dia hanya mendongakkan kepala, membiarkan tiap tetes jatuh menimpa wajahnya. “Aku benci Cho Kyuhyun” tidak, gadis itu tak berteriak, itu akan menimbulkan banyak perhatian. Hanya hatinya yang bersuara, berkeluh kesah pada seseorang atau sebuah arwah?
“Tapi di saat bersamaan, aku begitu mencintainya Byul Yi” Han Byul Yi, Min Rin selalu yakin jika adiknya slalu datang saat hujan. Bersamaan dengan roh-roh yang lain. “Ini sudah terlalu lama aku terluka. Taehyun dan Shin Hye memintaku untuk mengakhiri hubungan kami, tapi tak bisakah kaumemberi saran yang lain?” setetes air mata mulai keluar. Tapi itu semua tersamarkan oleh hujan. Secara fisik, air mata dan air langit tak ada bedanya. Hanya saja, air mata membawa banyak luka.
“Aku tak bisa melepasnya. Percayalah , aku sudah mencobanya, tapi aku hamper gila karena itu” dan setetes lagi mulai menyusul. Dia sadar ada Jung Soo di bawah atap pertokoan, tapi bahkan dia tak bisa berbuat apa-apa. Rasa bahagia yang Jung Soo berikan bahkan tak sanggup mengalihkan perasaan sakit yang lebih dulu Kyuhyun torehkan. “Aku benar-benar muak dengan urusan cinta, tapi aku yakin tanpa cinta aku tak kan bisa hidup”
Hujan memelan, tak sederas tadi. Tapi cukup membuatmu menggunakan jas hujan atau paying agar baju tak basah.
“Aku telah memikirkan cara lain untuk keluar dari semua masalah ini. Mati” sejujrnya, Min Rin bergidik ketika harus menyebut kata terakhir. “Tapi aku tak mau selemah itu, takdir dan aku harus bersaing, dan menentukan jalan hidup pilihanku atau takdirlah yang harus kujalani”
Min Rin dapat merasakan gerimis yang mulai turun. Dia tak dapat lagi merasakan guyuran air yang begitu deras di wajahnya. “Byul Yi, apakah ini saatnya kaupergi? Aku masih membu..”
“Sampai kapan kau mau berddiri di sana? Hujan sudah berhenti” suara itu menghentikan peraduan Min Rin pada ya.. kita bisa menyebutnya arwah.
“Kalau begitu bergabunglah denganku, aku mengutip dari sebuah movie dan dia bilang gerimis itu romantis” Min Rin membuka matanya, menatap sosok Jung Soo dengan tatapan ramah.
”Tapi, bukankah kisah cinta pada masa Reinasance itu lebih romantic?” kali ini Jung Soo yang memberi argumennya.
“Oh ayolah, berhenti berkata konyol, Mr. P.J.S” dan Jung Soo hanya tersenyum, menyosngsong kedatangan mobil hitam yang semakin menepi kearah mereka.
“Oh rupanya di sini, aku mencarimu cukup lama” ucap Yesung setelah menurunkan kaca mobilnya,
“Kau dapat bukunya?”
“Ofcourse, sir” Yesung menyodorkan novel merah itu, dan Jung Soo mengembalikannya pada sosok Min Rin yang ada di belakanganya.

“Jung Soo, apakah itu namamu?” suara gadis itu menginterupsi gerakan kakinya.
“Ehem, kaubisa panggil seperti itu” ada senyuman di bibir Min Rin, dan dia kembali bertanya, “Apa.. kita bisa bertemu lagi?”
                Jung Soo kembali mendekati Min Rin, padahal sebenarnya dia sudah hampir mencapai pintu mobil Yesung. Dia melepaskan jaketnya, memasangan pada tubuh gadis di depannya. “Bukankah itu yang kauharapkan?” Jung Soo mengedipkan matanya sebelum berlalu.
            Di belakangnya, Min Rin tersenyum kecil sambil menciumi aroma lelaki itu dari jaketnya. Dia lelaki yang menarik, dan Min Rin tak pernah salah akan hal itu.

***

            Kyuhyun berdiri di bandara, mencari sosok gadis yang sekitar limabelas menit lalu menghubunginya. Pandangannya terbang ke setiap sudut, dan yang ditemukannya adalah segerombol orang dengan menggeret koper berlalulalang di depannya. Dia tak mengenali siapapun, wajah gadis itu tak dapat dia jangkau dengan pengelihatan, selalu seperti ini, dia tak dapat menjangkau gadis itu, seperti terlalu jauh. Atau, sambungan telefon tadi hanya sebuah fantasinya? Mengingat ke-tidak-mungkin-an gadis itu kembali.
Bodoh. Harusnya Kyuhyun tak langsung menancap gasnya setelah menerima telefon itu, harusnya dia memakai akal logisnya terlebih dulu untuk menimang-nimang. Tapi lagi-lagi sesuatu dalam dirinya yang menjurus ke kebodohan memaksnya untuk datang ke tempat ini sesegara mungkin. Seolah jika tak hadir tepat waktu semua akan lenyap. Dan mungkin semua benar-benar lenyap sekarang.
“Kyunie” Kyuhyun merasakan ada yang menepuk punggungnya dari belakang. Dia hafal betul suara ini, hanya ada satu orang yang memanggilnya seperti ini, tapi Kyuhyun tak mau menebak-nebak. Lebih tepatnya dia tak punya nyali untuk menebak. “Benarkan, ini kau Kyu”
Sedetik..
Dua detik..
Lima detik..
Kyuhyun merasakan déjà vu. Di depannya sepasang obsidian biru, hidung mancung, juga bibir tipis sexy yang semua terbinggkai rapi. Dia makhluk Tuhan yang cantik, bukan tercantik, tapi mampu mengalihkan dunia seorang Cho Kyuhyun. “Kyu, are you okay?”
“Absolutely” kata Kyu, “Landing jam berapa Noona?” dia mengambil alih koper yang tergolong cukup besar dari tangan seseorang yang dari tadi dia panggil noona. “Mungkin sekitar empat puluh menit lalu” terlihat sedikit menimang, melihat jam tangannya dengan serius. “Kupikir kautak akan datang”
“Kupikir noona yang sudah lenyap, pergi meninggalkanku seperti dulu” gadis itu menghentikan langkahnya, menatap mata Kyuhyun lekat. Perjalanan mereka menuju parkiran terhenti entah untuk berapa durasi.
“Kyunie, mianhae” ada penyesalan di sana, siapapun bisa mengetahuinya. Kyuhyun memalingkan matanya dari ikatan tatapan noona-nya “Lupakan” tak ada nada kasar, tapi suara itu begitu sarat akan luka. “Kau mau kuantar kemana?”
“Apartemenmu, setidaknya sampai aku dapat apartemenku yang baru. Bolehkan Kyunie?”

