Author : JewelAMD
Tittle : Bad
Life Part 4
Genre : Romance,
angst, family
Cast :
- Han Min Rin
-
Cho
Kyuhyun
-
Park
Jung Soo
-
And
other cast
Rating : PG15
Length: Chapter
Part 4 datang :D senangnya, akhirnya
selesai. Ini ff yang datang setlah sekian lama. Hati-hati, banyak typo
bertebaran! Dan.. Happy Reading ^^
------------------------------------------------
Telepon
bordering entah untuk ke berepa kali hari ini. Awalnya Kyu berniat untuk
mengabaikannya, sebelum dia berpikir mungkin saja itu Min Rin.
“Yeobseo”
sedetik..dua detik.. Kyuhyun mulai ragu.
“Kyu
ini aku”
“Nn..noona”
tangan lelaki itu bergetar. Demi apapun, itu bukan suara yang dia bayangkan
untuk di dengar saat ini.
“Aku..
kembali” kembali? Kyuhyun menautkan alisnya. Sedikit tak percaya mendengar kata
‘kembali’ keluar dari bibir sosok itu.
Merasa
tak ada jawaban, orang itu kembali bersuara. “Kyu, kau masih di sana?”
“Ah
ye”
“Bisa
kau jemput aku?”
***
Hujan
masih turun dengan derasnya. Tak ada petir di sana,hanya ada air yang turun
dari celah awan yang semakin kelam. Seorang gadis tengah berdiri di tengah
pertokoan, dia tak menggoyang-goyangkan badannya seperti anak kecil yang
menikmati hujan. Dia hanya mendongakkan kepala, membiarkan tiap tetes jatuh
menimpa wajahnya. “Aku benci Cho Kyuhyun” tidak, gadis itu tak berteriak, itu
akan menimbulkan banyak perhatian. Hanya hatinya yang bersuara, berkeluh kesah
pada seseorang atau sebuah arwah?
“Tapi
di saat bersamaan, aku begitu mencintainya Byul Yi” Han Byul Yi, Min Rin selalu
yakin jika adiknya slalu datang saat hujan. Bersamaan dengan roh-roh yang lain.
“Ini sudah terlalu lama aku terluka. Taehyun dan Shin Hye memintaku untuk mengakhiri
hubungan kami, tapi tak bisakah kaumemberi saran yang lain?” setetes air mata
mulai keluar. Tapi itu semua tersamarkan oleh hujan. Secara fisik, air mata dan
air langit tak ada bedanya. Hanya saja, air mata membawa banyak luka.
“Aku
tak bisa melepasnya. Percayalah , aku sudah mencobanya, tapi aku hamper gila
karena itu” dan setetes lagi mulai menyusul. Dia sadar ada Jung Soo di bawah
atap pertokoan, tapi bahkan dia tak bisa berbuat apa-apa. Rasa bahagia yang
Jung Soo berikan bahkan tak sanggup mengalihkan perasaan sakit yang lebih dulu
Kyuhyun torehkan. “Aku benar-benar muak dengan urusan cinta, tapi aku yakin
tanpa cinta aku tak kan bisa hidup”
Hujan
memelan, tak sederas tadi. Tapi cukup membuatmu menggunakan jas hujan atau
paying agar baju tak basah.
“Aku
telah memikirkan cara lain untuk keluar dari semua masalah ini. Mati”
sejujrnya, Min Rin bergidik ketika harus menyebut kata terakhir. “Tapi aku tak
mau selemah itu, takdir dan aku harus bersaing, dan menentukan jalan hidup
pilihanku atau takdirlah yang harus kujalani”
Min
Rin dapat merasakan gerimis yang mulai turun. Dia tak dapat lagi merasakan
guyuran air yang begitu deras di wajahnya. “Byul Yi, apakah ini saatnya
kaupergi? Aku masih membu..”
“Sampai
kapan kau mau berddiri di sana? Hujan sudah berhenti” suara itu menghentikan
peraduan Min Rin pada ya.. kita bisa menyebutnya arwah.
“Kalau
begitu bergabunglah denganku, aku mengutip dari sebuah movie dan dia bilang
gerimis itu romantis” Min Rin membuka matanya, menatap sosok Jung Soo dengan
tatapan ramah.
”Tapi,
bukankah kisah cinta pada masa Reinasance itu lebih romantic?” kali ini Jung
Soo yang memberi argumennya.
“Oh
ayolah, berhenti berkata konyol, Mr. P.J.S” dan Jung Soo hanya tersenyum,
menyosngsong kedatangan mobil hitam yang semakin menepi kearah mereka.
“Oh
rupanya di sini, aku mencarimu cukup lama” ucap Yesung setelah menurunkan kaca
mobilnya,
“Kau
dapat bukunya?”
“Ofcourse,
sir” Yesung menyodorkan novel merah itu, dan Jung Soo mengembalikannya pada
sosok Min Rin yang ada di belakanganya.
“Jung
Soo, apakah itu namamu?” suara gadis itu menginterupsi gerakan kakinya.
“Ehem,
kaubisa panggil seperti itu” ada senyuman di bibir Min Rin, dan dia kembali
bertanya, “Apa.. kita bisa bertemu lagi?”
Jung
Soo kembali mendekati Min Rin, padahal sebenarnya dia sudah hampir mencapai
pintu mobil Yesung. Dia melepaskan jaketnya, memasangan pada tubuh gadis di
depannya. “Bukankah itu yang kauharapkan?” Jung Soo mengedipkan matanya sebelum
berlalu.
Di belakangnya, Min Rin tersenyum kecil sambil menciumi
aroma lelaki itu dari jaketnya. Dia lelaki yang menarik, dan Min Rin tak pernah
salah akan hal itu.
***
Kyuhyun berdiri di bandara, mencari sosok gadis yang
sekitar limabelas menit lalu menghubunginya. Pandangannya terbang ke setiap
sudut, dan yang ditemukannya adalah segerombol orang dengan menggeret koper
berlalulalang di depannya. Dia tak mengenali siapapun, wajah gadis itu tak
dapat dia jangkau dengan pengelihatan, selalu seperti ini, dia tak dapat
menjangkau gadis itu, seperti terlalu jauh. Atau, sambungan telefon tadi hanya
sebuah fantasinya? Mengingat ke-tidak-mungkin-an gadis itu kembali.
Bodoh.
Harusnya Kyuhyun tak langsung menancap gasnya setelah menerima telefon itu,
harusnya dia memakai akal logisnya terlebih dulu untuk menimang-nimang. Tapi
lagi-lagi sesuatu dalam dirinya yang menjurus ke kebodohan memaksnya untuk
datang ke tempat ini sesegara mungkin. Seolah jika tak hadir tepat waktu semua
akan lenyap. Dan mungkin semua benar-benar lenyap sekarang.
“Kyunie”
Kyuhyun merasakan ada yang menepuk punggungnya dari belakang. Dia hafal betul
suara ini, hanya ada satu orang yang memanggilnya seperti ini, tapi Kyuhyun tak
mau menebak-nebak. Lebih tepatnya dia tak punya nyali untuk menebak. “Benarkan,
ini kau Kyu”
Sedetik..
Dua
detik..
Lima
detik..
Kyuhyun
merasakan déjà vu. Di depannya sepasang obsidian biru, hidung mancung, juga
bibir tipis sexy yang semua terbinggkai rapi. Dia makhluk Tuhan yang cantik,
bukan tercantik, tapi mampu mengalihkan dunia seorang Cho Kyuhyun. “Kyu, are
you okay?”
