Author : JewelAMD
Tittle : Bad
Life Part 5
Genre : Romance,
angst, family
Cast :
- Han Min Rin
-
Cho
Kyuhyun
-
Park
Jung Soo
-
And
other cast
Rating : PG15
Length: Chapter
Annyeong, mungkin banyak typo yang bertebaran
karena males buat ngecek ulang, hehe. Selamat membaca ya part lima yang
keluarnya lama banget. ^^
__________________________________
Cinta memang bukanlah sesuatu yang buta, tapi
seseorang yang memilikinyalah yang membuatnya terlihat buta.
***
Mungkin semuanya sudah berakhir,
mungkin tak akan pernah ada kisah tentang mereka lagi setelah apa yang Kyuhyun
katakan di pantai, tapi ternyata masih banyak yang tersisa, masih banyak yang
terpendam, masih banyak yang harus dilanjutkan.
Tiga hari akan terasa lama jika kau
merasa bosan, tapi gadis itu tak merasakan bosan ataupun kebahagiaan. Dia hanya
sembunyi di balik selimut lalu membiarkan waktu berlalu begitu saja, tak peduli
apakah hari sudah berganti, tak peduli apa yang telah terjadi di luar sana, dia
merasa hanya harus bersembunyi. Badannya menggigil meskipun dia tak merasakan
dingin, dia takut Kyuhyun akan membuangnya setelah ini. Pasti. Dari dulu selalu
sama, bukan? Dia hanya cadangan dan Chosung adalah pilihan utama. Otaknya
mengatakan jika dia terlalu bodoh untuk masih merasa takut akan apa yang sudah
dia yakini sejak lama. Tujuh tahun, bahkan itu bukanlah waktu yang singkat
untuk hidup dalam bayangan dengan luka yang terasa seolah ditusuk tiap detik,
bukan, itu bukanlah waktu yang singkat untuk sadar jika Chosung adalah hal
utama dan dia akan menjadi buih disetiap kehadirannya, dia sadar dan sudah beratus kali menggigil karena rasa takut
itu. Tapi kenapa waktu tiga tahun ini justru membuat dirinya lupa? Kepergian
Chosung membuatnya terlena dalam kehidupan romantisme, membuat dirinya lupa
akan bagaimana rasanya menggigil karena saat itu dia selalu sadar seberapa
Kyuhyun menyakitinya, pada akhirnya dia akan kembali. Tapi sekarang, jika dia
pergi bersama Chosung, bagaimana caranya dia akan kembali? Justru sepertinya itu tak akan mungkin. Min
Rin menyadarinya, tapi hatinya menolak untuk percaya.
Seseorang
membuka pintu kamarnya dan entah kenapa dia tak berharap itu Kyuhyun. Lelaki itu mungkin terlalu dalam tertelan bumi
hingga lupa caranya untuk kembali, kemudian kabar buruknya dia akan ditinggal
pergi. Yah, kehidupan memang selalu memiliki alasan dibalik apapun yang
terjadi, Min Rin tetap bertahan diantara Kyuhyun dan wanita-wanitanya karena
memang dia tak pernah tau bagaimana cara untuk bertahan hidup tanpa Kyuhyun,
alasan itulah yang membawanya untuk mempertahankan hubungannya dengan Kyuhyun
tak peduli seberapa besar atau banyak luka yang Kyuhyun torehkan. Tapi kali ini
jika Kyuhyun yang memutuskan untuk pergi meninggalkannya, dan bahkan saat dia
tak sempat mencari cara untuk bertahan atas kehilangan Kyuhyun, ia harus tetap
hidup. Entah bagaimana hidupnya akan terlihat.
“Lihatlah,
tubuh kurusmu itu bahkan menolak masakanku lagi hari ini” seorang wanita paruh
baya berdiri dibalik punggung Min Rin, matanya menatap nanar sambil kepalanya
menggeleng beberapa kali ke arah piring yang tadi pagi dia letakkan di meja dekat
ranjang, tak berkurang ataupun tersentuh, itu dianggurkan saja semenjak dia
letakkan hingga dia ambil. “Jika kau ingin mati, jangan bunuh diri di rumahku.