***
            Min Rin melangkah melewati dua sahabatnya dengan perasaan senang. Seperti melayang, tapi bukan karena terlalu banyak minum soju atau semacamnya, ini karena dia terlalu banyak bahagia. Seorang gadis berambut pendek, tengah menatap ke arah Min Rin, dan gadis yang di tatapnya tak merasa risih. “Dari mana saja kau?” Taehyun mulai menatap Min Rin dengan tatapan menginterogasi, seperti biasanya. “Bertemu pangeran” dia menjawab sekenanya, tangannya memelintir memainkan jaket pinjaman Jung Soo.
Shin Hye membelalakkan matanya lebar, “Kyuhyun, si anak iblis itu kaubilang pangeran?” baiklah, ekspresi Shin Hye mungkin terlalu berlebihan. Kyuhyun memang tampan, bukan? Cukup pantas dipanggil pangeran meskipun ada sisi dalam dirinya yang menyebalkan. Tapi sayangnya, “Bukan,” sanggah Min Rin, “Dia jauh lebih menarik dari pada Kyuhyun”
            Mata Shin Hye semakin melebar, “Apa aku tak asalah dengar? Ini pertama kalinya kau memuji namja selain Kyuhyun” dia masih saja bertingkah heboh, bahkan semakin heboh.“Siapa dia?” Taehyun masih sama, terlihat tenang.
            “Oh matanya menawan, kalian harus melihatnya. Dan dia memiliki banyak rahasia di matanya” tak menghiraukan pertanyaan Taehyun sebelumnya, Min Rin lebih memilih mengalihkannya. Taehyun menatapnya tajam, “Apa kau mencintainya?” “Benarkah? Aku penasaran” dua pertanyaan yang keluar dari suara yang berbeda itu keluar di saat yang bersamaan. Membuat sosok gadis dengan pertanyaan pertama melirik si gadis ke dua dengan lirikan yang berkata ‘kenapa kaukatakan hal bodoh Park Shin Hye!’
Dan Min Rin lebih memilih untuk menjawab pertanyaan ke dua, “Kau memang seharusnya penasaran”.
Taehyun mengencangkan ikatan rambutnya, dia cukup sebal karena dua kali pertanyaannya diabaikan. “Baguslah, jika kautertarik pada lelaki lain, kaubisa memutuskan hubunganmu dengan Kyuhyun sialan itu kan?”
“I..it.uu, ah Taehyun, bukankah kau ada janji dengan Kangin? Sebaiknya kaucepat”

***

Kyuhyun membuka pintu apartemen, menggeret koper besar di tanganya, diikuti langkah ringan gadis di belakangnya. “Duduklah, noona mau minum apa?” “Teh hangat” jawab gadis itu singkat, dia mendudukkan tubuhnya di sofa warna coklat milik Kyuhyun. Ruang tamu ini ditata dengan gaya klasik, seperti permintaannya dulu. Mata gadis itu menjelajah, sedikit kecewa ketika tak menemukan fotonya. Dia tau itu harapan yang tak mungkin, semua sudah berakhir tiga tahun lalu, dan apa yang dia harapkan saat ini? Fotonya dipajang pada sepanjang dinding apartemen? Berkhayal, bahkan Kyuhyun menerimanya dengan baik saja, dia sudah sangat bersyukur.
“Secangkir teh datang, ini tak gratis. Kau harus membayarnya Noona, bisa kautransfer nanti” Kyuhyun datang dengan dua cangkir di tangannya, satu kopi untuknya, dan satu cangkir lain untuk gadis itu. “Cih, bukankah tadi kau yang menawarkan padaku Kyunnie?” dengan desisan yang dibuat-buat, gadis itu bersikap seolah-olah dia marah. “Tapi aku tak bilang itu gratis”
Dia meraih cangkir tehnya dan meneguknya, “Geurae, aku memang tak pernah menang melawanmu”
“Tidak, kaupernah menang dariku Noona, tiga tahun lalu, kaumenang Chosung Noona”
“Kyunnie, kaumasih marah padaku?”
“Apakah itu tak wajar?” Kyuhyun meletakkan cangkirnya, ada ketegangan diantar meraka, “Kau pergi begitu saja bahkan ketika kita baru memulai segalanya. Apakah aku tak pantas marah karena hal itu?” sejanak, Chosung menundukkan wajahnya. Dia tersudut oleh pertanyaan dan tatapan Kyuhyun, “Aku tak punya pilihan”
“Saat itu aku berkata Noona jangan pergi, dan kaubilang ini adalah impianmu. Lalu bagaimana bisa kaubilang tak punya pilihan?” hening, tak ada respon. “Sepertinya, aku memang bukan sesuatu yang pantas dijadikan pilihan, dibanding kehidupan designmu”
“Kyunnie..”
“Aku lelah Noona, hari ini hari yang panjang. Kamar tamu ada di depan ruang tengah, kaubisa memakainya”

***
Sepasang kaki itu melangkah dengan gontai. Dia benar-benar hancur, baru kemarin dia merasa bahagia hingga meleleh, sekarang dia harus merasakan keterpurukan lagi. Semalam, dia tidur di rumah Lee ahjumma, dan rumah itu sepi-sepi saja. Sepertinya wanita itu memiliki kerja extra di rumah besar keluarga Cho. Tapi bukan itu yang membuat Min Rin hancur. Ke-tidak-ada-an tanda-tanda Kyuhyun disanalah yang membuat dirinya bearantakan seperti ini. Entah kenapa setelah mentari datang esok harinya, dan Kyuhyun belum menghubunginya membuat hatinya hancur. Dia tak pernah menyangka Kyuhyun benar-benar akan mencampakannya seperti saat ini. “Kau kesini mau beli buku apa?” itu suara Shin Hye, dia menemani Min Rin ke toko buku, tapi yang ada Min Rin justru asik dengan dunianya sendiri. “Han Min Rin!”
“Ne?” sedikit tersentak, dia baru sadar dari lamunan panjangnya.
“Kau mau beli apa? Huh, sebenarnya apa sih yang kaupikirkan?”
“Novel” dengan tergesa Min Rin beranjak pergi, tak mau di desak lebih lama lagi. Batinnya terlalu lelah untuk membahas semua ini. Hingga tanpa sadar, dia menabrak seseorang, “Neo?”
“Kau?”  Min Rin terpaku beberapa saat. Dia tak pernah menyangka akan bertemu lagi secepat ini, terlebih di saat dia tak merencanakannya. “Apa setiap bertemu denganku kausengaja menabrakkan diri?”
“Hentikan pikiran negativemu terhadapku Tuan P.J.S” Min Rin menyunggingkan sedikit senyum. Untuk saat ini tiba-tiba dia lupa akan dirinya beberapa menit yang lalu, akan bagaimana bingungnya dia atas ketidak-ada-an Kyuhyun. Dia lupa. “Jaketmu, aku tak membawanya”
“Tak apa” hanya kata itu yang keluar dari mulut Jung Soo, dia memang tak sedingin ketika mereka pertama kali tabrakan, tapi dia juga tak sehangat Kyuhyun ketika berhadapan dengan yeoja.
“Ya! Pabboya! Kauyang mengajakkku tapi kenapa kauyang meninggalkaanku?” sebuah suara baru berada di tengah-tengah mereka, memecah keheningan sesaat yang mereka ciptakan.
“Mianhae, ah iya kukenalkan pada temanku” Min Rin mengalihkan pandangannya dari Shin Hye ke sosok di depannya. “Dia Jung Soo, orang yang kutemui beberapa hari lalu”