“Absolutely”
kata Kyu, “Landing jam berapa Noona?” dia mengambil alih koper yang tergolong
cukup besar dari tangan seseorang yang dari tadi dia panggil noona. “Mungkin
sekitar empat puluh menit lalu” terlihat sedikit menimang, melihat jam
tangannya dengan serius. “Kupikir kautak akan datang”
“Kupikir
noona yang sudah lenyap, pergi meninggalkanku seperti dulu” gadis itu
menghentikan langkahnya, menatap mata Kyuhyun lekat. Perjalanan mereka menuju
parkiran terhenti entah untuk berapa durasi.
“Kyunie,
mianhae” ada penyesalan di sana, siapapun bisa mengetahuinya. Kyuhyun
memalingkan matanya dari ikatan tatapan noona-nya “Lupakan” tak ada nada kasar,
tapi suara itu begitu sarat akan luka. “Kau mau kuantar kemana?”
“Apartemenmu,
setidaknya sampai aku dapat apartemenku yang baru. Bolehkan Kyunie?”
***
Min Rin melangkah melewati dua sahabatnya dengan perasaan
senang. Seperti melayang, tapi bukan karena terlalu banyak minum soju atau
semacamnya, ini karena dia terlalu banyak bahagia. Seorang gadis berambut
pendek, tengah menatap ke arah Min Rin, dan gadis yang di tatapnya tak merasa
risih. “Dari mana saja kau?” Taehyun mulai menatap Min Rin dengan tatapan
menginterogasi, seperti biasanya. “Bertemu pangeran” dia menjawab sekenanya,
tangannya memelintir memainkan jaket pinjaman Jung Soo.
Shin Hye membelalakkan
matanya lebar, “Kyuhyun, si anak iblis itu kaubilang pangeran?” baiklah,
ekspresi Shin Hye mungkin terlalu berlebihan. Kyuhyun memang tampan, bukan? Cukup
pantas dipanggil pangeran meskipun ada sisi dalam dirinya yang menyebalkan.
Tapi sayangnya, “Bukan,” sanggah Min Rin, “Dia jauh lebih menarik dari pada
Kyuhyun”
Mata Shin Hye semakin melebar, “Apa aku tak asalah
dengar? Ini pertama kalinya kau memuji namja selain Kyuhyun” dia masih saja
bertingkah heboh, bahkan semakin heboh.“Siapa dia?” Taehyun masih sama,
terlihat tenang.
“Oh matanya menawan, kalian harus melihatnya. Dan dia
memiliki banyak rahasia di matanya” tak menghiraukan pertanyaan Taehyun
sebelumnya, Min Rin lebih memilih mengalihkannya. Taehyun menatapnya tajam,
“Apa kau mencintainya?” “Benarkah? Aku penasaran” dua pertanyaan yang keluar
dari suara yang berbeda itu keluar di saat yang bersamaan. Membuat sosok gadis
dengan pertanyaan pertama melirik si gadis ke dua dengan lirikan yang berkata
‘kenapa kaukatakan hal bodoh Park Shin Hye!’
Dan
Min Rin lebih memilih untuk menjawab pertanyaan ke dua, “Kau memang seharusnya
penasaran”.
Taehyun
mengencangkan ikatan rambutnya, dia cukup sebal karena dua kali pertanyaannya
diabaikan. “Baguslah, jika kautertarik pada lelaki lain, kaubisa memutuskan
hubunganmu dengan Kyuhyun sialan itu kan?”
“I..it.uu,
ah Taehyun, bukankah kau ada janji dengan Kangin? Sebaiknya kaucepat”
***
Kyuhyun
membuka pintu apartemen, menggeret koper besar di tanganya, diikuti langkah
ringan gadis di belakangnya. “Duduklah, noona mau minum apa?” “Teh hangat”
jawab gadis itu singkat, dia mendudukkan tubuhnya di sofa warna coklat milik
Kyuhyun. Ruang tamu ini ditata dengan gaya klasik, seperti permintaannya dulu.
Mata gadis itu menjelajah, sedikit kecewa ketika tak menemukan fotonya. Dia tau
itu harapan yang tak mungkin, semua sudah berakhir tiga tahun lalu, dan apa
yang dia harapkan saat ini? Fotonya dipajang pada sepanjang dinding apartemen?
Berkhayal, bahkan Kyuhyun menerimanya dengan baik saja, dia sudah sangat
bersyukur.
“Secangkir
teh datang, ini tak gratis. Kau harus membayarnya Noona, bisa kautransfer
nanti” Kyuhyun datang dengan dua cangkir di tangannya, satu kopi untuknya, dan
satu cangkir lain untuk gadis itu. “Cih, bukankah tadi kau yang menawarkan
padaku Kyunnie?” dengan desisan yang dibuat-buat, gadis itu bersikap
seolah-olah dia marah. “Tapi aku tak bilang itu gratis”
Dia
meraih cangkir tehnya dan meneguknya, “Geurae, aku memang tak pernah menang
melawanmu”
“Tidak,
kaupernah menang dariku Noona, tiga tahun lalu, kaumenang Chosung Noona”
“Kyunnie,
kaumasih marah padaku?”
“Apakah
itu tak wajar?” Kyuhyun meletakkan cangkirnya, ada ketegangan diantar meraka,
“Kau pergi begitu saja bahkan ketika kita baru memulai segalanya. Apakah aku tak
pantas marah karena hal itu?” sejanak, Chosung menundukkan wajahnya. Dia
tersudut oleh pertanyaan dan tatapan Kyuhyun, “Aku tak punya pilihan”
“Saat
itu aku berkata Noona jangan pergi, dan kaubilang ini adalah impianmu. Lalu
bagaimana bisa kaubilang tak punya pilihan?” hening, tak ada respon.
“Sepertinya, aku memang bukan sesuatu yang pantas dijadikan pilihan, dibanding
kehidupan designmu”
“Kyunnie..”
“Aku
lelah Noona, hari ini hari yang panjang. Kamar tamu ada di depan ruang tengah,
kaubisa memakainya”
***
Sepasang
kaki itu melangkah dengan gontai. Dia benar-benar hancur, baru kemarin dia
merasa bahagia hingga meleleh, sekarang dia harus merasakan keterpurukan lagi.
Semalam, dia tidur di rumah Lee ahjumma, dan rumah itu sepi-sepi saja.
Sepertinya wanita itu memiliki kerja extra di rumah besar keluarga Cho. Tapi
bukan itu yang membuat Min Rin hancur. Ke-tidak-ada-an tanda-tanda Kyuhyun
disanalah yang membuat dirinya bearantakan seperti ini. Entah kenapa setelah
mentari datang esok harinya, dan Kyuhyun belum menghubunginya membuat hatinya
hancur. Dia tak pernah menyangka Kyuhyun benar-benar akan mencampakannya
seperti saat ini. “Kau kesini mau beli buku apa?” itu suara Shin Hye, dia
menemani Min Rin ke toko buku, tapi yang ada Min Rin justru asik dengan
dunianya sendiri. “Han Min Rin!”
“Ne?”
sedikit tersentak, dia baru sadar dari lamunan panjangnya.
“Kau
mau beli apa? Huh, sebenarnya apa sih yang kaupikirkan?”
“Novel”
dengan tergesa Min Rin beranjak pergi, tak mau di desak lebih lama lagi.
Batinnya terlalu lelah untuk membahas semua ini. Hingga tanpa sadar, dia
menabrak seseorang, “Neo?”
