Tittle : Mr. NEMO
Author : Anni Dina
Cast :
* Han Min Rin
* Lee Donghae
* Lee Hyuk Jae
* Kim Ryeowook
* Kim Jong Woon
* Han Hae Rin
Length : 18 page
Ini ff pertama yang aku kirim, jadi mian kalo jelek. Oh ya,
bagi yang tertarik buat baca tulisan tangan aku, kunjungi blog ku ya.. alwaysbejewels.blogspot.com
HAPPY READING~
===================
Aku berjalan sendirian, menyusuri jalan beraspal dengan
perasaan yang begitu kesal. Rasanya aku tak rela pulang sendiri, biasanya aku
pulang bersama dua sahabat ku. Tapi semenjak mereka punya pacar, mereka sibuk
dengan urusannya masing-masing. Hari ini saja Yesung lebih memilih melihat
pertandingan tenis pacarnya, Ryeowook sudah pulang duluan dengan saengku.
Sedangkan aku? Terlupakan! Aku meneruskan langkahku,
perasaanku belum membaik, ya masih marah dengan dua namja yang sudah melupakan
ku itu. Masih teringat dengan jelas perkataan mereka yang memintaku untuk
mencari namjachingu agar aku tak kesepian, tapi langsung ku tepis perkataan
itu. Hey, yang benar saja, bermain - main dengan cinta? Itu terlalu gila. Dari
dulu cinta adalah mimpi buruk, memang awalnya begitu manis, penuh dengan
kata-kata gombal yang begitu hiperbola, tapi kemudian masalah mulai muncul, dan
akhirnya terluka, menangis siang malam tiada henti, tak mau makan, semua nilai
turun, hari-harinya hanya diisi melamun. Masa seperti inilah yang mereka sebut
GALAU. Kata itu, terdengar seperti sebuah lelucon di telingaku, tiap mereka
berkeluh kesah tentang kegalauan mereka. Rasanya saat itu aku ingin tertawa di
depan mereka, bagaimana tidak, untuk apa mereka memikirkan, bahkan menangisi
orang-orang yang tak peduli pada mereka, membuang-buang waktu saja.
***
Aku telah sampai di depan rumahku, kuputar gagang pintunya
pelan. Ku jumpai Eomma yang sedang duduk menonton tv. Aku melewatinya begitu
saja, tak berniat menyapanya. "Baru pulang Min Rin?" tanya Eomma yang
tak ku hiraukan, hatiku sudah terlanjur tenggelam dalam kekesalan."Tadi
ada surat untukmu" kata Eomma yang kali ini berhasil membuat langkahku
terhenti. "Mwo? Surat? Dari siapa?" kini ganti aku yang bertanya.
"Eomma tak tau. Suratnya sudah Eomma letakkan di meja kamarmu."
jelasnya. "Gamsahamnida Eomma" ucapku sambil berlalu.
Aku mulai memasuki kamar unguku, kulihat kertas itu sudah
terletak di atas meja belajar. Aku mulai mendekatinya, membolak-balik surat
itu, tapi aku tak menemukan nama pengirimnya. Kuletakkan kembali surat itu, aku
tak berniat membacanya. Sebenarnya orang ini aneh atau gaptek sih? Ini 2012,
sudah ada ponsel atau email yang lebih canggih, kenapa harus mengirim lewat
surat? Apa lagi dia tak mengirimnya lewat kantor pos, sudah bisa terlihat dari
amplopnya, tak berperangko. Benar-benar kurang kerjaan.
***
Malam ini hujan turun begitu deras, rasa dingin mulai
menyelimuti hatiku, begitu juga kebosanan yang mulai menusuk-nusuk relung
jiwaku. Entah sudah berapa kali aku menatapi ponsel ku, berharap dua sahabat ku
itu menelfon, tapi sia-sia. Kuhela nafas ku panjang, kemudian aku terdiam lagi,
tak tau harus melakukan apa. Kedua bola mataku berputar ke tiap sudut kamar dan
menemukan benda itu, kertas misterius yang ku acuhkan sejak tadi siang. Aku
mulai berjalan mendekatinya, kuambil sebuah amplop purple yang di hias stiker
nemo diatasnya, tertetara juga nama ku disana. Pelan tapi pasti, rasa penasaran
menuntunku untuk membukanya. "Dear
Min Rin" aku mulai membacanya, kulihat tulisan itu, begitu rapi seperti
bukan tulisan seorang namja.
__________________________________________________________________________________
Untuk Min Rin
Selamat
pagi, siang, sore atau malam? Aku harus menyapa mu bagaimana? Aku tak tau kapan
kau akan membaca surat ku. Hm, aku harus memulainya dari mana ya? Aku gugup Min
Rin, kau tau? Sekarang tanganku bergetar hebat, entah apa yang terjadi nanti
jika aku nanti bertemu denganmu, aku akan sangat-sangat gugup. Ya Min Rin, kau
bisa memanggil ku sebegai pengagummu, bukan, bukan hanya pengagum. Tapi aku
Mencintaimu.
Apakah
itu terdengar lucu Min Rin? Ya aku yakin kau sekarang pasti tengah
menertawakanku. Tapi aku tak peduli, karna hal itu memang benar dari lubuk
hatiku yang paling dalam.