Siapa yang menyuruhmu jatuh cinta jika kau tak bisa mengatasi rasa sakitmu
huh?” wanita itu masih berdiri di sana, menunggu punggung itu berbalik lalu
menumpahkan semua masalah seperti biasa. Bukan hal baru lagi jika dia mendengar
keluhan Min Rin soal kisah cintanya, tapi kali ini justru aneh ketika gadis itu
membungkam mulut terlalu lama, menolak setiap makanan yang coba dia tawarkan. “Bersikap
seolah kau akan baik-baik saja tanpa berbagi dengan orang lain itu bukanlah hal
baik” punggung itu tetap bertahan di posisi awal, hanya saja mulai ada getaran
kecil disana. Dia menangis, meluapkan perasaan menggigilnya lewat tetes yang
mengalir di sudut matanya. Perlahan getaran kecil itu mulai berubah, sesaat itu
meningkat lalu kembali pada getaran kecil sebelumnya. Min Rin mencoba menahan
tangis, mulanya itu berhasil, sepuluh detik pertama itu terlihat baik baik
saja, tapi pada detik ke dua belas tangisnya pecah, apa yang coba dia tahan
semuanya meleleh bersamaan dengan tubuhnya yang menghambur memeluk Shin
ahjumma. Tekadnya untuk tak merepotkan Shin ahjumma dengan kisah cintanya yang
melelahkan justru tak realisasikan, tak bisa dipungkiri jika memendam semuanya
sendiri akan menghadirkan luka lain. “Tenanglah, ada apa lagi?” wanita paruh
baya itu mengelus rambut Min Rin, lalu mendudukkan tubuh mereka berdua di atas ranjang. Dia memberi jeda
beberapa saat, memberi waktu untuk gadis itu menstabilkan emosinya. Sementara
cahaya di luar mengintip melalui celah gorden yang sejak kemarin belum dibuka.
Dia terlalu sibuk menyembunyikan diri hingga lupa memikirkan apa yang terjadi
di dunia luar. “Wanita itu kembali ahjumma, Chosung eonni” Min Rin membuka
suara untuk pertama kali, memecah keheningan di kamar kecilnya, suaranya serak,
rambutnya berantakan, dan jelas dia terlihat kacau. Wanita bermarga Shin itu mengusap beberapa
tetes tangis yang tersisa di pipi gadis yang sudah dia anggap sebagai anaknya,
lewat matanya dia berbicara pada Min Rin, memberi isyarat agar gadis itu
melanjutkan apa yang akan dia katakan. “Kyuhyun pasti akan segera membuangku,
tapi aku tak bisa ahjumma, aku belum siap, mungkin tak akan pernah siap”
Ahjumma hanya memberikan senyum untuk mencairkan suasana, sisanya dia hanya
diam, menunggu. “Apa yang harus kulakukan ahjumma?”
“Tinggalkan
dia” “Ahjumma..” “Untuk apa kau mempertahankan sesuatu yang kau yakini pada
akhirnya akan dibuang?” hening lagi sesudahnya, Min Rin merasa tak tau apalagi
yang harus dia katakan. Membuang Kyuhyun? Mana mungkin? Dia tak akan pernah
bisa membuang cinta pertamanya, membuang apa yang sudah dia pertahankan sejak
sepuluh tahun lalu. “Hidup ini berjalan bergantung padamu Min Rin, jika kau
berpikir hidup itu pelik maka itulah yang kau rasakan, jika kau berpikir akan
dibuang, maka hal itulah yang akan terjadi” “Tapi aku mencintainya, ahjumma.
Mengertilah” sanggah Min Rin yang ditanggapi dengan gelengan pelan. “Tak ada
yang tau apa itu cinta Min Rin, meskipun aku hidup lebih lama darimu, aku
bahkan tak bisa membedakan yang mana cinta dan yang mana suka, yang mana
peduli, yang mana kagum, semua terlihat sama” Min Rin bergeser beberapa centi
menjauhi shin ahjumma, memberi spasi diantara mereka. Dia menekuk lutut lalu
menemplkannya pada dada, memeluknya erat berharap ada kekuatan yang mengalir
dari sana, dia tak yakin Shin Ahjumma berdiri di pihaknya. “Karena aku
mencintainya, aku tak akan bisa hidup tanpa dia” satu sanggahan lagi, dia
mencoba untuk meyakinkan. Tidak hanya kepada Shin Ahjumma, terlebih pada
dirinya sendiri. “Mungkin kau benar, tapi bagaimana kau bisa tahu tak bisa
hidup tanpa Kyuhyun jika kau tak pernah mencobanya? Selama ini kau hanya
bertahan meskipun terluka, kau hanya berdiam di satu titik” Shin Ahjumma menegakkan
lututnya, mengangkat pantatnya dari ranjang lalu mengambil langkah kecil
mengambil piringnya. Dia berbalik kembali menatap Min Rin sebelum mencapai
pintu. Senyumnya mengambang menuju secercah kenangan yang diam diam selalu dia
simpan di sudut ingatannya, “Aku hanya tak ingin kau sepertiku”
***
‘ Aku pergi untuk beberapa hari, aku harap
ketika kembali kau sudah menemukan apartemenmu.
Kyuhyun
melempar ponselnya asal ke arah ranjang, dia tak repot-repot mengecek apakah
itu sudah berhasil terkirim atau belum, baginya terpisah dari benda persegi
panjang itu saja sudah lebih dari cukup untuk saat ini. Lari dari masalah
memang bukan gayanya, tapi justru saat ini itu yang dibutuhkan. Dia merasa
kewalahan dengan pertanyaan antara Chosung atau Min Rin, antara cinta yang dulu
atau yang sekarang. Itu terlalu lama mengikat pikirannya bahkan semakin hari
semakin erat.