“Kau?” Min Rin terpaku beberapa saat. Dia tak pernah
menyangka akan bertemu lagi secepat ini, terlebih di saat dia tak merencanakannya.
“Apa setiap bertemu denganku kausengaja menabrakkan diri?”
“Hentikan
pikiran negativemu terhadapku Tuan P.J.S” Min Rin menyunggingkan sedikit
senyum. Untuk saat ini tiba-tiba dia lupa akan dirinya beberapa menit yang
lalu, akan bagaimana bingungnya dia atas ketidak-ada-an Kyuhyun. Dia lupa. “Jaketmu,
aku tak membawanya”
“Tak
apa” hanya kata itu yang keluar dari mulut Jung Soo, dia memang tak sedingin
ketika mereka pertama kali tabrakan, tapi dia juga tak sehangat Kyuhyun ketika
berhadapan dengan yeoja.
“Ya!
Pabboya! Kauyang mengajakkku tapi kenapa kauyang meninggalkaanku?” sebuah suara
baru berada di tengah-tengah mereka, memecah keheningan sesaat yang mereka
ciptakan.
“Mianhae,
ah iya kukenalkan pada temanku” Min Rin mengalihkan pandangannya dari Shin Hye
ke sosok di depannya. “Dia Jung Soo, orang yang kutemui beberapa hari lalu”
***
Kyuhyun
terpaku memandang beberapa makanan di meja makannya. Hanya ada satu orang
selain dia di apartemen ini, tapi dia yakin itu bukan masakannya. Delivery. Hanya
tebakan sih, tapi tebakan yang akurat. “Ah kausudah bangun?” sosok itu berdiri
di belakang meja, sibuk menata makanannya dengan celemek menggangtung di
badannya, seolah-olah dia telah melewati masa dimana dia harus berkutat dengan
kompor dan sejenisnya. Kyuhyun menyunggingkan senyum tipis, gadis itu masih
sama seperti dulu-tak berubah. Pura-pura memasak dengan enak, dan Kyuhyun harus
pura-pura juga seolah tak mengetahui tipu muslihatnya. Dia kekanakan dan itu
salah satu pemicu kenaapa Kyuhyun mencintainya. “Kenapa hanya berdiri di sana
saja? Makanlah, aku sudah capek-capek masak buat kamu” lelaki itu menguap
perlahan, lalu mendudukkan dirinya pada salah satu kursi, diikuti gadis di
depannya. “Makanlah yang banyak, awas saja jika tersisa” Kyuhyun hanya diam
mendengarkan. Dia tak mau banyak bicara, terlebih tak tau harus bicara apa.
“Kaumau makan yang mana dulu Kyu? Yang ini, atau yang ini?” kembali gadis itu
berceloteh, “Kurasa, yang ini dulu” dan dia sendirilah yang menyimpulkan. “Oh,
aku belum membuatkanmu teh, sebentar..”
“Noona,
tak perlu. Berhenti bicara dan duduklah” Chosung hanya diam menatap Kyuhyun.
Dia tak duduk, tapi juga tak melangkah berlalu meninggalkan meja makan.
“Kyunie, tapi kaukan tak bisa sarapan tanpa minum teh”
“Aku
bisa”
“Tapi..”
“Itu
dulu Noona, semua sudah berubah. Jangan menyamakannya” Kyuhyun memundurkan
kursinya, mengangkat tubuhnya hendak berlalu.
“Kaumau
kemana?”
“Aku
ingin susu”
***
Min
Rin duduk pada salah satu meja café. Tangannya bertopang dagu, menatap lekat ke
arah Shin Hye yang menyantap ice cream coklat yang mereka pesan limabelas menit
lalu, “Jadi ada apa?” dia mulai terlihat serius. Ada ribuan tanya di otaknya,
tapi hanya itu yang sanggup disuarakan. Masih terbayang bagiaman tadi Shin Hye
buru-buru pergi setelah Min Rin memperkenalkan mereka, terlebih, tatapan Jung
Soo yang tak lagi hangat. Ada yang tak beres, dan Min Rin tau itu dengan jelas.
“Apanya
yang ada apa?”
Gadis
berambut panjang hitam itu memutar bola matanya jengah, “Di toko buku tadi, ada
sesuatu antara kau dan Jung Soo. Ceritakan padaku”
“Kau
pasti tak mau mengetahuinya” terdengar helaan nafas panjang, “Itu bukan sesuatu
menarik untuk di ceritakan”
“Ayolah,
aku sangat-sangat penasaran”
“Tidak”
tegas, mungkin itu adalah jawaban tertegas
yang pernah keluar dari mulut Shin Hye.
“Oh
ayolah, aku selalu menceritakan tentang Kyuhyun dan aku kepadamu”
***
Jung
Soo membanting tubuhnya kea rah sofa. Dia di rumah Yesung saat ini, seperti
biasa. “Aku bertemu dengannya tadi” Yesung tak sedikitpun memalingkan wajahnya,
dia tengah melihat hasil selcanya tadi, seperti seorang Jong Woon aslinya.
“Park Shin Hye”
“Hyung,
kau bohong kan? Bagaimana bisa?”
“Dia
teman gadis itu” Jung Soo memejamkan matanya, mengingat kembali pertemuannya
tadi, sekaligus luka yang otomatis ikut teringat. “Dulu, karena ditinggal
eomma, appa bilang jangan percaya pada wanita, karena mereka pembohong” hening
sejenak, Jung Soo mengambil nafas untuk melangkah pada kenangan yang lebih
pahit lagi. “Tapi aku tak mendengarnya. Aku tetap mencintai seorang gadis, tapi
dia mempermainkanku dan pergi begitu saja”
“Hyung,
dia pergi karena dia sepupumu”
“Tidak,
kau tak tau apa-apa. Aku yang tau alasannya Sung, aku tau jelas”
***
“Aku
tak pernah mencintainya, tapi aku menerima pernyataan cintanya” Shin Hye menundukkan
kepalanya dalam, dia tau ini begitu memalukan.
“Berapa
lama kalian pacaran?”
“Dua
tahun mungkin”
Min
Rin menatap tak percaya pada sahabatnya, “Kau memacari seseorang yang tak
kaucintai dan dia sepupumu selama dua tahun? Kau gila”
“Aku
tau. Maka dari itu aku mengakhiri hubungan kami, tapi dia marah padaku”
Min
Rin menyuapkan ice cream ke mulutnya, “Jelas, kau mempermainkannya”
“Karena
itu, kaujangan mempermainkannya. Cukup aku saja. Dia orang yang baik. Kumohon,
jauhi dia. Kausudah punya Kyuhyun kan? Janji ya?” Min Rin hanya terdiam
“Rin-ah, jeball”
“Ne”
***
Setetes
air turun diikuti tetes berikutnya. Derap langkah kaki mulai terdengar semakin
keras, ada banyak langkah yang menghindari hujan. Kyuhyun terdiam di dalam
mobilnya, ada ribuan orang yang lari dari hujan, tapi kenapa gadis itu begitu
menikmati hujan? Dia sendiri saat ini juga tengah lari-bukan-bukan lari dari
hujan. Dia lari dari teka-teki Min Rin yang belum terpecahkan, dia lari dari
kedatangaan Chosung yang tiba-tiba, dia ingin menenggelamkan diri pada
sudut-sudut yang tak terlihat. Tapi sayangnya dia belum bisa menemukan sudut
yang tak terlihat itu, maka dari itu dia hanya bisa lari.