Aku
tau banyak tentang mu Min Rin. Kau mau dengar? Han Min Rin kau anak sulung
di keluarga Han. Kau
punya dua sahabat namja, Yesung dan yang satunya Ryeowook pacar adikmu, Han Hae
Rin. Kau sangat menyukai warna purple, juga ice cream. Ketika sore kau paling
senang menatap langit senja sambil duduk di ayunan dan tangan mu tak
henti-hentinya memetik gitar. Kau begitu mengidolakan seorang Taylor Swift, dan
juga Super Junior. Sehingga kamarmu penuh dengan poster mereka, terutama Suju.
kau paling benci dengan hujan, karna kau benci dingin. Dan satu hal yang aku
yakin hanya aku yang tau, kau benci atau mungkin lebih tepat nya takut pada
cinta, karna kau pernah disakitinya. Tapi tenanglah Min Rin, aku datang untuk
membuatmu berubah, kau akan jatuh cinta padaku Min Rin, seperti aku
mencintaimu.
Saranghae.
__________________________________________________________________________________
Aku mulai menutup surat itu, meletakkannya dalam laci.
"Ah, namja itu gila, bisa-bisanya dia mengatakan cinta padaku? Apa dia
pikir cinta itu lelucon hah!" dumal ku kesal. Aku mulai menarik selimut
ku, menenggelam kan tubuhku dalam kehangatannya.
***
Lagi, aku harus pulang sendiri, tanpa satu orang yang
menemani. Kali ini aku berjalan lebih santai dari kemarin, tak ada kekesalan
yang menjalar dalam tubuhku, hanya sedikit kekecewaan, entahlah mungkin ini
karna aku sudah terbiasa mereka tinggal sendiri. Makin lama, aku berjalan makin
pelan, aku merasa ada yang mengikutiku. Aku menolehkan kepalaku, tapi kosong
tak ada siapa-siapa. Aku mulai berjalan lagi, dan kurasa kan ada krikil kecil
yang menggelinding ke arahku, membuat bulu-bulu ku berdiri.
Aku tak menoleh, hanya berhenti sesaat, "Ayolah Han Min
Rin, itu pasti hanya seekor kucing yang tak sengaja menendang kerikil."
yakin ku dalam hati. Aku mulai melanjutkan perjalananku meskipun aku semakin
takut. Gleek. Aku mulai menelan ludahku. Ketika aku merasakan ada langkah kaki
yang mendekatiku. Kini, aku mulai menolehkan kepalaku lagi, tapi tak ada
apa-apa. Aku mulai berjalan makin lama makin cepat berharap rumah sudah ada di
depanku.
***
Aku baru bangun dari tidur siangku, rasanya nafasku masih
naik turun gara-gara orang misterius saat pulang tadi. Aku mulai beranjak dari
tempat tidurku, kulihat surat beramplop purple berstiker nemo itu sudah
terbaring tenang diatas meja belajarku. "Kau mengirimi ku lagi?"
batinku. Aku mulai membukanya, ku temukan tulisan yang sama seperti kemarin,
hanya saja kalimatnya berbeda.
________________________________________________________________________________
Untuk Min Rin,
Kau tadi kenapa
berjalan cepat? Ketakutan ya? Haha, jangan takut. Itu aku manis, aku hanya
ingin menemanimu berjalan, karna kupikir kau merasa kesepian. Hei, ada apa
dengan wajah manis mu itu, kenapa kau begitu murung akhir-akhir ini, kau
terlihat tak bersemangat, wajah mu juga terlihat pucat, kau kenapa? Jangan
membuat ku cemas Han Min Rin.
Saranghae
_______________________________________________________________________________
TES. Kurasakan darahku menetes ke surat yang kupegang,
memberikan bercak merah disudut lembaran putih itu. TES. lagi darah itu menetes
lagi, kali ini memberi noda di sudut yang berbeda, aku langsung berlari kekamar
mandi, mencoba membersihkan darah yang terus keluar dari hidungku.
"Mr. Nemo, kau bilang kau tau segalanya tentang diriku.
Lalu kenapa kau masih tanya kenapa aku pucat? Apa kau tak tau, jika Han Min Rin
yang kau cintai ini sedang berperang dengan kanker darah?" lirihku.
***
Kami semua berada di meja makan. Aku, Appa, Eomma, juga Hae
Rin. Suasana itu begitu tenang, hingga aku ragu untuk mengatakannya.
"Eomma..." ucapanku tertahan, aku takut mengatakannya. "Ne,
chagi, ada apa?" jawabnya sabar. Aku tak langsung menjawab, aku menghela
nafasku panjang, ku kumpulkan keberanianku. "Tadi, aku mimisan lagi."
kataku terbata. "Astaga, besok kita ke dokter ya." kali ini giliran
Appa yang bicara, "Tak usah Appa, aku tak apa." kilahku.
Inilah yang kutakutkan, mereka akan mencemaskanku secara
berlebihan. Aku berjalan meninggalkan mereka, tiba-tiba saja tubuhku terasa
semakin lemas, semua menjadi abu-abu, lalu berubah menjadi gelap. Kaki-kakiku
sudah tak bisa menopang tubuhku lagi, dan akhirnya aku pingsan.