***
Kyuhyun terpaku memandang beberapa makanan di meja makannya. Hanya ada satu orang selain dia di apartemen ini, tapi dia yakin itu bukan masakannya. Delivery. Hanya tebakan sih, tapi tebakan yang akurat. “Ah kausudah bangun?” sosok itu berdiri di belakang meja, sibuk menata makanannya dengan celemek menggangtung di badannya, seolah-olah dia telah melewati masa dimana dia harus berkutat dengan kompor dan sejenisnya. Kyuhyun menyunggingkan senyum tipis, gadis itu masih sama seperti dulu-tak berubah. Pura-pura memasak dengan enak, dan Kyuhyun harus pura-pura juga seolah tak mengetahui tipu muslihatnya. Dia kekanakan dan itu salah satu pemicu kenaapa Kyuhyun mencintainya. “Kenapa hanya berdiri di sana saja? Makanlah, aku sudah capek-capek masak buat kamu” lelaki itu menguap perlahan, lalu mendudukkan dirinya pada salah satu kursi, diikuti gadis di depannya. “Makanlah yang banyak, awas saja jika tersisa” Kyuhyun hanya diam mendengarkan. Dia tak mau banyak bicara, terlebih tak tau harus bicara apa. “Kaumau makan yang mana dulu Kyu? Yang ini, atau yang ini?” kembali gadis itu berceloteh, “Kurasa, yang ini dulu” dan dia sendirilah yang menyimpulkan. “Oh, aku belum membuatkanmu teh, sebentar..”
“Noona, tak perlu. Berhenti bicara dan duduklah” Chosung hanya diam menatap Kyuhyun. Dia tak duduk, tapi juga tak melangkah berlalu meninggalkan meja makan. “Kyunie, tapi kaukan tak bisa sarapan tanpa minum teh”
“Aku bisa”
“Tapi..”
“Itu dulu Noona, semua sudah berubah. Jangan menyamakannya” Kyuhyun memundurkan kursinya, mengangkat tubuhnya hendak berlalu.
“Kaumau kemana?”
“Aku ingin susu”

***

Min Rin duduk pada salah satu meja café. Tangannya bertopang dagu, menatap lekat ke arah Shin Hye yang menyantap ice cream coklat yang mereka pesan limabelas menit lalu, “Jadi ada apa?” dia mulai terlihat serius. Ada ribuan tanya di otaknya, tapi hanya itu yang sanggup disuarakan. Masih terbayang bagiaman tadi Shin Hye buru-buru pergi setelah Min Rin memperkenalkan mereka, terlebih, tatapan Jung Soo yang tak lagi hangat. Ada yang tak beres, dan Min Rin tau itu dengan jelas.
“Apanya yang ada apa?”
Gadis berambut panjang hitam itu memutar bola matanya jengah, “Di toko buku tadi, ada sesuatu antara kau dan Jung Soo. Ceritakan padaku”
“Kau pasti tak mau mengetahuinya” terdengar helaan nafas panjang, “Itu bukan sesuatu menarik untuk di ceritakan”
“Ayolah, aku sangat-sangat penasaran”
“Tidak” tegas, mungkin itu adalah jawaban tertegas  yang pernah keluar dari mulut Shin Hye.
“Oh ayolah, aku selalu menceritakan tentang Kyuhyun dan aku kepadamu”

***
Jung Soo membanting tubuhnya kea rah sofa. Dia di rumah Yesung saat ini, seperti biasa. “Aku bertemu dengannya tadi” Yesung tak sedikitpun memalingkan wajahnya, dia tengah melihat hasil selcanya tadi, seperti seorang Jong Woon aslinya. “Park Shin Hye”
“Hyung, kau bohong kan? Bagaimana bisa?”
“Dia teman gadis itu” Jung Soo memejamkan matanya, mengingat kembali pertemuannya tadi, sekaligus luka yang otomatis ikut teringat. “Dulu, karena ditinggal eomma, appa bilang jangan percaya pada wanita, karena mereka pembohong” hening sejenak, Jung Soo mengambil nafas untuk melangkah pada kenangan yang lebih pahit lagi. “Tapi aku tak mendengarnya. Aku tetap mencintai seorang gadis, tapi dia mempermainkanku dan pergi begitu saja”
“Hyung, dia pergi karena dia sepupumu”
“Tidak, kau tak tau apa-apa. Aku yang tau alasannya Sung, aku tau jelas”

***
“Aku tak pernah mencintainya, tapi aku menerima pernyataan cintanya” Shin Hye menundukkan kepalanya dalam, dia tau ini begitu memalukan.
“Berapa lama kalian pacaran?”
“Dua tahun mungkin”
Min Rin menatap tak percaya pada sahabatnya, “Kau memacari seseorang yang tak kaucintai dan dia sepupumu selama dua tahun? Kau gila”
“Aku tau. Maka dari itu aku mengakhiri hubungan kami, tapi dia marah padaku”
Min Rin menyuapkan ice cream ke mulutnya, “Jelas, kau mempermainkannya”
“Karena itu, kaujangan mempermainkannya. Cukup aku saja. Dia orang yang baik. Kumohon, jauhi dia. Kausudah punya Kyuhyun kan? Janji ya?” Min Rin hanya terdiam “Rin-ah, jeball”
“Ne”

***

Setetes air turun diikuti tetes berikutnya. Derap langkah kaki mulai terdengar semakin keras, ada banyak langkah yang menghindari hujan. Kyuhyun terdiam di dalam mobilnya, ada ribuan orang yang lari dari hujan, tapi kenapa gadis itu begitu menikmati hujan? Dia sendiri saat ini juga tengah lari-bukan-bukan lari dari hujan. Dia lari dari teka-teki Min Rin yang belum terpecahkan, dia lari dari kedatangaan Chosung yang tiba-tiba, dia ingin menenggelamkan diri pada sudut-sudut yang tak terlihat. Tapi sayangnya dia belum bisa menemukan sudut yang tak terlihat itu, maka dari itu dia hanya bisa lari.
Kyuhyun mengernyitkan keningnya. Beberapaa saat lalu, ada ajakan pergi ke club, meminum berbagai macam zat-zat yang memabukkan, juga bertemu beberapa wanita kenalannya-ya meskipun dalam arti sebenarnya Kyuhyun tak mengenalnya. Seperti yang kalian ketahui, lelaki itu tak pernah mengingat nama gadis yang tidur dengannya-namun tanpa disangka Kyuhyun justru menolak hal itu. Club bukanlah ‘sudut yang tak terlihat’ juga bukan tempat terbaik untuk melarikan diri. Jadi disinilah dia sekarang, di dalam mobil di parkiran Kyunghee University. Entah sudah memakan waktu berapa lama dia di sana, lelaki itu bahkan tak melihat jam di ponsel atau di tangannya. Dia telah tenggelam pada segala macam hal yang membuat kepalanya ingin pecah. Dia lari dari segala macam hal itu, tapi segala macam itu justru mengejarnya semakin cepat. Dia mengerang frustasi, beberapa orang yang melintasi mobilnya mungkin dapat mendengarnya dengan pelan, itupun dengan catatan sekitarnya tak berisik. “Damn!” dan itu umpatannya entah untuk yang keberapa belas kali.
Sejujurnya jauh dalam lubuk hatinya, dia ingin bertemu dengan gadisnya, menemaninya untuk makan ice cream vanilla di café dekat kampusnya, melihatnya begitu tergila-gila pada susu coklat hangat. Entah kenapa ketika Min Rin terasa begitu jauh darinya, Kyuhyun baru menyadari hal itu, dia ingin selalu dekat dengan Min Rin. Tapi, seberapa besar harga diri Min Rin di matanya, Kyuhyun masih belum mengetahuinya. Ini tak masuk akal, Kyuhyun selalu bertanya-tanya kenapa Min Rin menanyakan hal ini berkali-kali. Berbagai anggapan melayang di otaknya, tapi tak satupun anggapan itu yang mencapai kebenaran. Kenyataannya pahitnya, sampai saat ini Kyuhyun masih belum mengerti bagaimana Min Rin begitu terluka karenanya.
Ada getaran dalam saku jacketnya, diraihnya benda elektronik kecil yang sedari tadi dia campakan. “Kau dimana? Cepat pulang, ada appamu disini” suara Kyuhyun terdengar nyaring ketika membaca pesan itu. sebuah umpatan kembali lolos dari bibirnya. Ini buruk, Kyuhyun tau itu dengan pasti.