Kyuhyun
menuang tequila ke gelasnya dengan harapan itu bisa menjernihkan pikiran, dia
ingin mabuk hari ini lalu pura pura tak terjadi apa-apa esoknya. Dia tak peduli
lagi sekarang dia ada dimana, kyuhyun mulai merasa dirinya gila hanya dalam
beberapa hari ini. “Kau tak pernah ke sini dan membawa segudang masalah ketika
datang” suara wanita berada di balik
punggungnya, wanita, sepertinya kehidupan Kyuhyun tak pernah jauh dari spesies
kaum hawa. “Kau bahkan sudah berani mabuk disini” wanita itu meletakkan nampan
dengan dua cangkir di meja Kyuhyun menempatkan tequila, “Sebenarnya aku ingin
mengajakmu minum teh hari ini, tapi sepertinya kau lebih tertarik untuk meminum
yang lain” “Eomma,” Kyuhyun tersenyum pada wanita yang sudah terlalu lama dia
tinggalkan, wajahnya masih tampak cantik meskipun ada beberapa keriput
disekitar matanya, usia memang tak bisa dibodohi. “Aku merindukanmu” Kyuhyun
memeluk tubuh yang lebih pendek darinya sebagai respon dari ungkapan wanita
itu, dia juga sama merindukannya. “Masalah apalagi yang kau bawa hari ini?” “Tak
ada, hanya saja kepalaku terasa penuh” mereka memutuskan untuk melepaskan
pelukan. Terlihat raut tak percaya di wajah wanita itu, sedangkan Kyuhyun hanya
pura pura tak tau lalu menuang tequila lagi, awalnya dia terlihat ragu namun
pada akhirnya itu tertelan juga. “Aku tak akan memaksamu untuk menceritakan
apapun, kau sudah lebih dewasa sekarang dari terakhir datang kesini. Aku senang
appamu tak melarangmu datang” wanita itu mengambil kembali nampan yang
sebelumnya dia letakkan, bibirnya mengukir senyum diantara lipatan pada
kulitnya. “Eomma,” “Ya..?” “Jika kau disuruh memilih antara seseorang yang
sangat kau sukai tapi pernah meninggalkanmu, atau seseorang yang meskipun kau
sakiti tetap bertahan, mana yang akan kau pilih?” wanita itu tersenyum untuk yang
ketiga kalinya dalam beberapa menit ini, sementara otaknya berpikir dengan
dering ponsel Kyuhyun yang menjadi backsound di kejauhan. Mulanya Kyuhyun
mencoba untuk bersikap acuh, tapi dering itu kian mengeras hingga rasanya
mengetok-ngetok gendang telinga. “Kau
sudah lihat sendiri, aku telah memilih yang pertama” percakapan itu terus
berlanjut, sama dengan dering ponsel Kyuhyun yang semakin meraung, sejenak itu
berhenti, tapi benar benar sejenak ketika itu kembali meraung. “Dua duanya
mendatangkan kebahagiaan, tapi kebhagiaan yang berbeda. Kau hanya perlu
berpikir mana yang lebih membahagiakanmu” dia mengambil satu langkah menjauh
dari Kyuhyun sebagai penutupan, menandakan tak ada lagi yang akan disampaikan.
“Eomma, itu tak membantu” wanita itu berhenti sebelum benar-benar melanjutkan
langkahnya, “Kau sudah dewasa, harus belajar menentukan pilihanmu sendiri”
Pintu
ditutup, wanita berumur lebih dari setengah abad itu menghilang bersamaan suara
debuman. Kyuhyun mengerang frustasi, dia merasa masih harus menjawab sebuah
teka-teki dengan sebuah panduan baru, sedangkan otaknya terlalu lelah untuk
berkutat dengan hal semacam ini. Dituangnya sekali lagi tequila ke gelas yang
sedari tadi dia genggam, matanya menyelam lebih dalam seolah mencari sesuatu di
dasar sana. Jawaban, dia masih tak menemukannya hingga dua menit berlalu, tiga
menit, lima menit, dia hanya mendapatkan kehampaan disana.