***
Aku merasakan sejuknya pagi, kutatapi keramaian Seoul dari
balik kaca mobil ku. Aku dan appa tengah menempuh perjalan ke rumah sakit
tempat ku divonis mengidap kanker darah 2 minggu lalu. Lama, akhirnya kami
sampai juga di rumah sakit itu, kini aku sudah terduduk di depan dokter,
setelah tadi aku sempat di periksa. "Sebaiknya kamu segera melakukan
cemoterapi" jelas namja paruh baya yang mengenakan baju putih itu.
"Tidak. Aku tak mau." tolakku yang membuat Appa tersentak.
"Kenapa Min Rin, bukannya kau dulu sudah setuju hal itu?" tanya Appa
tak percaya. "Aku berubah pikiran Appa, pokoknya aku tak mau." kataku
setengah teriak sebelum akhirnya meninggalkan ruangan itu, aku tau ini begitu
tak sopan, tapi aku tak peduli.
Entah kenapa, ketika aku mulai mengingat efek cemoterapi
adalah rambut yang rontok, aku langsung menolaknya.. Tiba-tiba saja aku takut
kau pergi dari hidupku, Mr. Nemo.
***
Hari ini senja terlihat begitu indah, aku tengah duduk di
ayunan sambil memainkan gitar, hingga Hae Rin datang. "Ini Eonni, ada
surat untukmu" katanya sambil menyerahkan surat itu. Aku tersenyum,
"Kau, mengirimiku lagi" kataku pelan. Kubuka surat purple itu
perlahan.
______________________________________________________________________________
Untuk Min Rin,
Hari ini kau masih
terlihat pucat, sebenarnya kau kenapa? Apa kau sakit? Istirahatlah, minumlah
beberapa vitamin. Karna jujur aku tak suka melihatmu seperti ini manis.
Aku tak tau apa yang
terjadi padamu, tapi kembalikan semangatmu yang dulu, juga senyuman mu, aku
benar-benar merindukannya.
Saranghae
________________________________________________________________________________
Aku mulai menutup surat yang selalu diakhiri kata saranghae
itu. Ku ukir seulas senyum di bibirku.
"Kau benar Mr. Nemo, aku harus semangat. Aku tak boleh
terus larut dalam kesedihanku, aku tak ingin penyakit ini menertawaiku. Aku
berjanji, aku akan memenangkan pertempuran ini, tanpa perlu cemoterapi"
batinku. Ku peluk surat itu perlahan "Hai, Tuan Nemo, besok apalagi yang
akan kau tulis untukku"
***
"Kyaa! " teriakku saat tak menemukan surat itu di
kotak surat usang yang sudah bertahun-tahun tak di gunakan. Mangkannya aku
begitu kaget ketika Eomma mengatakan aku dapat surat. Maklum saja, keluarga ku
sudah lama tak pernah mendapat surat. "Kenapa tak ada suratnya? Bukankah
hari ini harusnya surat ke empat ?" pekikku. Aku langsung berlari ke dalam
rumah, menemui eomma yang tengah memasak. "Surat itu, apa Eomma yang
mengambilnya?" kataku ditengah nafas yang mungkin tinggal sejengkal.
"Ani. Hari ini Eomma tak mengambilnya. Memangnya kenapa?" tanya Eomma
yang tak kuhiraukan. Hatiku terlalu gundah untuk menjawabnya.
Kubanting tubuhku perlahan keatas sofa putih, aku menghela
nafas panjang, tatapanku begitu datar. "Surat ke 4 ini, aku sangat
menunggunya, bahkan aku sampai berlari pulang untuk membacanya. Tapi kau, Mr.
Nemo malah tak mengirimnya untuk ku" dengusku kesal. Entah sejak kapan aku
mulai terhipnotis oleh surat itu, mungkin sejak surat ke 2 itu, atau yang ke 3,
atau bahkan dari yang pertama.
Entahlah aku tak tau. Tapi yang jelas aku mulai menikmati
permainan surat misterius ini. Aku selalu ingin tau apa isi surat berikutnya,
seberapa panjangkah, bagaimana tulisan tangannya, dan.. Aku ingin selalu
membaca kata saranghae diakhir suratnya.
"Apa ini yang kau cari Eonni?" ucap Hae Rin dari
belakang membuyarkan lamunanku, kulihat surat purple berstiker itu ada di
tangannya. "Ne. Jadi kau yang mengambilnya?" tanyaku dengan wajah
berbinar, rasa sedih yang tadi menggeluti hatiku. Kini sirna begitu saja.
"Kenapa kau begitu bahagia? Sebenarnya ini surat dari siapa?" godanya.
"Entahlah aku tak tau, tapi itu dari seorang namja." jelasku, ya aku
yakin mataku kali ini lebih bersinar, entah kenapa setiap aku menceritakannya,
atau sekedar mengingatnya perasaanku sungguh bahagia. "Pantas kau begitu
gembira. Ah, sejak kapan kau mencintainya Eonni?" tanyanya yang berhasil
membuatku tercekat. "Apa maksudmu? Aku tak mencintainya.. Sudah sini,
berikan suratnya" jawabku gelagapan, kuambil surat itu dari tangannya.
"Kau mencintainya Eonni. Kau tak bisa membohongiku. Aku lebih tau cinta
dari pada kau" godanya, tapi aku tak mengubrisnya. Aku terus berlalu
meninggalkannya.