***

Terdengar suara tawa yang begitu keras ketika Kyuhyun membuka apartemennya. Tawa itu terdenngar hangat, bahkan lebih hangat ketika bersama dirinya. Ada sebersit rasa iri, meskipun Kyuhyun sadar umurnya terlalu tua untuk merasa cemburu karena perhatian ayahnya direbut orang lain. Kyuhyun bahkan lupa kapan terakhir kalinya mereka duduk bersantai seperti itu. “Kyunnie, kausudah datang?” lelaki itu sedikt tersentak ketika kedatangannya tercium olah Chosung. Dia masih berdiri, tak berkutik. Merasa kikuk sebenarnya.”Kenapa hanya berdiri saja? Cepat kesini”
Masih terdiam, Kyuhyun tak mengukir sedikitpun senyuman. Dia dapat mencium bau pertengkaran, bahkan sebelum pertengkaran itu terjadi. “Kyunnie, jeball..” gadis itu-Chosung-mulai memohon dengan tatapan penuh harap. Setidaknya tatapan itu sedikit memberikan hasil. Kyuhyun memposisikan tubuhnya di samping Chosung, cukup jauh dengan ayahnya.
“Bagaimana kabarmu? Lama tak bertemu” “Seperti yang dapat kaulihat” tak ada nada dingin, tapi juga tak seramah seharusnya. “Bagaimana kaubisa disini?”
“Chosung yang mengundangku” lelaki muda bermarga Cho itu mengalihkan pandangannya. Menatap gadis di sampingnya dengan tajam. Chosung tak pernah berubah, tetap lancang, seperti dirinya yang dulu. Berbeda dengan karakteristik Min Rin, gadis itu seolah mengerti apa yang Kyuhyun mau, bertindak sehati-hati mungkin.
Sebuah cengiran lebar terukir di bibir Chosung, “Kurasa kauperlu berbincang-bincang dengan appamu” dan satu lagi perbedaan mereka, Min Rin tak pernah mencoba memperbaiki hubungan Kyuhyun dengan appanya. Lelaki itu menghela nafas panjang, semakin kesini, semakin sering dia membandingkan mereka. “Kau tak perlu melakukan itu Noona, tak ada yang perlu diperbincangkan”
“Aku ada” suara tua lelaki itu menginterupsi, mengingatkan jika dia masih ada disini, mendengarkan perdebatan anak-anak muda di depannya. “Kupikir kauterlalu sibuk dengan bisnismu” Kyuhyun sedikit mencibir, pertengkaran yang tadi diendus Kyuhyun kini benar-benar akan dimulai. “Ini demi masa depan bisnisku” ad sedikit tawa di bibir Kyuhyun. Dia tak pernah berpikir masa depan Cho Group ada pada apartemen mewahnya. “Tentang..”
“Noona, bisakah kaumeninggalkan kami berdua? Ini bukan sesuatu untuk kaukonsumsi” Kyuyuhn tak pernah mengucapkan kalimat ini sebelumnya, setidaknya setiap dia mulai berdebat dengan appanya-seperti saat ini-Min Rin dengan kesadaran penuh menarik tubuhnya berjalan mundur, menjauh. Bukan duduk diam seperti Chosung sekarang, menatap kearah Kyuhyun dan appany seolah di depannya adalah acara telenovela.
“Tapi Kyunnie..”
“Ini urusan keluargaku, dan margamu bukan Cho. Kau lebih tua dariku Noona, kuharap kau bisa mengerti” Chosung membuka mulutnya, hendak meluncurkan berbagai macam protes, tapi kemudian mulutnya tertutup lagi, tanpaa sepatahkatapun yang keluar. Perlahan, gadis kitu mengambil langkah untuk pergi, meninggalkan tempat itu dengan tak rela.

***

Masih dengan selembar kertas digenggamannya. Gadis itu memakai telunjuknya untuk menganilisis satu persatu nomor yang tertempel di gerbang-gerbang rumah. Dia tak mau mengambil langkah yang salah. Kemarin, Min Rin bertanya pada Shin Hye, meminta alamat dengan alsan mengembalikan jaket. Dan akhirnya disinilah dia sekrang, di kawasan perumahan yang hamper tak pernah dia lewati. “50, 51, ah 52”mata itu mengerjap untuk beberapa saat. Sebelumnya dia sudah membayangkan jika sosok Jung Soo memang orang elit, tapi tak pernah dia bayangkan jika sekaya ini. Mungkin setingkat atau dua tingkat di bawah Kyuhyun. Gadis itu-Han Min Rin-menghela nafafs panjang. Dia tak punya cukup nyali untuk melangkah maju. Meskipun dia sudah sering keluar-masuk rumah Taehyun dan Shin hye, tapi kasus ini jelas sangat berbeda.
Untuk beberapa saat yang panjang dia hanya berdiri, angin dingin terasa semakin menusuk kulit. Min Rin semakin merapatkan sweaternya, sesuatu yang dirajut oleh Lee ahjumma pada ulangtahunnya dua tahun lalu. Terdengar helaan nafas panjang sebelum akhirnya membalikkan diri. Mungkin lain kali dia harus mengingatkan dirinya untuk meminta nomor ponsel pada Shin Hye. Selngkah, dua langkah, langkah gadis itu semakin berat. Tak yakin apakah hari ini dia harus berjalan dengan sia-sia. “Hei kau!”