***
Satu
hal yang Min Rin sadari, bahwa hidup tak selamanya harus sembunyi, jadi dengan
kepercayaan itulah dia mulai membawa kakinya melangkah keluar dari kamar kecil
di rumah Shin ahjumma, dia tak yakin sudah berapa lama dia mengurung diri, tapi
ketika wajahnya diterpa matahari dan dia merasakan suatau ke-asingan, dia sadar
sudah terlalu lama tenggelam dalam persembunyian. Perasaan hari itu masih
bersisa, apa yang Kyuhyun ciptakan tak akan hilang hanya dengan bersembunyi
dibalik selimut dalam tiga hari, alasan itulah yang menjadikan Taehyun dan Shin
Hye berada di sisinya saat ini, berjalan beberapa langkah tertinggal oleh Min
Rin. Mereka hanya diam, belum ada satu obrolan sama sekali meskipun langkah
mereka akan segera berakhir. Gedung kampus sudah terlihat nyata, tapi
keheningan yang dari awal mereka ciptakan tetap dipertahankan. TaeHyun
mengangguk ke arah Shin Hye, mengatakan jika dia harus lebih menjaga mulut saat
ini lalu dia menepuk Min Rin, gadis itu harus pergi mulai sekarang, Fakultas
yang ia tuju tidak sama dengan dua gadis yang masih menatap kepergiannya.
Selepas
itu Min Rin kembali berjalan, disusul langkah kecil Shin Hye di belakangnya.
Mereka masih berjalan dalam keheningan hingga sebuah suara memanggil salah satu
diantara keduanya, “Min Rin-ssi!” seorang gadis yang sedikit lebih tua dari
mereka berlari kecil dengan sesekali memegang tasnya yang hampir jatuh. Rok pendeknya
sedikit berkibar bersamaan langkah yang dia ambil, beruntung itu tak naik
terlalu tinggi sehingga tak ada pasang mata yang mencuri pandang. Ketika kaki
itu berhenti tepat di depan Min Rin, nafas gadis itu tersengal, hampir sama
dengan nafas Min Rin. Entah kenapa dadanya mulai terasa sakit. “Syukurlah, aku
pikir aku salah mengenalimu” gadis itu kembali mengoceh tak peduli bagaimana
ekspresi gadis di depannya, entah dia benar-benar tak tau atau menyamankan diri
dengan pura-pura tak tau. Sementara Shin Hye sibuk menyembunyikan pasak di
balik panggung, mengantisipasi setiap kemungkinan yang ada. “Kita bisa bicara?”
Min Rin tak akan pernah sadar jika Shin Hye tak memotong, tangannya sudah siap
menarik pasaknya kapan saja “Kau tak lihat kita akan ada jam?” “Tak apa, masih
ada satu jam kan?” dalam hati Shin Hye mengumpat, dia tak pernah tau bagaiamana
cara otak Min Rin berpikir, entah sahabatnya itu baik hati atau justru
kebodohan yang mendominasi. “Min Rin..” Shin Hye masih mencoba mencegah,
meskipun kenyataanya dia tau betapa sia-sianya hal itu. “Tak apa, telefon aku
jika aku kembali terlalu lama” sudah , percakapan antara Min Rin dan Shin Hye
berakhir saat itu juga, dua pecinta Kyuhyun itu pergi meninggalkannya sendiri,
sambil dirinya merutuki Cho Kyuhyun yang membuat sahabatnya menjadi tak
berotak.
***
Chosung
yang memilih tempat ini, dia bilang dua café terdekat yang lain terlalu ramai
jadi dia memutuskan untuk membimbing Min Rin ke café terkacil dari sekian
tempat yang berjajar disini, hanya ada beberapa orang bercengkrama pelan dengan
sesekali menikmati pesanan. Min Rin masih menatap ke arah luar, mencoba
menyembunyikan kekacauan di kepalanya dengan memandang lurus pejalan kaki yang
kebetulan lewat, atau pada perempuan
muda yang membagikan selebaran dengan senyuman ramah, dia hanya mencoba
terlihat sibuk karena tak mau memulai perbincangan ini sabagai yang pertama.
Pelayan yang beberapa menit lalu datang kini kembali dengan membawa apa yang
sudah mereka pesan, bibirnya membentuk
senyum sebagai formalitas atas pekerjaannya, “Satu Americano” dia meletakkan di
depan Chosung, dan sisanya di depan Min Rin “Satu coklat hangat” “Terimakasih”
Chosung membalas senyumannya dengan lebih ramah lagi, perempuan ini tahu
bagaimana cara bersikap seorang wanita dengan gaya anggunnya yang menawan.
“Aku
ingin bertanya padamu tentang Kyunnie” dia memulainya, langsung ketika pelayan
itu pergi meninggalkan meja. “Aku tak tau apa yang terjadi saat aku pergi, tapi
aku merasa banyak hal dari dirinya yang berubah” Min Rin mulai merasa tak
nyaman dengan perbincangan ini, rasanya dia kembali menggigil, pikirnya memang
hal ini yang akan terjadi jika dia ikut, membahas Kyuhyun lebih dalam lagi,
membahas kekasihnya dengan mantan kekasih lelakinya dia pikir tak seburuk ini,
tapi segala prediksinya jauh tertinggal. Dia menggerakkan tangannya menggenggam
gelas coklat hangatnya erat seolah rasa menggigil itu dapat berkonduksi.