Aku membanting pintu kamarku tak terlalu keras, tapi cukup
untuk membuat Hae Rin mendengarnya. Aku terduduk di kursi, masih memikirkan apa
yang tadi dongsaengku bilang. Aku mencintai Mr. Nemo? Itu tak mungkin! Tak
akan! Hei, cinta itu menakutkan,aku tak ingin membuang-buang waktuku hanya
untuk 5 huruf itu, tak mungkin aku
mencintainya. Meskipun aku selalu menunggu suratnya, tapi ini bukan cinta,
hanya suatu kenyamanan, may be.
Kutenangkan diriku yang sempat terbawa amarah, lalu mulai
menatap surat puple yang sedari tadi ku genggam. "Ku pikir, hari ini kau
tak mengirimiku surat" gumamku diwarnai senyum. Aku membuka surat itu
perlahan, kali ini ada suatu rasa yang berbeda.
_________________________________________________________________________________
Untuk Min Rin,
Semakin hari kau
terlihat semakin indah, lebih indah dari bintang-bintang di langit, keindahan
yang kau berikan tak mudah hilang termakan waktu, tapi keindahan itu abadi di
hatiku.
Aku percaya jika
setiap orang memiliki keistimewaan masing-masing. Kau tau apa keistimewaan mu?
Kau bisa membuatku tergila-gila padamu, kau membuat aku lebih mencintai mu dari
pada diriku sendiri.
Percaya tidak? Jika
aku selalu mengawasi gerak-gerikmu, melihatmu tertawa, menangis, marah,
bernyanyi, menatap senja, atau ketakutan ketika aku diam-diam mengikutimu. Aku
sangat menyukai semua itu, seolah bisa memberi kekuatan baru dalam diriku yang
rapuh.
Jangan anggap semua
yang kutulis adalah puisi penuh kepalsuan. Tapi anggaplah ini suara hatiku.
Han Min Rin, bacalah
suratku seakan-akan aku yang mengatakannya padamu, duduk di depan mu, memegang
lembut tanganmu, dan meyakinkanmu jika aku benar-benar mencintaimu.
Saranghae.
________________________________________________________________________________
Aku bagaikan bisa mendengar detakan jantungku, dag dig dug,
suara itu mulai terdengar makin keras di telingaku. Aku menghempaskan tubuhku
perlahan, saat ini aku begitu bahagia, tanpa ku tau apa penyebabnya.
***
Malam ini hujan turun lagi, menghadirkan rasa dingin tiada
tara, dingin yang paling aku benci. Aku terus mengingat kata demi kata dalam
surat itu, tiba-tiba ide gila mulai muncul, mewarnai tiap saraf dalam otakku.
_________________________________________________________________________________
Untuk Mr. Nemo
Ini malam yang begitu
dingin, kau tau kan aku benci dingin? Kenapa hujan turun malam ini? Padahal aku
ingin melihatnya, memastikan apa kata-katamu memang benar, jika aku lebih indah
dari bintang-bintang. Haha, aku hanya bercanda Mr. Nemo.
Ah iya, aku memanggilmu
dengan Mr. Nemo, bolehkah? Aku memanggil mu seperti itu karna kau tak memberi
tau nama mu. Mianhae, aku harap kau tak marah.
Ada dua hal yang ingin
aku tanyakan padamu. Pertama, kenapa kau lebih memilih surat, bukan email, atau
sms?
Dan yang ke dua,
bisakah kau menceritakan padaku tentang dirimu? Aku ingin mengenalmu.
Han Min Rin
______________________________________________________________________________
Aku mengakhiri goresan tanganku di sebuah kertas, melipatnya
lalu memasukkannya dalam sebuah amplop biru. Tinggal menunggu hari esok, surat
ini akan segera pindah ke tangan namja misterius itu.
***
Lagi-lagi, aku langsung berlari menghampiri kotak surat yang
sudah usang itu, kulihat amplop biru yang tadi pagi ku letakkan, kini sudah
berubah menjadi amplop purple. Ah, dia sudah mengambilnya, dan aku yakin ini
adalah balasannya. Aku masuk ke dalam dengan menenteng surat itu. Ku buka surat
itu masih dengan seragam lengkap yang menempel pada tubuhku. Aneh, perasaan ini
datang lagi, perasaan dag dig dug yang tak pernah bisa kuartikan. "Hai, ada
apa dengan mu Han Min Rin? Tenanglah ini hanya sepucuk surat" gumamku
mencoba menenangkan.
_______________________________________________________________________________
Untuk Min Rin,
Aku tak pernah
membayangkan jika kau akan membalas surat ku, bahkan begitu antusias. Kau tau
bagaimana perasaanku saat ini? Seperti melayang disela-sela awan, aku bahagia.
Aku yakin kau menganggap ku lebay tapi jika kau sudah mengenal cinta, lebay itu
adalah hal biasa.
Hei, kau tanya padaku
kenapa aku lebih suka mengirim surat. Karna surat lebih romantis. Mau tau letak
keromantisannya? Aku yakin kau pasti merasakan ini. Ada perasaan senang
tersendiri ketika seseorang mulai mulangkan waktu untuk menulis surat demi kau,
ketika orang itu menuliskan beberapa kata yang indah yang membuat mu terus
menantikannya. Itulah letak keromantisaannya manis. Perasaanku ini begitu besar
untukmu, aku tak ingin mengungkapkannya lewat email atau sms, itu terlalu biasa
Han Min Rin.