***
“Lebih baik kaukatakan dengan cepat. Kurasa bisnismu menunggu” Kyuhyun memulai perbincangan setelah sebelumnya yakin Chosung telah meninggalkan mereka. “Tak apa, kau juga termasuk bisnisku” lelaki paruh baya itu menyandarkan tubuhnya pada sandaran sofa, mencoba lebih rileks dengan meletakkan tangannya pada sisi lengan kiri dan kanan. “Harusnya kau ingat, aku ini anakmu” Tuan Cho tertawa keras, terdengar melecehkan. Bahkan Kyuhyun tak tau apa yang lucu dari perkataannya. “Kau itu multifungsi Kyu, bisa dibilang aset baru”
Kyuhyun memutar bola matanya, sebenarnya apa yang ada di otak ayahnya hingga dia tak dapat memahami apapun? “Baiklah, bisa kita percepat dan langsung bicarakan ‘bisnis’ yang kau maksud?”
“Kupikir, hubunganmu dengan Chosung lebih dari baik” “hanya baik” Kyuhyun menatap ayahnya jengah. Lelaki itu terlalu bertele-tele. “Sebenarnya apa yang ingin kaukatakan?”
“Bagaiman jika kalian berdua menikah?” demi apapun, Kyuhyun begitu terkejut. Jika saat ini dia tengah minum teh atau semacamnya, mungkin dia sudah mati tersedak. Atau paling tidak, cairan itu akan menyembur keluar dari mulutnya. “Kupikir pebisnis sepertimu berpikiran cerdas”
“Dia cantik dan perusahaan leluarganya cukup punya nama di kawasan eropa. Bukankah ini bisnis yang hebat?” tak menggubris cibiran Kyuhyun, tuan Cho lebih senang merincikan ‘bisnis’nya, “Menikah dengannya bukan ide yang buruk” ada yang berbeda pada diri Kyuhyun. Jika tiga tahun lalu ayahnya menanyakan hal ini, mungkin pipi Kyuhyun sudah memrah menahan malu. Mungkin dari dalam perutnya keluar ribuan kupu-kupu. Tapi untuk saat ini dia hanya diam. Tak tau harus merona atau marah, dia berada pada kebimbangan. “Berhenti mengatakan hal yang tak ingin kudengar” jeda sejenak, lalu Kyuhyun menghela nafas untuk melanjutkannya. “Bukankah sudah kubilang untuk tidak mencampuri hidupku atau aku tak kan melanjutkan bisnismu”
“Tapi..”
“Tidak semua kisah orang kaya itu berakhir dengan perjodohan appa” dengan cepat Kyuhyun langsung memotong. Dia tak ingin mendengar alasan lebih banyak lagi.
“Chosung lebih baik dari dia”
Amarah Kyuhyun mulai memunacak. Sedari tadi dia mencoba untuk bersabar memanfaatkan pertemuan langka mereka. “Dia punya nama, Han Min Rin” kedua wajah yang saling berhadapan itu semakin mengeras. “Aku tak ingin menjadi bisnis sepertimu, yang setelah menikah, menelantarkan eomma” ada hawa ingin saling membunuh yang semakin kentara diantara mereka. Tak ada yang menyembunyikan pedang di balik bajunya, atau bersiap-siap untuk menghunus. Tapi tatapan mereka menceritakannya-menjelaskan jika mereka sanggup membunuh untuk mempertahankan argumen masing-masing. “Cho Kyuhyun, jaga sikapmu”
“Aku akan jaga sikap jika kau berhenti memanipulasiku” tangan lelaki tua itu semakin mengepal. Dalam beberapa hal, Kyuhyun lebih mirip eommanya, tapi dalm hal ini, Kyuhyun lebih mirip dirinya. “Lagipula, aku tak mengatakan jika aku akan menikah dengan Min Rin, aku juga tak berkata aku menolak Noona. Lalu kenapa kau bisa semarah itu?” sejujurnya, tak ada kebohongan dalam ucapan Kyuhyun. Dia masih bingung member porsi hatinya pada dua wanita itu.
Amarah yang tadi melingkupi lelaki setengah baya itu sedikit demi sedikit mulai menguap, “Jadi kaumenerima tawaranku?”
“Tidak, aku juga tak menerimanya” terdengar santai, tapi membuat tuan Cho kembali tenggelam dalam amarah. “Sudahlah appa, kupikir kau benar-benar harus pergi sekarang”