Sementara wajah Chosung tetap berbinar antusias, “Beberapa hari yang lalu dia
pergi, lalu memintaku untuk pindah dari apartemennya, dia tak biasanya seperti
ini. Dari dulu, seorang Cho Kyuhyun mana pernah tega meninggalkanku?” deg,
perasaannya makin tak enak, dunia seakan jungkir balik lalu pasokan udaranya
terkuras hingga rasanya begitu susah untuk nafas. Chosung memang tak pernah
ditinggal Kyuhyun, bagi lelaki itu kehidupannya terpusat pada satu wanita, dan
sialnya wanita itu bukan Min Rin. Sekarang mendengar jika Kyuhyun mngusir
Chosung dari kehidupannya yang seolah memberikan seberkas cahaya pada harapan
yang mulai melayu, apakah itu nyata? Atau hanya tipu daya Kyuhyun? Membuatnya
bahagia dalam sesaat lalu membuatnya terluka, bukankah itu yang Kyuhyun lakukan
tiga tahun ini? “Aku tak akan menyalahkan perubahannya, mungkin itu semua juga
karena diriku. Hanya saja, jika aku tak mengenalnya, bagaimana bisa aku kembali
kepelukannya?”
“Min
Rin-ssi, bisakah kau bantu aku untuk kembali pada Kyunnie?” aku kekasihnya eonni, aku gadisnya saat ini.
Min Rin serasa ingin meneriakkan kata itu dari mulutnya, tapi yang keluar dari
tenggorokannya hanya erangan pelan seperti seseorang yang salah tingkah, “Aku
tak bisa eonni, aku tak memiliki bakat seperti itu” “Kau pasti bisa, kau sudah lama mengenal
Kyuhyun dan tetap disisinya ketika aku pergi, Kumohon. Sebentar lagi ulang
tahun Kyuhyun, banyak yang berubah darinya dan aku tak tau harus memberinya
apa, bantu aku Min Rin-ssi, sekali ini saja”
***
“Ya
Han Min Rin, Neo Pabboya! kau bahkan lebih gila dari yang kubayangkan” TaeHyun
hampir saja memuntahkan jus dalam mulutnya ketika Min Rin mengakhiri cerita
pendeknya bersama Chosung. Gadis itu memutuskan kembali ketika menerima pesan
dari Shin Hye hingga berakhir dengan bolos di kantin bersama Shin Hye dan Min
Rin. Wajah yang biasa tenang itu kini berubah, menampakkan tanduk kecil di atas
kepala. “Aku sudah hampir mengeluarkan pasakku tadi. Kenapa tak kau beri tahu saja jika kau dan Kyuhyun
sekarang itu pacaran, huh?” Shin Hye menimpali, memperkeruh suasana hari itu. Sedangkan
sosok yang menjadi pelampiasan amarah hanya menatap lurus mendengarkan. Mungkin
ada bagian dimana dia bersalah, tapi di matanya dia tak sepenuhnya salah. Dia
sudah mencoba untuk mengatakan hal itu, bahkan tanpa Shin Hye komando. Tapi
lidahnya terasa kelu, dia merasa tak pantas mengatakannya pada gadis baik yang
selalu tersenyum padanya. “Bagaimana
mungkin aku mengatakannya, disaat dia begitu mencintai Kyuhyun? Disaat Kyuhyun
juga begitu mendambanya? Aku yang merebut lelaki itu, kalian juga tahu kan?”
“Disaat
Chosung eonni pergi, aku mengatakan pada Kyuhyun jika dia bukan gadis
baik-baik. Aku menyatakan cintaku padanya, meyakinnya untuk menerimaku.