Kyuhyun
mengernyitkan keningnya. Beberapaa saat lalu, ada ajakan pergi ke club, meminum
berbagai macam zat-zat yang memabukkan, juga bertemu beberapa wanita
kenalannya-ya meskipun dalam arti sebenarnya Kyuhyun tak mengenalnya. Seperti
yang kalian ketahui, lelaki itu tak pernah mengingat nama gadis yang tidur
dengannya-namun tanpa disangka Kyuhyun justru menolak hal itu. Club bukanlah ‘sudut
yang tak terlihat’ juga bukan tempat terbaik untuk melarikan diri. Jadi
disinilah dia sekarang, di dalam mobil di parkiran Kyunghee University. Entah
sudah memakan waktu berapa lama dia di sana, lelaki itu bahkan tak melihat jam
di ponsel atau di tangannya. Dia telah tenggelam pada segala macam hal yang
membuat kepalanya ingin pecah. Dia lari dari segala macam hal itu, tapi segala
macam itu justru mengejarnya semakin cepat. Dia mengerang frustasi, beberapa
orang yang melintasi mobilnya mungkin dapat mendengarnya dengan pelan, itupun
dengan catatan sekitarnya tak berisik. “Damn!” dan itu umpatannya entah untuk
yang keberapa belas kali.
Sejujurnya
jauh dalam lubuk hatinya, dia ingin bertemu dengan gadisnya, menemaninya untuk
makan ice cream vanilla di café dekat kampusnya, melihatnya begitu tergila-gila
pada susu coklat hangat. Entah kenapa ketika Min Rin terasa begitu jauh
darinya, Kyuhyun baru menyadari hal itu, dia ingin selalu dekat dengan Min Rin.
Tapi, seberapa besar harga diri Min Rin di matanya, Kyuhyun masih belum
mengetahuinya. Ini tak masuk akal, Kyuhyun selalu bertanya-tanya kenapa Min Rin
menanyakan hal ini berkali-kali. Berbagai anggapan melayang di otaknya, tapi tak
satupun anggapan itu yang mencapai kebenaran. Kenyataannya pahitnya, sampai
saat ini Kyuhyun masih belum mengerti bagaimana Min Rin begitu terluka
karenanya.
Ada
getaran dalam saku jacketnya, diraihnya benda elektronik kecil yang sedari tadi
dia campakan. “Kau dimana? Cepat pulang, ada appamu disini” suara Kyuhyun
terdengar nyaring ketika membaca pesan itu. sebuah umpatan kembali lolos dari
bibirnya. Ini buruk, Kyuhyun tau itu dengan pasti.
***
Terdengar
suara tawa yang begitu keras ketika Kyuhyun membuka apartemennya. Tawa itu
terdenngar hangat, bahkan lebih hangat ketika bersama dirinya. Ada sebersit
rasa iri, meskipun Kyuhyun sadar umurnya terlalu tua untuk merasa cemburu
karena perhatian ayahnya direbut orang lain. Kyuhyun bahkan lupa kapan terakhir
kalinya mereka duduk bersantai seperti itu. “Kyunnie, kausudah datang?” lelaki
itu sedikt tersentak ketika kedatangannya tercium olah Chosung. Dia masih
berdiri, tak berkutik. Merasa kikuk sebenarnya.”Kenapa hanya berdiri saja?
Cepat kesini”
Masih
terdiam, Kyuhyun tak mengukir sedikitpun senyuman. Dia dapat mencium bau
pertengkaran, bahkan sebelum pertengkaran itu terjadi. “Kyunnie, jeball..”
gadis itu-Chosung-mulai memohon dengan tatapan penuh harap. Setidaknya tatapan
itu sedikit memberikan hasil. Kyuhyun memposisikan tubuhnya di samping Chosung,
cukup jauh dengan ayahnya.
“Bagaimana
kabarmu? Lama tak bertemu” “Seperti yang dapat kaulihat” tak ada nada dingin,
tapi juga tak seramah seharusnya. “Bagaimana kaubisa disini?”
“Chosung
yang mengundangku” lelaki muda bermarga Cho itu mengalihkan pandangannya. Menatap
gadis di sampingnya dengan tajam. Chosung tak pernah berubah, tetap lancang,
seperti dirinya yang dulu. Berbeda dengan karakteristik Min Rin, gadis itu
seolah mengerti apa yang Kyuhyun mau, bertindak sehati-hati mungkin.
Sebuah
cengiran lebar terukir di bibir Chosung, “Kurasa kauperlu berbincang-bincang
dengan appamu” dan satu lagi perbedaan mereka, Min Rin tak pernah mencoba
memperbaiki hubungan Kyuhyun dengan appanya. Lelaki itu menghela nafas panjang,
semakin kesini, semakin sering dia membandingkan mereka. “Kau tak perlu
melakukan itu Noona, tak ada yang perlu diperbincangkan”
“Aku
ada” suara tua lelaki itu menginterupsi, mengingatkan jika dia masih ada
disini, mendengarkan perdebatan anak-anak muda di depannya. “Kupikir kauterlalu
sibuk dengan bisnismu” Kyuhyun sedikit mencibir, pertengkaran yang tadi diendus
Kyuhyun kini benar-benar akan dimulai. “Ini demi masa depan bisnisku” ad
sedikit tawa di bibir Kyuhyun. Dia tak pernah berpikir masa depan Cho Group ada
pada apartemen mewahnya. “Tentang..”
“Noona,
bisakah kaumeninggalkan kami berdua? Ini bukan sesuatu untuk kaukonsumsi”
Kyuyuhn tak pernah mengucapkan kalimat ini sebelumnya, setidaknya setiap dia
mulai berdebat dengan appanya-seperti saat ini-Min Rin dengan kesadaran penuh
menarik tubuhnya berjalan mundur, menjauh. Bukan duduk diam seperti Chosung
sekarang, menatap kearah Kyuhyun dan appany seolah di depannya adalah acara
telenovela.
“Tapi
Kyunnie..”
“Ini
urusan keluargaku, dan margamu bukan Cho. Kau lebih tua dariku Noona, kuharap
kau bisa mengerti” Chosung membuka mulutnya, hendak meluncurkan berbagai macam
protes, tapi kemudian mulutnya tertutup lagi, tanpaa sepatahkatapun yang
keluar. Perlahan, gadis kitu mengambil langkah untuk pergi, meninggalkan tempat
itu dengan tak rela.
***
Masih
dengan selembar kertas digenggamannya. Gadis itu memakai telunjuknya untuk
menganilisis satu persatu nomor yang tertempel di gerbang-gerbang rumah. Dia
tak mau mengambil langkah yang salah. Kemarin, Min Rin bertanya pada Shin Hye,
meminta alamat dengan alsan mengembalikan jaket. Dan akhirnya disinilah dia
sekrang, di kawasan perumahan yang hamper tak pernah dia lewati. “50, 51, ah
52”mata itu mengerjap untuk beberapa saat. Sebelumnya dia sudah membayangkan jika
sosok Jung Soo memang orang elit, tapi tak pernah dia bayangkan jika sekaya
ini. Mungkin setingkat atau dua tingkat di bawah Kyuhyun. Gadis itu-Han Min
Rin-menghela nafafs panjang. Dia tak punya cukup nyali untuk melangkah maju.
Meskipun dia sudah sering keluar-masuk rumah Taehyun dan Shin hye, tapi kasus
ini jelas sangat berbeda.