***
            Min Rin memicingkan matanya, di depannya-sekitar satu meter- seorang lelaki dengan kaos putih, juga jaket yang disampirkan di lengan, berdiri sama kagetnya dengan Min Rin. Bukan hanya sapaan Jung Soo yang terasa tiba-tiba, tapi juga kedatangan Min Rin yang bahkan lebih tiba-tiba lagi. “Apa yang kaulakukan disini?”
            “Mengembalikan ini” Min Rin menggoyangkan sebuah tas kecil di depan wajahnya. Membuat Jung Soo cukup yakin apa yang ada di dalamnya. “Kau sendiri dari mana?”
 Mata lelaki itu menurun, memandangi kantong berukuran sedang di tangan kanannya. “Aku butuh makanan” Min Rin menurunkan lengannya yang semula sempat terangkat-menggantung-gantungkan tas kecil di depan wajahnya-dia mungkin terlihat konyol dengan pose seperti tadi, “Ucapanmu mengatkan seakan-akan kaubisa memasak” sebuah cibiran lolos dari bibir Min Rin, dan Jung Soo menanggapinya dengan santai. Ada seberkas senyuman di bibirnya.
“Aku? Tentu saja bisa” dan senyuman itu berubah menjadi seringaian tatkala menatap wajah takjub Min Rin. Oke, kali ini 1-0 untuk Park Jung Soo. “Jangan hanya berdiri disana, masuklah, kubuatkan sesuatu” sejenak, Min Rin terlihat ragu. Tapi akhirnya dia mengikuti Jung Soo, mencoba menyamakan langkah Jung soo yang begitu cepat. “Kau sedang bersama wanita tuan” tak ada jawaban atas protesan Min Rin. Tapi perlahan langkah Jung soo mulai memelan. Mereka berjalan beriringan. Ada senyum yang seolah tak pernah lepas dari bibir Min Rin. Jantungnya berpacu, untuk pertama kalinya dia memasuki rumah seorang lelaki selain Kyuhyun tentunya. Berbicara soal Kyuhyun, gadis itu sudah kehilangan jejak. Seperti ditelan bumi, Kyuhyun bahkan tak menunjukkan bayangannya untuk memberikan informasi. Min Rin mencoba menghapus sketsa lelaki itu, mencoba untuk tak terluka ketika mengingatnya, hanya saja semua itu gagal. Bahkan dengan kehadiran Jung Soo di sisinya, dia masih saja kalut.
“Jangan berdiri disana saja, masuklah” entah sudah berapa lama dia tenggelam dalam dunianya. Mungkin cukup lama hingga membuatnya tak sadar sudah berdiri di ambang pintu rumah Jung Soo. “Kau yakin hanya ingin berdiri di sana?” lelaki itu meletakkan jaketnya pada salah satu punggung sofa, tangannya bertumpu disana, berdiri memandangi Min Rin yang masih saja diam tak berkutik. “Han Min Rin?”
“Ya” dia baru mendapatkan nyawanya kembali terlalu banyak yang dia pikirkan, terlalu banyak pula fokusnya menghilang. Gadis itu mulai melangkah, menggangti sepatunya dengan sandal rumah, berjalan mendekati Jung Soo dengan cengiran tanpa dosa. “Boleh aku duduk?” “Tentu” lelaki itu menganggukkan pelan, setelah itu tak bicara banyak.
Min Rin melemparkan pandangannya meneliti tiap sudut, tak banyak foto yang bisa dia lihat di tempat ini, nuansa putih dengan design simple lebih banyak terlihat. Ada satu lukisan abstrak di dinsing belakang sofa yang dia duduki, tepat bersebrangan dengan pintu. Sedangkan di sebelah kanan sisi ruangan ini, ada aquarium cukup besar dengan kehidupan hewan bersirip di dalamnya. “Aku masuk dulu, anggap rumah sendiri” tepat ketika Jung Soo hendak melenyapkan diri, gadis itu melayangkan protesnya, “Apa kau tega meninggalkan tamumu sendirian? Aku ingin ikut” tak ada tanda-tanda keberatan di wajah Jung Soo dan Min Rin menganggap itu sebagai persetujuan.
Kembali dia mengiukuti Jung Soo. Dapur rumah ini tak terlalu jauh dari ruang tamu, hanya melewati ruang keluarga dan beberapa ruang lain dengan pintu tertutup. Min Rin berpikir mungkin itu kamar tidur, atau ruang kerja dan semacamnya. Dia tak pandai mengira-ngira rumah orang kaya, itu bukan bakat alaminya. “Kau bisa duduk di sana” Jung Soo menunjuk dapur bersih dengan dagunya, dan Min Rin dengan patuh menurutinya. Gadis itu duduk santai sambil memandang Jung Soo yang mulai memakai celemeknya. Sedikit terkikik ketika membayangkan lelaki itu bisa memasak. Dia bertaruh mungkin hanya ramen instan yang akan disajikan nanti. “Kau mau masak apa?” Min Rin membenarkan ikatan rambutnya, beberapa poninya terjatuh menutupi bagian mata, dan itu benar-benar membuatnya mengutuk diri kenapa tadi tak membawa penjepit rambut. “Lihat saja nanti, kau hanya perlu melihat dan makan, bukan bertanya”
“Tch, kau kasar sekali tuan” Min Rin memainkan jemarinya, sambil menghembuskan nafas pelan dengan wajah menggembung. Tapi ekspresi kesalnya benar-benar tak dihiraukan oleh Jung Soo. Lelaki itu mengeluarkan beberapa bahan yang tadi di belinya, sebagian besar Min Rin tak tau itu apa-dia memang bukan tipikal wanita dapur idaman pria, tapi ya setidaknya dia bisa membuat sup rumput laut ajaran lee ahjumma-sebagian besar bahan-bahan itu dimasukkan ke lemari es, hanya beberapa yang masih dikeluarkan. Jung Soo menyalakan kompor dan setalah itu Min Rin benar-benar tak ingin melihat lebih banyak lagi. Memantau seseorang yang memasak untukmu tidak ada kata romantis sama sekali, yang ada dia justru terperangkap dalam kejenuhan. “Aku Bosan”
Jung Soo menyunggingkan senyumnya, menjawab tanpa berbalik ke arah Min Rin. “Kupikir kausuka hal romantis”
“Ini tak romantis tuan, ini membosankan” Min Rin memutar bola mata, benar-benar menunjukkan kejengahannya. “Sekarang bolehkah aku melihat-lihat rumah mewahmu?”
“Sudah kubilang, anggaplah rumah sendiri” tanpa menunggu jawaban selanjutnya Min Rin turun dari kursi yang dia duduki. Melangkah ke arah kanan dapur, nuansa putih masih dia jumpai. Dan sepertinya semua ruangan di sini memang bernuansa putih. Min Rin menemukan satu pintu tinggi, dan dia berpikir mungkin tak ada hal privasi di ruangan ini. Cukup berat dia mendorong pintu tinggi itu, sebuah perpustakaan besar berada di baliknya. Tanpa ragu, dia melangkah masuk. Min Rin sendiri salah satu orang yang cukup gila dalam membaca, kesamaan yang mungkin dia temui pada Jung Soo tapi tidak pada Kyuhyun.
Dia sudah berdiri pada salah satu rak, banyak novel disana-bacaan yang paling dia gemari-tapi untuk saat ini dia tak berniat untuk mengambil salah satu, menyandarkan tubuhnya pada sandaran sofa, dan merampungkan kisah di dalamnya. Tidak-saat ini dia hanya ingin melihat-lihat. Obsidian Min Rin  mulai menyapu satu persatu judul yang tertera disana, kebanyakn adalah novel adventure atau misteri, meskipun ada beebrapa yang bergenre romance. Gadis itu mendesah, merasa tak ada yang bisa dilihat lagi dia melangkahkan kakinya keluar. Kembali mengelilingi rumah ini. Ada tempat gym yang mengarh ke kolam renang, dan ada tangga ke lantai dua. Rasa penasaran mendominasi dirinya, dia berjalan menaiki satu persatu anak tangga. Tak banyak pintu di lantai dua, dari yang Min Rin hitung hanya empat, dia dapata memprediksi betapa luasnya ruang-ruang itu. Gadis itu meraih salah satu gagang terdekat dari tempatnya berdiri, tak seperti pintu perpustakaan, pintu ini lebih mudah untuk dibuka. Dia melongokkan  kepalanya masuk dan cukup terkejut ketika mendapati ini adalah kamar tidur, tempat yang sangat pribadi. Sejanak Min Rin menimang, tapi mengingat perkataan Jung Soo untuk menganggap rumah sendiri, membuatnya tetap masuk seperti orang bodoh tak beretika.
Ada sebuah ranjang king size di sisi kanan ruangan ini lengkap dengan bantal dan guling di atasnya. Min Rin mengulas senyum, membayangkan wajah Jung Soo saat terlelap. Dia pernah melihat wajah Kyuhyun, dan lelaki itu bahkan terlihat jauh lebih tampan. Tapi Jung Soo, dia belum pernah melihatnya. Demi apapun, dia ingin melihat wajah Jung Soo saat tidur, merebahkan diri di sampingnya dalam duarasi yang tak ditentukan. Membayangkan bagaimana wajah lelaki itu, apakah jauh lebih tampan seperti pangeran-pangeran di cerita dongeng, atau terlihat imut seperti bayi. Gadis itu melangkahkan kakinya mendekati ranjang, menelisirkan tangannya menyapu seprai, sebelum akhirnya sebuah ruangan menarik tatapannya.
Pintu ruangan itu terbuka menampakkan bagian dalamnya. Ada sebuah kursi menghadap ke pintu, di depannya ada meja dan dua kursi yang letaknya berhadapan dengan meja sebelumnya. Diatas meja terdapat banyak map, mungkin beberapa pekerjaan yang harus Jung Soo selesaikan. Min Rin tak mengangkat tubuhnya dari ranjang, dia tak berminat untuk masuk ruangan itu. Ruangan kerja selalu membosankan, belum lagi berkas-berkas penting yang mungkin ada di dalamnya. Dia tak mau dituduh jika ada salah satunya yang hilang, membangkrutkan perusahaan besar adalah dosa besar yang tak pernah dia bayangkan. Gadis itu menatap lekat kea rah beberapa lukisan yang menggantung di dinding, kebanyakan bergaya abstrak, mungkin satu atau dua beraliran surealisme. Lagi-lagi gadis itu tak bisa menemukan foto di kamar ini, mungkin pribadi Jung Soo sedikit tertutup. “Kau disini ternyata” sebuah pintu terbuka, ada sesosok lelaki tampan di baliknya. Dia sedikit melongokkan kepalanya, melihat ke dalam untuk memastikan. “Mianhae” merasa tak enak, Min Rin menarik dirinya dari ranjang. “Aku tak sengaja” dia menggosokkan telapaknya ke tengkuk, mencoba mengurangi rasa kikuknya. “Takapa, turunlah. Masakanku sudah selesai” hanya itu, sebelum akhirnya Jung Soo menenggelamkan dirinya-menghilang di balik pintu.