Mungkin.. ini karma. Ya karma” Min Rin mengacak rambutnya, membiarkan helai itu
jatuh menutup wajah lalu dia menunduk, seolah menyembunyikan wajahnya dengan
helaian rambut itu tak cukup. Perlahan ada tetesan yang jatuh ke meja, satu
tetes, dua, tiga, dan akhirnya tak terhitung. Dia seperti ingin meledak,
terlalu lama menahan perasaannya di depan Chosung membuat kepalanya berdenyut,
nyeri. Tanpa sadar hatinya mengumpat. Dia lebih berharap Chosung digambarkan
dalam wujud antagonis, dia tak akan
pernah keberatan memaki wanita seperti itu. Tapi.. “Bagaimanpun juga, kau kekasihnya
sekarang. Setidaknya kau bisa menolaknya, aku tak habis pikir kau menerima
rencana bodoh itu” Taehyun mulai bisa meraba keadaan, kembali dalam dirinya
yang terlihat tenang meskipun jauh di dalam hatinya dia masih sangat kesal
terhadap Min Rin. Baginya, Min Rin hanya menyeleasaikan masalah dalam satu
sudut pandang, dan dia memandang suatu masalah hanya dalam satu kedipan. Dia
tak pernah mengamati seperti sedang meneliti, dia tak pernah menggabungkan
segala komponen yang ada. Dia menimang perasaan Kyuhyun dan Chosung dalam
menyelasaikan masalahnya, tapi dia jutru melupakan perasaannya. “Dia memaksa”
“Jangan menjawab seolah kau anak TK, atau aku
yang anak TK? Kau bisa menolak ketika aku meminta kita kencan ganda, kau
bia menolak ketika aku meminta kau menghargai Jieun, bohong jika kau tak bisa
menolak untuk yang satu ini” Shin Hye menyenggol lengan TaeHyun, mencoba
menghentikan mulut gadis itu tapi sia-sia. “Jujur saja, kau tak pernah ada
niatan untuk menolaknya kan? Baka! Aku senang kau memikirkan perasaan mereka,
tapi jangan lupa satu hal jika kau juga memiliki perasaan.” Percaya atau tidak,
Taehyun benar benar mengemas amarahnya dalam suatu nada santai. Dengan mata
yang masih menatap tajam ke arah Min Rin, dia melanjutkan. “Jangan terlalu
sering melampaui batasmu, aku justru terkejut kau masih bisa bertahan sampai
saat ini”
“Taehyun,
aku kesini bukan untuk mendengarkan omelanmu” gadis itu mengangkat kepalanya,
membiarkan beberapa tetes yang masih tersisa mengalir turun hingga leher tanpa
inisiatif untuk menghapusnya. Dia meraih tas yang beberapa saat lalu dia
letakkan di meja, lalu dengan langkah gontai dia meninggalkan tempat itu.
***
Kyuhyun membiarkan kakinya tersapu
oleh gulungan ombak yang tak pernah berhenti bergerak, membiarkan angin menyapu
rambut ikalnya secara perlahan, membiarkan matanya terpejam membentuk sebuah
tameng kecil dari segala moment yang pernah terjadi di tempat ini. Dirinya
sendiri tak pernah tau kenapa langkah membawanya ke tempat ini, tempat yang
saat ini menjadi tempat terakhir yang dia ingin kunjungi. Terlalu banyak moment
penting terjadi di tempat ini, terlalu banyak pula yang terjadi akhir akhir ini,
dia merasa lebih baik lari dari kata ‘terlalu banyak’, mendadak dirinya takut
kepalanya akan meledak lalu berubah menjadi kepingan kecil, hanya sebuah kepingan
kecil yang tak mengkilap jika terkena cahaya, itu hanya akan menjadi sebuah
kepingan yang tak terlihat lalau diinjak begitu saja, Kyuhyun sadar tak ada
yang berharga dari kepalanya saat ini, hanya masalah yang menumpuk dan tak
pernah ada solusi. Kyuhyun selalu mengatakan belum ada solusi, tapi belum yang
terlalu lama mungkin itu berarti tak akan pernah ada.
“Wah, yeoppoda kau menemukan tempat
ini dari mana Kyunnie?” lelaki itu benar-benar terkesiap, dia yakin betul hanya
membawa tubuh dan masalah ke tempat ini, tapi bagaiamana Chosung bisa berada di
dekatnya? Dengan terburu Kyuhyun membuka mata, mengedar pendangan ke setiap
sisi tapi tak menemukan yang dia cari, hanya beberepa orang yang memang dari
awal sudah di sini. Lalu beberapa detik berikutnya dia sadar, jika Chosung
memang tak ada di sini, Kyuhyun hanya tak sengaja memutar salah satu kenangan
–kenangan yang sudah cukup lama sebenarnya.