Untuk
beberapa saat yang panjang dia hanya berdiri, angin dingin terasa semakin
menusuk kulit. Min Rin semakin merapatkan sweaternya, sesuatu yang dirajut oleh
Lee ahjumma pada ulangtahunnya dua tahun lalu. Terdengar helaan nafas panjang
sebelum akhirnya membalikkan diri. Mungkin lain kali dia harus mengingatkan
dirinya untuk meminta nomor ponsel pada Shin Hye. Selngkah, dua langkah,
langkah gadis itu semakin berat. Tak yakin apakah hari ini dia harus berjalan
dengan sia-sia. “Hei kau!”
***
“Lebih
baik kaukatakan dengan cepat. Kurasa bisnismu menunggu” Kyuhyun memulai
perbincangan setelah sebelumnya yakin Chosung telah meninggalkan mereka. “Tak apa,
kau juga termasuk bisnisku” lelaki paruh baya itu menyandarkan tubuhnya pada
sandaran sofa, mencoba lebih rileks dengan meletakkan tangannya pada sisi
lengan kiri dan kanan. “Harusnya kau ingat, aku ini anakmu” Tuan Cho tertawa
keras, terdengar melecehkan. Bahkan Kyuhyun tak tau apa yang lucu dari
perkataannya. “Kau itu multifungsi Kyu, bisa dibilang aset baru”
Kyuhyun
memutar bola matanya, sebenarnya apa yang ada di otak ayahnya hingga dia tak
dapat memahami apapun? “Baiklah, bisa kita percepat dan langsung bicarakan
‘bisnis’ yang kau maksud?”
“Kupikir,
hubunganmu dengan Chosung lebih dari baik” “hanya baik” Kyuhyun menatap ayahnya
jengah. Lelaki itu terlalu bertele-tele. “Sebenarnya apa yang ingin
kaukatakan?”
“Bagaiman
jika kalian berdua menikah?” demi apapun, Kyuhyun begitu terkejut. Jika saat
ini dia tengah minum teh atau semacamnya, mungkin dia sudah mati tersedak. Atau
paling tidak, cairan itu akan menyembur keluar dari mulutnya. “Kupikir pebisnis
sepertimu berpikiran cerdas”
“Dia
cantik dan perusahaan leluarganya cukup punya nama di kawasan eropa. Bukankah
ini bisnis yang hebat?” tak menggubris cibiran Kyuhyun, tuan Cho lebih senang
merincikan ‘bisnis’nya, “Menikah dengannya bukan ide yang buruk” ada yang
berbeda pada diri Kyuhyun. Jika tiga tahun lalu ayahnya menanyakan hal ini,
mungkin pipi Kyuhyun sudah memrah menahan malu. Mungkin dari dalam perutnya
keluar ribuan kupu-kupu. Tapi untuk saat ini dia hanya diam. Tak tau harus
merona atau marah, dia berada pada kebimbangan. “Berhenti mengatakan hal yang
tak ingin kudengar” jeda sejenak, lalu Kyuhyun menghela nafas untuk melanjutkannya.
“Bukankah sudah kubilang untuk tidak mencampuri hidupku atau aku tak kan
melanjutkan bisnismu”
“Tapi..”
“Tidak
semua kisah orang kaya itu berakhir dengan perjodohan appa” dengan cepat
Kyuhyun langsung memotong. Dia tak ingin mendengar alasan lebih banyak lagi.
“Chosung
lebih baik dari dia”
Amarah
Kyuhyun mulai memunacak. Sedari tadi dia mencoba untuk bersabar memanfaatkan
pertemuan langka mereka. “Dia punya nama, Han Min Rin” kedua wajah yang saling
berhadapan itu semakin mengeras. “Aku tak ingin menjadi bisnis sepertimu, yang
setelah menikah, menelantarkan eomma” ada hawa ingin saling membunuh yang
semakin kentara diantara mereka. Tak ada yang menyembunyikan pedang di balik
bajunya, atau bersiap-siap untuk menghunus. Tapi tatapan mereka menceritakannya-menjelaskan
jika mereka sanggup membunuh untuk mempertahankan argumen masing-masing. “Cho
Kyuhyun, jaga sikapmu”
“Aku
akan jaga sikap jika kau berhenti memanipulasiku” tangan lelaki tua itu semakin
mengepal. Dalam beberapa hal, Kyuhyun lebih mirip eommanya, tapi dalm hal ini,
Kyuhyun lebih mirip dirinya. “Lagipula, aku tak mengatakan jika aku akan
menikah dengan Min Rin, aku juga tak berkata aku menolak Noona. Lalu kenapa kau
bisa semarah itu?” sejujurnya, tak ada kebohongan dalam ucapan Kyuhyun. Dia
masih bingung member porsi hatinya pada dua wanita itu.
Amarah
yang tadi melingkupi lelaki setengah baya itu sedikit demi sedikit mulai
menguap, “Jadi kaumenerima tawaranku?”
“Tidak,
aku juga tak menerimanya” terdengar santai, tapi membuat tuan Cho kembali
tenggelam dalam amarah. “Sudahlah appa, kupikir kau benar-benar harus pergi
sekarang”
***
Min Rin memicingkan matanya, di depannya-sekitar satu
meter- seorang lelaki dengan kaos putih, juga jaket yang disampirkan di lengan,
berdiri sama kagetnya dengan Min Rin. Bukan hanya sapaan Jung Soo yang terasa
tiba-tiba, tapi juga kedatangan Min Rin yang bahkan lebih tiba-tiba lagi. “Apa
yang kaulakukan disini?”
“Mengembalikan ini” Min Rin menggoyangkan sebuah tas
kecil di depan wajahnya. Membuat Jung Soo cukup yakin apa yang ada di dalamnya.
“Kau sendiri dari mana?”
Mata lelaki itu menurun, memandangi kantong
berukuran sedang di tangan kanannya. “Aku butuh makanan” Min Rin menurunkan
lengannya yang semula sempat terangkat-menggantung-gantungkan tas kecil di
depan wajahnya-dia mungkin terlihat konyol dengan pose seperti tadi, “Ucapanmu
mengatkan seakan-akan kaubisa memasak” sebuah cibiran lolos dari bibir Min Rin,
dan Jung Soo menanggapinya dengan santai. Ada seberkas senyuman di bibirnya.
“Aku?
Tentu saja bisa” dan senyuman itu berubah menjadi seringaian tatkala menatap
wajah takjub Min Rin. Oke, kali ini 1-0 untuk Park Jung Soo. “Jangan hanya
berdiri disana, masuklah, kubuatkan sesuatu” sejenak, Min Rin terlihat ragu.
Tapi akhirnya dia mengikuti Jung Soo, mencoba menyamakan langkah Jung soo yang
begitu cepat. “Kau sedang bersama wanita tuan” tak ada jawaban atas protesan
Min Rin. Tapi perlahan langkah Jung soo mulai memelan. Mereka berjalan
beriringan. Ada senyum yang seolah tak pernah lepas dari bibir Min Rin.
Jantungnya berpacu, untuk pertama kalinya dia memasuki rumah seorang lelaki
selain Kyuhyun tentunya. Berbicara soal Kyuhyun, gadis itu sudah kehilangan
jejak. Seperti ditelan bumi, Kyuhyun bahkan tak menunjukkan bayangannya untuk
memberikan informasi. Min Rin mencoba menghapus sketsa lelaki itu, mencoba
untuk tak terluka ketika mengingatnya, hanya saja semua itu gagal. Bahkan
dengan kehadiran Jung Soo di sisinya, dia masih saja kalut.