***
Kyuhyun menyandarkan tubuhnya pada sandaran sofa, kakinya dia luruskan, bertumpu di atas meja. Tv di depannya menyala, acara komedi, tapi dia bahkan sedari tadi tak tertawa. Tangannya sedari tadi menopang kepala, pusing mendadak setelah percakapan terpanjanganya dalam bulan ini dengan sang appa.dan lagi-itu karena Chosung. Dia tak tau harus memberi reward atau justru peringatan pada gadis itu. “Kau marah padaku?” Kyuhyun hendak menggelengkan keplanya, tapi akhirnya dia hanya diam. “Tapi kau dan appamu terlihat baik saja Kyunnie, aku tak mendengar teriakan dari sana” memang tak ada teriakan yang kentara, tapi bukan berarti tak ada apa-apa yang tidak baik-baik saja disana. Hanya saja Kyuhyun tak mau membicarakan hal ini-tak perlu. “Lain kali, jangan suruh appa menemuiku” Kyuhyun menolehkan kepalanya menghadap Chosung, gadis itu sedikit mengerutkan keningnya. “Kalian perlu..” “Tidak, jika aku perlu mengatakan sesuatu, aku yang akan menemuinya sendiri” tatapan itu seakan menegaskan: titik, tak ada koma, dan kau tak bisa membantah. Tatapan yang hanya bisa dijawab anggukan oleh Chosung. Terjadi keheningan sebentar-hanya sebentar-karena setelah itu Chosung membuka mulutnya lagi. “Kyunnie,” dia menyandarkan tubuhnya pada lengan kanan Kyuhyun, menyasap aroma tubuh Kyuhyun dalam-dalam. Dia rindu aroma ini, candunya. Bahkan lebih memabukkan dari morfin. “Hmm?” hanya gumaman, tapi Chosung sudah menyeringai senang. Dia pikir, setidaknya Kyuhyun sudah tak marah padanya.
“Aku ingin pergi ke suatu tempat” tak ada jawaban, Kyuhyun menunggu Chosung untuk menyelesaikan kalimatnya. “Ke pantai itu” jantung Kyuhyun bergemuruh. ‘Pantai itu’ tanpa dijelaskanpun, Kyuhyun sudah tau pantai mana yang Chosung maksud. “Kenapa tiba-tiba ingin kesana?” “Aku merindukannya” tatapan mata Chosung menerawang. Kyuhyun dapat melihat gadis itu mengumpulkan berbagai kenangan dalam hidupnya. Masa lalu-mengenang-memang selalu terdengar indah. “Di paris juga ada pantai, tapi taka ada yang seperti pantai itu” ada seulas senyum di bibir Kyuhyun, dia ikut mengenang masa lalunya, kembali ke kehidupannya dengan Chosung dulu. “Saat itu hari Rabu, tepat saat matahari terbit, kaubilang kau ingin jadi kekasihku” Chosung memainkan jari Kyuhyun, massih dengan kepalaa yang bersandar di lengannya. “Ya, dan saat itu aku benar-benar gugup Noona” lelaki itu menambahkan, ikut merajut kenangan tiga tahun lalu bersama Noonanya. “Aku takut kaumenolakku, tapi ternyata kau menjawab’Tentu Kyunnie’ ” mereka terkekeh bersama kala Kyuhyun menirukan nada bicara Chosung saat itu.
“Yeah, dan kau langsung berteriak setelahnya” Kyuhyun menganggukkan keplanya, “Tentu, kau tak tau seberapa populernya dirimu di kalangan teman-temanku Noona” Chosung memutar bola matanya-pura-pura kesal. “Jadi, kau ingin aku jadi kekasihmu hanya karena aku pupuler?”
“Tidak,” sedikit gelagapan Kyuhyun membantah. “Tentu saja aku mencintaimu” “Hm, dan aku masih mencintaimu Kyunnie” Chosung menarik kepalanya dari lengan Kyuhyun, menatap laki-laki itu tepat di obsidiannya. “Kyunnie, aku serius. Tak bisakah kita memulainya lagi?” Cho Kyuhyun membuang mukanya perlalhan. Itu terlalu tak mungkin. Semuany masih membingungkan. “Kau yang mengakhirinya Noona” ada helaan nafafs panjang dari Chosung. Penyesalan-harapan kebodohannya yang lalu tak pernah terjadi. “Aku.. benar-benar menyesal” sebulir air mata turun membasahi pipi Chosung. Gadis itu tak berniat menghapusnya. Dia tak pernah sungkan terlihat rapuh di depan Kyuhyun. “Tak bisakah kaumemberiku satu kesempatan lagi?” Kyuhyun mengusap beberapa air mata yang masih tertinggal di pipi Chosung. Dia tak bisa member jawaban saat ini. Lebih memilih diam.
Kedua obsidian itu saling bertautan dalam kesunyian. Manik biru itu menatap penuh harap, sedangkan manik lainnya mencoba menenangkan. Hanya itu yang terjadi selama beberapa detik, sebelum akhirnya Chosung mendekatkan wajahnya, memejamkan mata, dan menghapus jarak antara mereka.
Dalam beberapa detik pertama Kyuhyun terlihat terkejut, tapi dia tak mencoba melepaskannya. Jantungnya berpacu cepat. Perasaan berdebar yang dulu pernah dia rasakan, kini kembali mewarnai hatinya. Chosung melumat bibir lawannya. Perlahan, sangat pelan, seolah ingin menyampaikan cinta pada setiap pergerakannya. Ragu pada awalnya, tapi akhirnya Kyuhyun memjamkan matanya, membalas setiap lumatan yang Chosung berikan padanya. Mereka berdua tenggelam dalam ciuman yang.. panjang.
***

Min Rin tengah duduk di dapur bersih, melahap topoki buatan Jung Soo, sedangkan lelaki itu duduk tepat di sampingnya. Kepala Jung Soo bersandar pada lengan, menatap Min Rin dalam setiap pergerakannya menyuapi topoki. “Apakah ini aman?” Jung Soo mendengus. Demi apa, bahkan Min Rin menanyakan ini setelah suapan yang entah keberapa. “Jika tak aman, kau sudah mati dari tadi”
Gadis itu terkekeh, menertawakan kebodohannya. Dia kembali memasukkan makanan ke dalam mulut, mencoba untuk menutupi rasa malu. “Rumahmu sepi,” ucap Min Rin ketika menemukan bahan pembicaraan baru. “Keluargamu kemana semua?”
“Aku tinggal sendiri” ada raut kesedihan di wajah Jung Soo. Mata menawana yang banyak menyimpan rahasia itu kini mulai terbuka. “Appa meninggal bertahun-tahun yang lalu”
“Ah mianhae. Keundae ibumu?”
“Eomma pergi meninggalkan kami berdua, itu sudah sangat lama” Jung Soo memasukkan satu suapan ke mulutnya, nadanya tenang. Tak ada amarah seperti ketika Min Rin menceritakan kisah yang sama. “Jadi, itu kenapa kau mengatakan kaum perempuan begitu brengsek?” Jung Soo tersenyum, lalu menggelengkan kepala seraya berkata “Tidak juga, Nona kau begitu sok tau” gadis bermarga Han itu mendengus cukup keras, membuat bibir di sampingnya kembali melengkungkan sebuah senyuman. “Bagaimana kau tau rumahku?”
“Keuge.. Park Shin Hye, aku bertanya padanya. Tapi, aku benar-benar tak menyangka kalian memiliki sesuatu yang rumit” Gadis itu bukan orang yang naïf, hanya saja dia tak memahami suasana saat ini. Dia tak menyadari bagaiman dia mendorong tubuhnya ke lubang singa. Merasakan hawa tak baik disampingnya hingga membuat bulunya bergetar pelan. Sedangkan lelaki disampingnya meletakkan garpunya di atas piring, giginya tak bergemeretak, dia diam tapi justru itulah yang membuat ini semakin mengerikan. Ketahuilah, kau tak akan pernah bisa lolos dari singa yang mengintai dengan diam dibanding mereka yang mengaum keras.  “Aku tau ini bukan topik yang harusnya kupilih, tapi dia sahabatku. Dan ini sedikit mengejutkan”
“Bukan kau yang seharusnya paling terkejut” Jung Soo tersenyum, matanya menatap tepat ke lingkaran coklat di mata Min Rin. Tapi itu tak terlihat sama seperti beberapa saat yang lalu, itu tak terlihat bahagia, bahkan setitikpun tak ada. “Kau benar. Ah kenapa ruangan ini jadi panas sekali,huh ?”