Kau juga tanya tentang
bagaimana diriku, sebenarnya aku sedikit ragu mengatakannya, takut kau bilang
aku sombong, tapi ya sudah jika kau memaksa.
Aku seorang namja,
umurku 2 tahun lebih tua darimu. Kulitku putih, rambutku hitam, hidungku
mancung, dan tubuhku bisa di bilang tinggi. Apakah aku harus mengatakan ini
untuk membuatmu jatuh cinta padaku? Haha. Ssst... Ini rahasia, banyak yeoja
yang bilang aku tampan lo.
Oh ya, akhir-akhir
ini, kau sudah ceria seperti dulu. Syukurlah, terus lah seperti ini. Jangan
membuatku cemas lagi.
Saranghae.
_____________________________________________________________________________
Otakku terus membayangkan bagaimana wajah namja itu,
"Apa dia benar-benar tampan?" gumamku sedikit ragu. Aku langsung
meraih selembar kertas dan mulai membalas suratnya.
_______________________________________________________________________________
Untuk Mr. Nemo,
Aku tak tau jika kau
begitu percaya diri. Aish, kau bilang kau begitu tampan, mana buktinya? Aku
saja tak bisa melihat wajahmu. Tapi, terimakasih ya, kau sudah membuatku
tersenyum lagi. Kau membuatku melupakan nilai ulangan kimia ku yang jelek, ah
itu memalukan Mr. Nemo
Bolehkah aku melampiaskan
kemarahan ku padamu? Ku mohon! Ah, hari ini adalah hari sial ku. Kau tau? Aku
sudah susah payah siang dan malam untuk membuat puisi, dan di tolak
mentah-mentah, di permalukan di depan kelas. Belum lagi nilai kimiaku, aku
harus nya mendapat nilai 8, tapi entah apa yang terjadi dengan orang itu, dia
menilai sesukanya hingga aku mendapat nilai 5. Memalukan!!
__________________________________________________________________________________
TES. Tiba-tiba saja hidungku mulai mimisan lagi, tubuhku
lemas, dan setelah itu aku tak tau apa-apa.
***
Ketika aku baru membuka mataku, bau obat menyeruak masuk ke
lubang hidungku. Ya, ini bau rumah sakit.
"Hei, Han Min Rin. Akhirnya kau bangun juga" kata
Yesung mulai menghampiriku. "Yak, semenjak kau kemarin pingsan, kami
disini menungguimu." tambah Ryeowook. "Apa aku harus sakit dulu, biar
kalian perhatian ke aku?" candaku. "Bodoh. Memang nya kapan kita
tidak perhatian padamu" sentak Yesung pelan. "Lucu sekali tuan-tuan,
kalian lupa apa, jika kalian sering meninggalkanku sendirian" sindir ku.
"Sudahlah. Ini," sebuah surat purple yang begitu kukenal sudah ada
ditangan Ryeowook. "Hae Rin memintaku untuk memberikannya padamu ketika
kau sadar" tambahnya. "Siapa orang itu? Yang bisa membuatmu jatuh
cinta?" aku terdiam, "Maksudmu?" tanyaku. "Ayolah jangan
bodohi aku Min Rin, kau mencintainya kan?" tanya Yesung. Kali ini aku tak
langsung menjawab, aku terus menanyai diri ku sendiri, "Apa aku
mencintainya?" batinku. "Sudahlah. Kurasa biar kau saja yang
tau" kata Yesung membuyarkan lamunanku.
Aku mulai membuka surat itu, dengan kondisi yang masih
lemas.
_________________________________________________________________________________
Untuk Han Min Rin,
Kau tau Min Rin, kau
adalah segala-segalanya. Laut memang indah, bintang memang menawan, tapi hanya
kau yang selalu bisa merampas tatapanku.
Ketika senja, aku
selalu menanti suara merdumu, menyanyikan lagu-lagu indah, sebaris demi
sebaris, meskipun aku tau kau bukan menyanyi untuk ku. Tapi aku tetap
menunggunya.
Kau segala-galanya
untukku.
Saranghae
_______________________________________________________________________________
"Kau juga segalanya untukku, meskipun aku tak tau
kenapa kau begitu penting." gumamku.
***
Hari ini aku merasa lebih lemas dari kemarin, untuk bangun
dari tempat tidurpun aku begitu susah. "Apa ada surat untukku
Wookie?" lirihku. "Ada surat yang sama seperti kemarin" jelas
namja aegyo itu. "Bacakan untuk ku Wookie, itu surat ketujuh ku"
pintaku. "Baiklah" namja itu mulai membuka surat dari Mr. Nemo.
"Dear Min Rin" dia mulai membacanya
_______________________________________________________________________________
Untuk Min Rin,
Ini suratku yang
ketujuh. Benar-benar suatu keajaiban aku bisa bertahan hingga sekarang.
Aku bodoh.. Kenapa aku
terus menulis, tanpa bertanya padamu.