“Jangan
berdiri disana saja, masuklah” entah sudah berapa lama dia tenggelam dalam
dunianya. Mungkin cukup lama hingga membuatnya tak sadar sudah berdiri di
ambang pintu rumah Jung Soo. “Kau yakin hanya ingin berdiri di sana?” lelaki
itu meletakkan jaketnya pada salah satu punggung sofa, tangannya bertumpu
disana, berdiri memandangi Min Rin yang masih saja diam tak berkutik. “Han Min
Rin?”
“Ya”
dia baru mendapatkan nyawanya kembali terlalu banyak yang dia pikirkan, terlalu
banyak pula fokusnya menghilang. Gadis itu mulai melangkah, menggangti
sepatunya dengan sandal rumah, berjalan mendekati Jung Soo dengan cengiran
tanpa dosa. “Boleh aku duduk?” “Tentu” lelaki itu menganggukkan pelan, setelah
itu tak bicara banyak.
Min
Rin melemparkan pandangannya meneliti tiap sudut, tak banyak foto yang bisa dia
lihat di tempat ini, nuansa putih dengan design simple lebih banyak terlihat.
Ada satu lukisan abstrak di dinsing belakang sofa yang dia duduki, tepat
bersebrangan dengan pintu. Sedangkan di sebelah kanan sisi ruangan ini, ada
aquarium cukup besar dengan kehidupan hewan bersirip di dalamnya. “Aku masuk
dulu, anggap rumah sendiri” tepat ketika Jung Soo hendak melenyapkan diri,
gadis itu melayangkan protesnya, “Apa kau tega meninggalkan tamumu sendirian?
Aku ingin ikut” tak ada tanda-tanda keberatan di wajah Jung Soo dan Min Rin menganggap
itu sebagai persetujuan.
Kembali
dia mengiukuti Jung Soo. Dapur rumah ini tak terlalu jauh dari ruang tamu,
hanya melewati ruang keluarga dan beberapa ruang lain dengan pintu tertutup.
Min Rin berpikir mungkin itu kamar tidur, atau ruang kerja dan semacamnya. Dia
tak pandai mengira-ngira rumah orang kaya, itu bukan bakat alaminya. “Kau bisa
duduk di sana” Jung Soo menunjuk dapur bersih dengan dagunya, dan Min Rin
dengan patuh menurutinya. Gadis itu duduk santai sambil memandang Jung Soo yang
mulai memakai celemeknya. Sedikit terkikik ketika membayangkan lelaki itu bisa
memasak. Dia bertaruh mungkin hanya ramen instan yang akan disajikan nanti.
“Kau mau masak apa?” Min Rin membenarkan ikatan rambutnya, beberapa poninya
terjatuh menutupi bagian mata, dan itu benar-benar membuatnya mengutuk diri
kenapa tadi tak membawa penjepit rambut. “Lihat saja nanti, kau hanya perlu
melihat dan makan, bukan bertanya”
“Tch,
kau kasar sekali tuan” Min Rin memainkan jemarinya, sambil menghembuskan nafas
pelan dengan wajah menggembung. Tapi ekspresi kesalnya benar-benar tak
dihiraukan oleh Jung Soo. Lelaki itu mengeluarkan beberapa bahan yang tadi di
belinya, sebagian besar Min Rin tak tau itu apa-dia memang bukan tipikal wanita
dapur idaman pria, tapi ya setidaknya dia bisa membuat sup rumput laut ajaran
lee ahjumma-sebagian besar bahan-bahan itu dimasukkan ke lemari es, hanya
beberapa yang masih dikeluarkan. Jung Soo menyalakan kompor dan setalah itu Min
Rin benar-benar tak ingin melihat lebih banyak lagi. Memantau seseorang yang
memasak untukmu tidak ada kata romantis sama sekali, yang ada dia justru
terperangkap dalam kejenuhan. “Aku Bosan”
Jung
Soo menyunggingkan senyumnya, menjawab tanpa berbalik ke arah Min Rin. “Kupikir
kausuka hal romantis”
“Ini
tak romantis tuan, ini membosankan” Min Rin memutar bola mata, benar-benar
menunjukkan kejengahannya. “Sekarang bolehkah aku melihat-lihat rumah mewahmu?”
“Sudah
kubilang, anggaplah rumah sendiri” tanpa menunggu jawaban selanjutnya Min Rin
turun dari kursi yang dia duduki. Melangkah ke arah kanan dapur, nuansa putih
masih dia jumpai. Dan sepertinya semua ruangan di sini memang bernuansa putih.
Min Rin menemukan satu pintu tinggi, dan dia berpikir mungkin tak ada hal
privasi di ruangan ini. Cukup berat dia mendorong pintu tinggi itu, sebuah
perpustakaan besar berada di baliknya. Tanpa ragu, dia melangkah masuk. Min Rin
sendiri salah satu orang yang cukup gila dalam membaca, kesamaan yang mungkin
dia temui pada Jung Soo tapi tidak pada Kyuhyun.
Dia
sudah berdiri pada salah satu rak, banyak novel disana-bacaan yang paling dia
gemari-tapi untuk saat ini dia tak berniat untuk mengambil salah satu,
menyandarkan tubuhnya pada sandaran sofa, dan merampungkan kisah di dalamnya.
Tidak-saat ini dia hanya ingin melihat-lihat. Obsidian Min Rin mulai menyapu satu persatu judul yang tertera
disana, kebanyakn adalah novel adventure atau misteri, meskipun ada beebrapa
yang bergenre romance. Gadis itu mendesah, merasa tak ada yang bisa dilihat
lagi dia melangkahkan kakinya keluar. Kembali mengelilingi rumah ini. Ada
tempat gym yang mengarh ke kolam renang, dan ada tangga ke lantai dua. Rasa
penasaran mendominasi dirinya, dia berjalan menaiki satu persatu anak tangga.
Tak banyak pintu di lantai dua, dari yang Min Rin hitung hanya empat, dia
dapata memprediksi betapa luasnya ruang-ruang itu. Gadis itu meraih salah satu
gagang terdekat dari tempatnya berdiri, tak seperti pintu perpustakaan, pintu
ini lebih mudah untuk dibuka. Dia melongokkan
kepalanya masuk dan cukup terkejut ketika mendapati ini adalah kamar
tidur, tempat yang sangat pribadi. Sejanak Min Rin menimang, tapi mengingat
perkataan Jung Soo untuk menganggap rumah sendiri, membuatnya tetap masuk
seperti orang bodoh tak beretika.
Ada
sebuah ranjang king size di sisi kanan ruangan ini lengkap dengan bantal dan
guling di atasnya. Min Rin mengulas senyum, membayangkan wajah Jung Soo saat
terlelap. Dia pernah melihat wajah Kyuhyun, dan lelaki itu bahkan terlihat jauh
lebih tampan. Tapi Jung Soo, dia belum pernah melihatnya. Demi apapun, dia ingin
melihat wajah Jung Soo saat tidur, merebahkan diri di sampingnya dalam duarasi
yang tak ditentukan. Membayangkan bagaimana wajah lelaki itu, apakah jauh lebih
tampan seperti pangeran-pangeran di cerita dongeng, atau terlihat imut seperti
bayi. Gadis itu melangkahkan kakinya mendekati ranjang, menelisirkan tangannya
menyapu seprai, sebelum akhirnya sebuah ruangan menarik tatapannya.