***
Entah kenapa Kyuhyun berubah menjadi lelaki baik, akhir akhir ini dia lebih sering di kamarnya. Dia tak pernah lagi pergi ke club, atau bertemu gadis-gadis pemicu pertengkarannya dengan Min Rin. Dia masih terkejut dengan kembalinya Chosung, rasanya seperti tak mungkin gadis itu kembali lagi ke Korea, berada di sisinya bahkan setelah apa yang dia katakan. Juga rasanya tak mungkin pula dia bisa memecahkan teka-teki Min Rin, jika kondisinya masih seperti ini. Dia teralu sibuk dengan rasa terkejutnya yang rupanya tak terlalu diperlukan hingga tak pernah menghubungi gadisnya. Kyuhyun tau, ada yang tak beres ketika seseorang yang pernah menjadi gadisnya membuat dirinya lupa untuk menghubungi gadisnya, membuat dirinya yang sudah menyedihkan menjadi semakin menyedihkan.
“Kyunnie,” seseorang membuka pintu kamarnya, Kyuhun merasa tak perlu repot repot menegakkan badan, dia tau benar siapa orang itu. “Kyunnie” ulangnya dan hanya dijawab gumaman pendek oleh Kyuhyun. Dia masih terbaring dan Chosung berdiri disamping ranjangnya, mata Kyuhyun yang mulanya menatap ke langit langit memutar perlahan ke arahnya. “Aku benar-benar ingin ke pantai yang waktu itu” dia merengek seperti anak kecil, benar-benar seorang Chosung. “Kau bisa pergi sendirikan Noona” “Tapi aku ingin pergi denganmu”Kali ini Kyuhyun bangun, menyandarkan tubuhnya pada sandaran ranjang. Kepalanya sudah cukup penuh dengan maslah Min Rin dan kehadirannya yang tiba-tiba, dan sekarang dia justru menambhkan satu hal lagi yang harus dipikirkan. “Aku sedang tak ingin kemana-mana, ada banyak hal yang harus kupikirkan Noona” Chosung mempoutkan bibirnya, tanda jika dia tak setuju dengan keputusan Kyuhyun. Hal yang sama yang sering dia lakukan dulu. “Kau bisa menenangkan pikiranmu disana. Ayolah Kyunnie, Jebal”
“Baiklah” pada Akhirnya Kyuhyun tetap mengatakan ‘iya’, meskipun ada satu titik di hatinya yang mengatakan dia harus menyesal setelah menyetujuinya.

***

“Kyuhyun sialan!” Min Rin mengumpat entah untuk yang keberapa kali, dia sudah mengecek ponselnya untuk yang kesekian kali tapi semenjak pertengkaran itu Kyuhyun tak pernah menghubunginya, sejak tadi hanya pesan Jung Soo yang membuat ponselnya bergetar. Memang setelah mereka bertukar nomor di rumah Jung Soo hari itu, mereka jadi sering berhubungan satu sama lain. Tapi Kyuhyun? Entahlah.
Min Rin menghela nafasnya panjang. Angin pantai menerpa wajahnya, menerbangkan beberapa helai hingga berantakan lalu memaksa tangan kanannya keluar dari saku jaket, menyembunyikan beberapa helai tadi dibalik telinga sedangkan tangan kirinya menenteng sepasang flatshoes. Bagaimanapun juga, menghilang sampai ke inti bumi bukanlah gaya Kyuhyun. Dia bukan tipe pria yang akan menuruti teriakan Min Rin, dia akan kembali karena gadis itu rasa dia tak pernah memiliki urat malu. Tapi sekarang, menghilang? Bagaimana bisa?
“Min Rin-ssi?” Mata Min Rin melebar, pertanyaan ‘bagaimana bisa’ yang dia lontarkan sebelumnya seperti terjawab sudah. “Benar! Ah Kau Min Rin-ssi, aku benar-benar merindukanmu! Kyu, bukankah dia adik kecilmu itu?”  
“Eon.. Eonni, kenapa kau kembali?” ini benar-benar hebat, ketika dia masih bisa berdiri tegak disana, dengan suara gemetar dan air mata yang rasanya hampir tumpah. Jemari Chosung mennggelantung dengan nyaman di lengan Kyuhyun, tak ada rasa canggung bahkan mereka terlihat seperti pasangan. Perlahan Min Rin meremas jaketnya, dadanya terasa sesak. Dia seperti kembali pada mimpi buruk yang telah lama dia tinggalkan, mimpi yang dulu menghantuinya kini justru datang di hari-hari dimana dia harusnya bahagia.
Min Rin menatap lekat ke arah Kyuhyun, mangatakan jika ini terlalu sakit, tapi lelaki itu hanya membalasnya dengan pandangan datar. Gadis itu menggeleng beberapa kali, dia tau Kyuhyun begitu kejam, tapi ini terlalu mengejutkan jika Kyuhyun sekajam ini. Entah sejak kapan air matanya meleleh, pertahanannya hancur. Remasan di jaketnya semakin kuat, dia tak peduli orang orang melihatnya, dia tak peduli lagi jika yang didepannya adalah Kyuhyun dan Chosung, dia sudah pernah terlihat rapuh di depan Kyuhyun, lalu apa bedanya dengan sekarang?
“Kyu, apa terjadi sesuatu antara kalian ketika aku pergi?”
“Tidak ada, kami masih sama. dia hanya adik kecilku” Kyuhyun bahkan mengatakan itu dengan menatap mata Min Rin, lelaki itu terlalu berani, terlalu percaya diri untuk menghancurkan hidup Min Rin. “Benarkah? Lalu kenapa Min Rin menangis seperti itu?”
“Dia.. hanya merindukanmu”

-tbc-

Tunggu part selanjutnya, maaf kalau ini mengecewakan. Makasih buat yang uda baca. Sering sering kunjungi http://alwaysbejewels.blogspot.com/ 
Follow juga@amd15_ ya ^^

Tidak ada komentar:

Posting Komentar