______________________________________________________________________________
Ryeowook terdiam. "Teruskan Ryeowook, aku ingin
mendengar lanjutannya" kali ini nada suaraku bukan seperti orang memohon,
tapi lebih seperti orang yang tak sabar.
"Han Min Rin, apa kau mencintaiku?" Ryeowook mulai
melanjutkan membaca surat itu.
Aku tercekat. Pertanyaan yang sama, yang ditanyakan
Yesung padaku kemarin, sekarang dia menanyakannya padaku.
Dan aku belum tau jawabannya apa.
***
Seminggu setelah aku pulang dari rumah sakit, tak ada yang
berubah dari kehidupan ku, kecuali surat itu. Namja itu sudah tak pernah
mengirimiku lagi, apa mungkin karna aku tak menjawabnya? Jadi dia pergi meninggalkanku? Entahlah, tapi yang
jelas aku terus menantikannya.
***
3 bulan berlalu, dan tak ada yang berubah. Mr. Nemo ku
menghilang, dia tak pernah mengirimi ku surat lagi, tiap hari aku selalu
membuka kotak surat itu, tapi lagi-lagi aku harus kecewa, dia pergi.
Aku melewati Eommaku, tanpa menyapanya, persis seperti waktu
itu, ketika aku baru mendapat surat misterius itu. "Baru pulang Min
Rin?" tanya Eomma, tapi aku terus berlalu menuju kamarku. Dan disana, aku
melihatnya, surat purple berstiker nemo itu, sudah terbaring menungguku di meja
belajar. Aku meraihnya perlahan, ada segunung perasaan bahagia di dadaku.
__________________________________________________________________________________
Untuk Min Rin,
Sudah 3 bulan aku tak
menulis surat untukmu. Sekarang saat aku mulai menulis lagi, perasaan gugup itu
datang lagi. Apa kabar kau sekarang? Aku merindukan mu. Merindukan kau membaca
surat-surat ku, dan merindukan mu menulis balasan untuk ku.
Seperti dulu yang
pernah ku bilang padamu, kau segalanya untuk ku. Tapi kenapa kau tak membalas
surat terakhirku? Setidaknya beri aku kepastian. Han Min Rin maukah kau menjadi
yeojachinguku?
__________________________________________________________________________________
Surat itu berakhir. Dan aku harus menjawabnya jika aku tak
ingin dia pergi lagi.
_________________________________________________________________________________
Untuk Mr. Nemo
Aku begitu
mencintaimu. Ya, aku mau…
___________________________________________________________________________
***
Aku terus berlari, hingga aku sampai di depan kotak surat
itu. Surat itu menghilang, tapi tak ada jawaban. Aneh.
Aku masuk ke dalam kamar ku dan mulai menulis surat
untuknya.
__________________________________________________________________________________
Untuk Mr. Nemo
Kenapa kau tak
membalas suratku? Apa kau tak membaca jika aku sudah mau menjadi yeojachingumu?
Balaslah.
__________________________________________________________________________________
****
Tak terasa sudah 4 bulan aku menjalani hubungan dengan namja
yang bahkan tak aku kenal. Namja yang tak pernah lagi mengirimiku surat, bahkan
hampir menghilang dari kehidupanku. Aku masih mengingat surat terakhirnya. 2
bulan lalu, tepat di hari ulang tahunku. Tiba-tiba saja dia mengirimi ku surat
setelah menghilang 2 bulan. Aku tak tau apa perasaan ku saat itu, apa aku harus
bahagia, sedih atau malah marah padanya, aku benar-benar tak tau. Aku merasa
dia telah mempermainkan ku.
Hari-hariku semakin dibuat frustasi olehnya, mungkin inilah
yang mereka sebut "Galau". Tiap detik aku selalu memikirkan orang
itu. Ketika aku berada di jalan dan aku merasa ada sesuatu yang mengikutiku,
aku tak lari. Aku hanya berdiam berharap dia mengikutiku seperti hari itu, tapi
aku salah. Itu hanya seekor kucing.
Saat ini langit senja memang indah, tapi aku tak berniat
menatapnya, lebih memilih untuk menundukkan kepalaku dalam-dalam. Hingga aku
melihat seorang namja menyodorkan surat misterius itu di hadapanku. "Apa
itu kau?" tanyaku. "Bukan. Dia hanya menyuruhku memberi ini
padamu" jelasnya yang membuatmu tersenyum getir. "Aku tak mau menerimanya.
Suruh saja pecundang itu yang kesini" sentakku. "Apa kau bilang?
Pecundang? Kau tak pantas memanggil Hyungku seperti itu" "Kenapa?
Kenapa aku tak pantas memanggilnya seperti itu?" tantangku. "Karna..
Karna.. Hyungku itu.." kata-katanya tertahan, dia mulai menangis.
"Sudahlah, kau ingin bertemu dengan Hyungku kan? Ikuti saja aku!"
namja itu mulai berjalan menjauhiku dan aku mengikutinya dari belakang. Kami
masuk ke dalam sebuah rumah yang bersebrangan dengan rumahku. "Astaga, apa
ini rumahnya? Apa selama ini dia sedekat ini denganku?" batinku.
***
Aku masuk dalam sebuah kamar bernuansa putih. Ku temukan
sesosok namja tertidur lemas diatas ranjang. "Dia Hyungku, orang yang
selalu mengirimimu surat. Namanya Lee Donghae" jelasnya. "Dia kenapa?