“Wah, yeoppoda kau menemukan tempat
ini dari mana Kyunnie?” gadis itu berlari kecil semakin mendekat ke tepi
perairan, matanya cukup berbinar sebagai wujud jika dia antusias. “Seseorang
mengatakan padaku jika ada satu pantai indah disini, kau suka?” Chosung
menginjak keras air yang mengalir dibawahnya, membuat cipratan kecil yang
langsung membasahi baju. “aku lebih dari suka” Kyuhyun mengulas sebuah senyum,
perayaan kecil atas awal dari keberhasilan. “Kau harus sering membawaku kesini”
“tentu setalah kau mendengarkanku, ada yang ingin aku katakan Nuna” lelaki itu
mengunci Chosung dalam lengannya. “Sungguh, ini penting”
Gadis itu mengangguk, melipat
tangannya di dada, menunggu mulut Kyuhyun terbuka. Dia menahan godaan untuk
memainkan ombak kecil yang melewati kaki, matanya menuntut untuk segera memulai
sesuatu yang penting itu. “Aku mencintaimu, kau mau menjadi kekasihku?” jika
ada awal, semua pasti akan ada akhirnya. Terkadang hanya karena spontanitas
seseorang menentukan titik akhir, tapi terkadang seseorang akan memikirkannya
dengan rajin agar menjadi akhir yang bahagia. Kyuhyun sendiri sudah
mengawalinya dengan perkataan cinta, lalu Chosung mengakhiri dengan berkata “Mungkin
kita bisa mencobanya” mencoba, Kyuhyun mungkin melewatkan kata itu selama tiga
tahun, mabuk akibat cinta dan baru mereda hari ini. Dirinya mulai
bertanya-tanya, apakah jawaban hari itu hanya sebuah spontanitas atau pemikiran
keras. Mungkin kata mencoba hari itu salah satu alasan kenapa Chosung
meninggalkannya begitu cepat, hari itu.. “Ya Cho Kyuhyun, mau sampai kapan kau
berdiri di sana?” “Sudah, kau diam saja” kemudian, Kyuhyun sadar ingatan lain
ikut terputar. “Kau yang harusnya diam, bodoh!” gadis lain, gadis yang baru pertama meneriakinya bodoh
disaat kaum hawa umumnya memuji ketampanan lelaki itu. dia bahkan masih berdiri
disana, merelakan kakinya yang basah ditempeli pasir, merelakan dirinya
berteriak lalu menjadi pusat perhatian. Dia rela melakukan semua itu hanya demi
seorang Cho Kyuhyun yang beridiri mematung manatap lurus seolah ada Chosung
berdiri disana, melambai bersama duyung dengan menarikan tarian hawai. Itu terdengar
tak masuk akal, apalagi untuk ukuran seseorang yang memiliki imajinasi rendah
seperti Kyuhyun. “Aku bersumpah Kyu, kau harus segera pergi dari tempat ini.
Lihatlah dirimu, kau jatuh untuk seorang gadis, apa kau ingin membuat dunia
wanita yang selama ini memujamu menajadi gempar huh?” “Diamlah, Han Min Rin!
Kau tak akan tau bagaiaman rasanya ditinggal pergi orang yang kau cintai”
mendadak Kyuhyun menjadi marah, tapi siapa sangka Min Rin jauh lebih marah
lagi. Emosinya meletup, ada yang meledak sehingga asap keluar dari kepalanya.
“Kau berpikiran terlalu dangkal, kau tau? Aku bahkan lebih berpengalaman. Tujuh
tahun aku mencintaimu, tapi kau justru pergi ke arah Chosung” angin mengucap
permisi, lewat ditengah jarak mereka berdua hingga menimbulkan satu keheningan
yang cukup lama. Tapi keheningan itu tak membawa perubahan, susananya masih
sama, cukup kaku dengan emosi bertebaran disana sini. Lalu seekor burung
terbang, bersuara keras tak peduli konflik batin yang ada di bawahnya. “Aku
membiarkan diriku terluka karena kupikir kau akan bahagia, tapi jika melihatmu
hancur seperti ini, lukaku akan membusuk sia-sia. Aku bisa lebih baik darinya,
aku tak akan meninggalkanmu demi alasan apapun. Aku tak akan meninggalkanmu
meskipun aku harus menangis ribuan kali, aku akan baik-baik saja. Aku akan
bertahan, jadi kau harus jadi pacarku” angin kembali menyapu, kali ini bukan
sekedar memutar ingatannya tapi benar-benar menyentuh tiap inci dari tubuh
Kyuhyun, sementara kepalanya terasa semakin penuh oleh pikiran yang melayang di
sana-sini.
“Pada
akhirnya dia menepati janjinya” Kyuhyun menggumam di sela langkah yang dia
ambil, gadis itu tetap bertahan meski orang lain mengatakan untuk berhenti,
gadis itu seolah tak peduli bagaimana dirinya dipermainkan –sejenak hatinya
diporak porandakan, lalu di detik berikutnya Kyuhyun akan tersenyum manis sambil
membawa rangkaian kata maaf, dia bersikap seolah hatinya terbuat dari baja. Dari
sini, orang berpikir dia sudah menemukan jawaban, sedangkan kenyataanya Kyuhyun
belum memutuskan apapun. Min Rin memang selalu berada disisinya, tipikal wanita
baik yang setia, tapi Chosung adalah cinta pertama. Semua orang tau, menghapus
cinta pertama tak semudah menghapus coretan di kertas, atau membersihkan debu
di meja dengan kain lap, bahkan ketika cinta pertama telah pergi jauh, ada
tempat special yang menunggunya kembali. itu naluri, Kyuhyun yakin ada banyak
hal dalam diri manusia yang sudah ada meskipun tak direncanakan. “Yeah, cinta
pertama” kyuhyun mengulangnya keras seperti orang bodoh dengan kaki yang masih
melangkah.