Pintu
ruangan itu terbuka menampakkan bagian dalamnya. Ada sebuah kursi menghadap ke
pintu, di depannya ada meja dan dua kursi yang letaknya berhadapan dengan meja
sebelumnya. Diatas meja terdapat banyak map, mungkin beberapa pekerjaan yang
harus Jung Soo selesaikan. Min Rin tak mengangkat tubuhnya dari ranjang, dia
tak berminat untuk masuk ruangan itu. Ruangan kerja selalu membosankan, belum
lagi berkas-berkas penting yang mungkin ada di dalamnya. Dia tak mau dituduh
jika ada salah satunya yang hilang, membangkrutkan perusahaan besar adalah dosa
besar yang tak pernah dia bayangkan. Gadis itu menatap lekat kea rah beberapa
lukisan yang menggantung di dinding, kebanyakan bergaya abstrak, mungkin satu
atau dua beraliran surealisme. Lagi-lagi gadis itu tak bisa menemukan foto di
kamar ini, mungkin pribadi Jung Soo sedikit tertutup. “Kau disini ternyata”
sebuah pintu terbuka, ada sesosok lelaki tampan di baliknya. Dia sedikit
melongokkan kepalanya, melihat ke dalam untuk memastikan. “Mianhae” merasa tak
enak, Min Rin menarik dirinya dari ranjang. “Aku tak sengaja” dia menggosokkan
telapaknya ke tengkuk, mencoba mengurangi rasa kikuknya. “Takapa, turunlah.
Masakanku sudah selesai” hanya itu, sebelum akhirnya Jung Soo menenggelamkan dirinya-menghilang
di balik pintu.
***
Kyuhyun
menyandarkan tubuhnya pada sandaran sofa, kakinya dia luruskan, bertumpu di
atas meja. Tv di depannya menyala, acara komedi, tapi dia bahkan sedari tadi
tak tertawa. Tangannya sedari tadi menopang kepala, pusing mendadak setelah
percakapan terpanjanganya dalam bulan ini dengan sang appa.dan lagi-itu karena
Chosung. Dia tak tau harus memberi reward atau justru peringatan pada gadis
itu. “Kau marah padaku?” Kyuhyun hendak menggelengkan keplanya, tapi akhirnya
dia hanya diam. “Tapi kau dan appamu terlihat baik saja Kyunnie, aku tak
mendengar teriakan dari sana” memang tak ada teriakan yang kentara, tapi bukan
berarti tak ada apa-apa yang tidak baik-baik saja disana. Hanya saja Kyuhyun
tak mau membicarakan hal ini-tak perlu. “Lain kali, jangan suruh appa
menemuiku” Kyuhyun menolehkan kepalanya menghadap Chosung, gadis itu sedikit
mengerutkan keningnya. “Kalian perlu..” “Tidak, jika aku perlu mengatakan
sesuatu, aku yang akan menemuinya sendiri” tatapan itu seakan menegaskan:
titik, tak ada koma, dan kau tak bisa membantah. Tatapan yang hanya bisa
dijawab anggukan oleh Chosung. Terjadi keheningan sebentar-hanya
sebentar-karena setelah itu Chosung membuka mulutnya lagi. “Kyunnie,” dia
menyandarkan tubuhnya pada lengan kanan Kyuhyun, menyasap aroma tubuh Kyuhyun
dalam-dalam. Dia rindu aroma ini, candunya. Bahkan lebih memabukkan dari
morfin. “Hmm?” hanya gumaman, tapi Chosung sudah menyeringai senang. Dia pikir,
setidaknya Kyuhyun sudah tak marah padanya.
“Aku
ingin pergi ke suatu tempat” tak ada jawaban, Kyuhyun menunggu Chosung untuk
menyelesaikan kalimatnya. “Ke pantai itu” jantung Kyuhyun bergemuruh. ‘Pantai
itu’ tanpa dijelaskanpun, Kyuhyun sudah tau pantai mana yang Chosung maksud.
“Kenapa tiba-tiba ingin kesana?” “Aku merindukannya” tatapan mata Chosung
menerawang. Kyuhyun dapat melihat gadis itu mengumpulkan berbagai kenangan
dalam hidupnya. Masa lalu-mengenang-memang selalu terdengar indah. “Di paris
juga ada pantai, tapi taka ada yang seperti pantai itu” ada seulas senyum di
bibir Kyuhyun, dia ikut mengenang masa lalunya, kembali ke kehidupannya dengan
Chosung dulu. “Saat itu hari Rabu, tepat saat matahari terbit, kaubilang kau
ingin jadi kekasihku” Chosung memainkan jari Kyuhyun, massih dengan kepalaa
yang bersandar di lengannya. “Ya, dan saat itu aku benar-benar gugup Noona”
lelaki itu menambahkan, ikut merajut kenangan tiga tahun lalu bersama Noonanya.
“Aku takut kaumenolakku, tapi ternyata kau menjawab’Tentu Kyunnie’ ” mereka
terkekeh bersama kala Kyuhyun menirukan nada bicara Chosung saat itu.
“Yeah,
dan kau langsung berteriak setelahnya” Kyuhyun menganggukkan keplanya, “Tentu,
kau tak tau seberapa populernya dirimu di kalangan teman-temanku Noona” Chosung
memutar bola matanya-pura-pura kesal. “Jadi, kau ingin aku jadi kekasihmu hanya
karena aku pupuler?”
“Tidak,”
sedikit gelagapan Kyuhyun membantah. “Tentu saja aku mencintaimu” “Hm, dan aku
masih mencintaimu Kyunnie” Chosung menarik kepalanya dari lengan Kyuhyun,
menatap laki-laki itu tepat di obsidiannya. “Kyunnie, aku serius. Tak bisakah
kita memulainya lagi?” Cho Kyuhyun membuang mukanya perlalhan. Itu terlalu tak
mungkin. Semuany masih membingungkan. “Kau yang mengakhirinya Noona” ada helaan
nafafs panjang dari Chosung. Penyesalan-harapan kebodohannya yang lalu tak
pernah terjadi. “Aku.. benar-benar menyesal” sebulir air mata turun membasahi
pipi Chosung. Gadis itu tak berniat menghapusnya. Dia tak pernah sungkan
terlihat rapuh di depan Kyuhyun. “Tak bisakah kaumemberiku satu kesempatan
lagi?” Kyuhyun mengusap beberapa air mata yang masih tertinggal di pipi
Chosung. Dia tak bisa member jawaban saat ini. Lebih memilih diam.
Kedua
obsidian itu saling bertautan dalam kesunyian. Manik biru itu menatap penuh
harap, sedangkan manik lainnya mencoba menenangkan. Hanya itu yang terjadi
selama beberapa detik, sebelum akhirnya Chosung mendekatkan wajahnya,
memejamkan mata, dan menghapus jarak antara mereka.
Dalam
beberapa detik pertama Kyuhyun terlihat terkejut, tapi dia tak mencoba
melepaskannya. Jantungnya berpacu cepat. Perasaan berdebar yang dulu pernah dia
rasakan, kini kembali mewarnai hatinya. Chosung melumat bibir lawannya.
Perlahan, sangat pelan, seolah ingin menyampaikan cinta pada setiap
pergerakannya. Ragu pada awalnya, tapi akhirnya Kyuhyun memjamkan matanya,
membalas setiap lumatan yang Chosung berikan padanya. Mereka berdua tenggelam
dalam ciuman yang.. panjang.
***
Min
Rin tengah duduk di dapur bersih, melahap topoki buatan Jung Soo, sedangkan
lelaki itu duduk tepat di sampingnya. Kepala Jung Soo bersandar pada lengan,
menatap Min Rin dalam setiap pergerakannya menyuapi topoki. “Apakah ini aman?”