" tanyaku bingung. "Itu semua karna AIDS, sudah 2 tahun Hyung
mengidap penyakit itu. Awalnya Hyung tak punya semangat hidup, tapi ketika dia
mulai mencintaimu, dia bangkit. Hari-harinya, selalu di isi dengan memandangmu
dan menulis surat untukmu. Saat 3 bulan itu dia menghilang, itu karna
kondisinya yang makin memburuk" ungkapnya dengan berlinang air mata,
begitu juga aku.
"Sehari setelah kalian jadian, kondisi Hyung semakin
memburuk, sekedar duduk bersandar diranjangnya pun, itu begitu susah untuknya,
apalagi menulis surat untukmu Han Min Rin, tapi saat ulang tahun mu dia
memaksakan untuk menulis meskipun itu begitu menyiksanya" lanjutnya,
sedangkan aku hanya menangis, tak percaya jika orang yang selama ini
menyemangati ku untuk selalu tersenyum, malah terpuruk karna AIDS. "Kau
tak pantas memanggilnya pecundang. Tak pantas" tambahnya. Aku masih
terdiam, aku tau, aku salah.
Aku mendekatinya, memandangi wajahnya yang pucat, dia
terlihat kurus. Sedangkan mataku tak henti-hentinya meneteskan air mata.
"Min Rin?" namja itu sudah bangun, dia tengah memanggil ku. "Apa
aku membangunkan mu Donghae?" tanyaku setelah menyeka air mata. "Ani.
Sekarang kau sudah melihatku yang memalukan ini" lirihnya. "Jangan
pernah bicara seperti itu." tegasku. "Kenapa kau tak bilang, kalau rumahmu
ada di depan rumahku hah?" protesku. "Kalau kau tau ini tak akan seru
lagi" katanya di sela-sela senyum. Senyum yang begitu manis.
"Sudah malam, pulanglah!" perintahnya, dan aku tak
bisa menolak. Dengan berat hati aku mulai beranjak dari tempat ku duduk,
memberikan kecupan dibibirnya, untuk yang pertama kali. Setelah itu kembali
pulang.
***
5 hari setelah aku tau kondisi Donghae, aku selalu datang
kerumahnya. Melihat wajahnya, merawatnya dan mengecup keningnya tiap dia merasa
kesakitan. Aku tau kondisinya semakin parah, dan hal itulah yang membuatku
semakin sering menemuinya. Aku tak peduli dengan kondisiku sendiri, meskipun
aku semakin sering mimisan dan pingsan, tapi itu tak membuatku memperdulikan
kanker darah ini, perioritas hidupku sekarang adalah Lee Donghae.
Tapi 3 hari ini, aku tak bisa mengunjunginya. Kondisiku juga
makin memburuk, aku diopname di rumah sakit. Jangankan untuk pergi kerumahnya,
sekedar berjalan kekamar mandi saja, aku tak bisa. Perasaan ku mulai tak
tenang, aku begitu merindukannya, terutama senyumnya.
"Kau ingin cepat sembuh kan?" tanya Yesung serius.
"Tentu saja babo!" jawabku pelan. "Kalau begitu cemoterapi. Kau
harus melakukannya" tandasnya. "Aku tak mau Yesung. Jangan paksa aku!
" tolakku. Ya aku masih keukeuh dengan pemikiran awal ku. Tak mau di
cemoterapi. "Kenapa? Ini demi kesembuhan mu" tanya Ryeowook lembut.
"Aku takut Wookie, setelah cemoterapi rambutku akan rontok, dan aku akan
semakin jelek. Aku takut dia tak mencintaiku lagi" jawabku berlinang air
mata. "Apa dia tau penyakitmu?" aku hanya menggeleng pelan.
"AIDS sudah menjadi beban berat dalam hidupnya, aku tak mau menambah
dengan penyakitku" lirihku.
***
Akhirnya aku bisa pulang, dengan kondisi yang masih lemah.
Bosan juga seminggu berada dirumah sakit. Aku langsung berjalan kerumah Donghae
dan masuk kekamarnya tanpa permisi. Disana, dikamar putih itu, aku tak
menemukan siapa-siapa. Aku berlari kekuar, dan tak berhasil menemukan Donghae.
"Dia dimana Hyuk Jae? Hyung mu dimana?" tanyaku mulai panik, tapi
namja itu hanya terdiam. "Hyuk Jae, dia dimana?" tanyaku lagi, dan
dia masih membisu. "Hai, bangsat, apa kau membiarkannya pergi sendiri?
Jawab bangsat!" sentakku keras.
"Ya, aku memang bangsat Han Min Rin. Aku membiarkan dia
pergi, aku tak bisa menahannya, karna aku sudah tak tahan melihat nya tersiksa
dengan AIDS!" bentaknya padaku. Entah kenapa aku mulai takut, meskipun aku
tak tau apa yang Hyuk Jae katakan. "Maksudmu?" tanyaku ragu.