***
Min
Rin sudah mengusahakan agar tangisnya berhenti, dia tak menyangka ini akan
tetap berlanjut meskipun sudah berjalan sejauh ini. Di dalam tas, ponselnya
bergetar dan sudah pasti akan terabaikan. Gadis itu tak peduli apakah itu Shin
Hye yang menghubunginya dengan raut cemas, atau ahjumma pemilik kedai yang akan
menagih hutang Jae Hyuk. Terlalu runyam untuk memikirkan hal itu saat ini,
kakinya masih terus berjalan hingga dia berhenti dan baru sadar berada dimana. Ini
jalan ke rumah Jieun, entah bagaimana langkah itu membawanya ke tempat ini, entah
alasan apa yang berada dibaliknya, dia hanya perlu bersembunyi sebelum semuanya
kian runyam. Kim Jieun bukanlah sosok yang akan duduk mendengarkannya dengan
sabar lalu sesekali mengusap air mata, mungkin dia justru menjadi pemandu sorak
khusus untuk Kyuhyun, berdiri di belakangnya sambil teriak keras-keras, dia
bukan tipikal setia, sama seperti Kyuhyun meski Min Rin sendiri belum tau
apakah hubungan Kyuhyun dengan Chosung bisa disebut perselingkuhan. Tapi apa
bedanya? Mungkin sekarang mereka memang tak selingkuh, siapa yang tau dengan
besok atau lusa, tinggal menunggu waktu dan semua hilang, boom, seperti sihir,
hanya menyisakan dirinya. “Aku baik-baik saja” Min Rin mengucapkan mantra itu
amat pelan hingga hanya dia yang bisa mendengar. Mungkin karena mantranya
salah, air mata itu tak kunjung henti, merubah kalimat itu menjadi topeng lusuh
yang tak bisa dijadikan tempat sembunyi.
Min
rin mendudukkan dirinya pada salah satu kedai pinggir jalan, dia langsung
memesan dua soju pada ahjumma pemilik kedai ketika dia masuk. Tempat ini sepi,
mungkin karena kecil dan tak terurus dengan baik. Min rin tak memandang ini
sebagai kekurangan, dia hanya duduk dan menangis tanpa sekalipun mengusapnya,
dia yakin ini akan berhenti ketika air mata itu habis, ketika dirinya sendiri
lelah, ketika dia mulai bosan dengan kata ‘luka’. Kyuhyun berhutang banyak padanya, lelaki itu
sudah banyak merubahnya, lelaki itu sudah membuatnya tenggelam bahkan disaat
dirinya menghilang. Dia harus membayar semua hutang ini, suatu saat nanti,
entah dengan cara apa. Dia meneguk segelas soju, lalu menuangnya dan langsung
meneguknya lagi, gagasan untuk mabuk di siang hari bukan hal yang buruk. Dia
sudah sangat gila, jadi tak masalah jika dia harus mengoceh pada perjalanan
pulang. Ponsel di tas yang kembali bergetar mendapat perlakuan yang sama dengan
sebelumnya, bukan dirinya yang salah, orang itu saja yang tak beruntung
menghubunginya disaat yang tidak tepat.
Min Rin meneguk sojunya, setengah botol, dia masih belum mabuk. “Kau ada
disini ternyata, aku sudah mencoba mneghubungimu sejak kemarin” Jung soo duduk
di depannya, meneguk soju min rin tanpa gelas. Dia terlihat cukup menggebu,
mungkin karena merasa cukup lama teracuhkan. “Aku baru saja pulang dari rumah
tuan Kim dan melihatmu disini, apa yang kau lakukan?” Min Rin hanya diam, dia
tak habis pikir bagaimana suara yang akan keluar jika dia memaksa untuk
menjawab. Menangis sudah cukup buruk, dia tak mau semakin membuatnya terlihat
buruk dengan bicara. “Apa yang terjadi? Kau..” Min Rin yang menghentikannya,
dia salah besar jika berpikir belum mabuk, justru ini mabuk terberat yang dia
alami. Gadis itu bisa merasakan bibirnya yang menempel di bibir Jung Soo, dia
juga bisa merasakan hembusan nafas pria itu dengan jelas. Ini terlalu dekat,
tapi kepalanya saat ini terlalu penuh dengan ucapan Shin ahjumma, dia lupa
bagaimana untuk mengangkat bibirnya dari landasan. Dia terlalu larut dalam
pikiran –mungkin perkataan Shin ahjumma memang benar tentang dirinya yang hanya
berdiri di satu titik, mungkin harus ada jalan lain untuk menyelesaikan ini.
Sekarang
yang dia butuhkan hanya menghentikan pusing yang sedari tadi menggeliat di
kepalanya, namun semua terlihat terlambat ketika dia sadar dan pusing semakin
melilit dirinya, “Ya ampun, apa yang kulakukan!”
-Tbc-
Author
mau promo ni, follow twitter author ya @amd15_ , makasih uda baca J
Tidak ada komentar:
Posting Komentar