"Kemarin, Tuhan telah mengambilnya. Pukul 6 pagi, dia menghembuskan nafas
terakhirnya. Dia telah meninggal Min Rin,"
Aku terdiam, tubuhku merosot hingga terduduk dibawah. Kaki
lemas, tak bisa menopang tubuhku. Aku menangis, kurasakan sakit yang menghantam
hatiku begitu keras. "Kenapa? Kenapa dia harus pergi, disaat kami mulai
merasakan kebahagiaan. Disaat aku mulai menyadari bahwa aku sangat
mencintainya, lebih mencintainya daripada diriku sendiri. Kenapa harus kemarin
Hyuk Jae? Seharusnya dia menungguku sampai aku keluar dari rumah sakit,
setidaknya dia mengucap selamat tinggal padaku, atau membiarkanku mengecupnya
untuk yang terakhir"
***
Ku tatap langit malam bertabur bintang, kedua kakiku
menendang kecil rerumputan, sesekali mengayun ayunan yang ku duduki.
"Masuklah, sudah malam." suara seorang namja begitu hangat
membuyarkan pandanganku. Aku terdiam, menatapnya sebentar, lalu mulai memandang
langit lagi.
"Ayolah Min Rin, Ibumu sangat mencemaskan kondisi
mu" katanya lagi. "Aku ingin disini Hyuk Jae, menatap langit.
Berharap aku bisa melihat wajah terakhirnya, yang belum sempat kulihat. Setidaknya
sebentar saja." Aku menghela nafasku panjang, kedua mataku mencoba menahan
bulir air mata "Kau, masih belum bisa melupakan Hyungku?" "Tak
bisa, tak akan pernah. Rasanya sakit sekali, tiap aku ingat. Bahwa aku tak bisa
menemaninya pada detik-detik terakhirnya, saat aku tak bisa menemaninya menahan
rasa sakit, rasanya itu begitu menusuk Hyuk Jae" jelasku, kali ini suaraku
sedikit bergetar.
"Ini dari Hyungku, dia memintaku untuk memberikannya
padamu, ketika kau sudah bisa tenang. Tapi kupikir, tak akan ada yang bisa
membuatmu tenang, kecuali surat ini" katanya yang terakhir sebelum pergi
meninggalkanku. Aku terus memandangi surat itu.
__________________________________________________________________________________
Untuk Min Rin,
Kau tau kan bahwa
setiap manusia punya jalan hidupnya masing-masing. Ada manusia yang berhasil,
ada juga yang gagal. Ada manusia yang bisa mendapat semua yang di inginkan
dengan mudah, ada juga yang harus melepas apa yang diinginkannya. Dan aku
seperti yang terakhir, aku mencintaimu Min Rin, aku begitu ingin memilikimu,
tapi aku tak bisa, Tuhan tak mengijinkanku untuk hidup terlalu lama, untuk
menikah dengan malaikat sepertimu. Malaikatku yang bersinar. Tapi setidaknya
aku telah beruntung, bisa mencintaimu, bisa mengirimi mu surat. Aku bangga Han
Min Rin.
Terimakasih ya, kau
sudah mau menjadi malaikatku. Terimakasih juga karna kau telah memberiku
semangat dalam hidupku yang rapuh dan singkat ini. Kau mampu membangkitkan
diriku yang terpuruk karna AIDS, hingga membuatku bertahan sampai saat ini.
Maafkan aku Han Min
Rin, aku sudah gagal mempertahankan hidupku, untuk bisa bersamamu. Aku gagal
meyakinkan Tuhan jika aku pantas ada di dunia-Nya. Aku pecundang yang memalukan
Han Min Rin.
Jika hari itu datang,
jika aku telah berada di langit, aku tak ingin melihatmu menangis, aku hanya
ingin melihatmu tersenyum. Karna aku bukan pergi untuk menjauh darimu, tapi aku
pergi agar aku semakin dekat dengan mu. Mungkin di kehidupan ini aku tak bisa
bersamamu, tapi yakinlah jika dalam kehidupan selanjutnya, atau
kehidupan-kehidupan setelahnya kita akan hidup bersama dalam suatu kebahagian.
Dan bahkan dalam kehidupan yang abadi nanti, kehidupan terakhir di surga,
percayalah jika aku akan selalu menunggumu, menginginkanmu untuk menjadi
pendampingku.
Percayalah Han Min
Rin, aku begitu mencintaimu.
_______________________________________________________________________________
TES. TES. TES. Darah mulai menetes dari hidungku, memberi
noda pada surat Donghae. Aku mengusap darah itu, kemudian air mataku. Tapi,
TES. TES. Darah itu tak mau berhenti.
"Kau benar Lee Donghae, kita akan segera bersama dalam
kehidupan selanjutnya. Karna kanker darah ini juga akan menggeroti tubuhku juga
nyawaku" batinku dengan masih mengusap darah mimisan ini.
Tes.. Tes.. Tes..
BalasHapusMewek gue bcanya, sad ending, feel nya jg dpet. Daebak min ff nya
Makaih ya sudah baca :) sering sering mampir kesini
HapusLas Vegas - CasinoCyclopedia
BalasHapusLocated in Las Vegas 충청남도 출장안마 (Vegas) 김해 출장샵 about 3.5 miles from The Strip, CasinoCyclopedia is within a 5-minute walk of 의왕 출장마사지 Miracle Mile Shops 춘천 출장안마 and 보령 출장샵 The Cromwell. Rating: 4.5 · 9,322 reviews