Jung Soo mendengus. Demi apa, bahkan Min Rin menanyakan ini setelah suapan yang
entah keberapa. “Jika tak aman, kau sudah mati dari tadi”
Gadis
itu terkekeh, menertawakan kebodohannya. Dia kembali memasukkan makanan ke
dalam mulut, mencoba untuk menutupi rasa malu. “Rumahmu sepi,” ucap Min Rin
ketika menemukan bahan pembicaraan baru. “Keluargamu kemana semua?”
“Aku
tinggal sendiri” ada raut kesedihan di wajah Jung Soo. Mata menawana yang
banyak menyimpan rahasia itu kini mulai terbuka. “Appa meninggal bertahun-tahun
yang lalu”
“Ah
mianhae. Keundae ibumu?”
“Eomma
pergi meninggalkan kami berdua, itu sudah sangat lama” Jung Soo memasukkan satu
suapan ke mulutnya, nadanya tenang. Tak ada amarah seperti ketika Min Rin
menceritakan kisah yang sama. “Jadi, itu kenapa kau mengatakan kaum perempuan
begitu brengsek?” Jung Soo tersenyum, lalu menggelengkan kepala seraya berkata “Tidak
juga, Nona kau begitu sok tau” gadis bermarga Han itu mendengus cukup keras,
membuat bibir di sampingnya kembali melengkungkan sebuah senyuman. “Bagaimana
kau tau rumahku?”
“Keuge..
Park Shin Hye, aku bertanya padanya. Tapi, aku benar-benar tak menyangka kalian
memiliki sesuatu yang rumit” Gadis itu bukan orang yang naïf, hanya saja dia
tak memahami suasana saat ini. Dia tak menyadari bagaiman dia mendorong
tubuhnya ke lubang singa. Merasakan hawa tak baik disampingnya hingga membuat
bulunya bergetar pelan. Sedangkan lelaki disampingnya meletakkan garpunya di
atas piring, giginya tak bergemeretak, dia diam tapi justru itulah yang membuat
ini semakin mengerikan. Ketahuilah, kau tak akan pernah bisa lolos dari singa
yang mengintai dengan diam dibanding mereka yang mengaum keras. “Aku tau ini bukan topik yang harusnya
kupilih, tapi dia sahabatku. Dan ini sedikit mengejutkan”
“Bukan
kau yang seharusnya paling terkejut” Jung Soo tersenyum, matanya menatap tepat
ke lingkaran coklat di mata Min Rin. Tapi itu tak terlihat sama seperti
beberapa saat yang lalu, itu tak terlihat bahagia, bahkan setitikpun tak ada. “Kau
benar. Ah kenapa ruangan ini jadi panas sekali,huh ?”
***
Entah
kenapa Kyuhyun berubah menjadi lelaki baik, akhir akhir ini dia lebih sering di
kamarnya. Dia tak pernah lagi pergi ke club, atau bertemu gadis-gadis pemicu
pertengkarannya dengan Min Rin. Dia masih terkejut dengan kembalinya Chosung, rasanya
seperti tak mungkin gadis itu kembali lagi ke Korea, berada di sisinya bahkan
setelah apa yang dia katakan. Juga rasanya tak mungkin pula dia bisa memecahkan
teka-teki Min Rin, jika kondisinya masih seperti ini. Dia teralu sibuk dengan
rasa terkejutnya yang rupanya tak terlalu diperlukan hingga tak pernah
menghubungi gadisnya. Kyuhyun tau, ada yang tak beres ketika seseorang yang
pernah menjadi gadisnya membuat dirinya lupa untuk menghubungi gadisnya,
membuat dirinya yang sudah menyedihkan menjadi semakin menyedihkan.
“Kyunnie,”
seseorang membuka pintu kamarnya, Kyuhun merasa tak perlu repot repot
menegakkan badan, dia tau benar siapa orang itu. “Kyunnie” ulangnya dan hanya
dijawab gumaman pendek oleh Kyuhyun. Dia masih terbaring dan Chosung berdiri
disamping ranjangnya, mata Kyuhyun yang mulanya menatap ke langit langit
memutar perlahan ke arahnya. “Aku benar-benar ingin ke pantai yang waktu itu”
dia merengek seperti anak kecil, benar-benar seorang Chosung. “Kau bisa pergi
sendirikan Noona” “Tapi aku ingin pergi denganmu”Kali ini Kyuhyun bangun,
menyandarkan tubuhnya pada sandaran ranjang. Kepalanya sudah cukup penuh dengan
maslah Min Rin dan kehadirannya yang tiba-tiba, dan sekarang dia justru
menambhkan satu hal lagi yang harus dipikirkan. “Aku sedang tak ingin
kemana-mana, ada banyak hal yang harus kupikirkan Noona” Chosung mempoutkan
bibirnya, tanda jika dia tak setuju dengan keputusan Kyuhyun. Hal yang sama
yang sering dia lakukan dulu. “Kau bisa menenangkan pikiranmu disana. Ayolah
Kyunnie, Jebal”
“Baiklah”
pada Akhirnya Kyuhyun tetap mengatakan ‘iya’, meskipun ada satu titik di
hatinya yang mengatakan dia harus menyesal setelah menyetujuinya.
***
“Kyuhyun
sialan!” Min Rin mengumpat entah untuk yang keberapa kali, dia sudah mengecek
ponselnya untuk yang kesekian kali tapi semenjak pertengkaran itu Kyuhyun tak
pernah menghubunginya, sejak tadi hanya pesan Jung Soo yang membuat ponselnya
bergetar. Memang setelah mereka bertukar nomor di rumah Jung Soo hari itu,
mereka jadi sering berhubungan satu sama lain. Tapi Kyuhyun? Entahlah.
Min
Rin menghela nafasnya panjang. Angin pantai menerpa wajahnya, menerbangkan beberapa
helai hingga berantakan lalu memaksa tangan kanannya keluar dari saku jaket,
menyembunyikan beberapa helai tadi dibalik telinga sedangkan tangan kirinya
menenteng sepasang flatshoes. Bagaimanapun juga, menghilang sampai ke inti bumi
bukanlah gaya Kyuhyun. Dia bukan tipe pria yang akan menuruti teriakan Min Rin,
dia akan kembali karena gadis itu rasa dia tak pernah memiliki urat malu. Tapi sekarang,
menghilang? Bagaimana bisa?
“Min
Rin-ssi?” Mata Min Rin melebar, pertanyaan ‘bagaimana bisa’ yang dia lontarkan
sebelumnya seperti terjawab sudah. “Benar! Ah Kau Min Rin-ssi, aku benar-benar
merindukanmu! Kyu, bukankah dia adik kecilmu itu?”
“Eon..
Eonni, kenapa kau kembali?” ini benar-benar hebat, ketika dia masih bisa
berdiri tegak disana, dengan suara gemetar dan air mata yang rasanya hampir
tumpah. Jemari Chosung mennggelantung dengan nyaman di lengan Kyuhyun, tak ada
rasa canggung bahkan mereka terlihat seperti pasangan. Perlahan Min Rin meremas
jaketnya, dadanya terasa sesak. Dia seperti kembali pada mimpi buruk yang telah
lama dia tinggalkan, mimpi yang dulu menghantuinya kini justru datang di
hari-hari dimana dia harusnya bahagia.
Min
Rin menatap lekat ke arah Kyuhyun, mangatakan jika ini terlalu sakit, tapi
lelaki itu hanya membalasnya dengan pandangan datar. Gadis itu menggeleng
beberapa kali, dia tau Kyuhyun begitu kejam, tapi ini terlalu mengejutkan jika
Kyuhyun sekajam ini. Entah sejak kapan air matanya meleleh, pertahanannya
hancur. Remasan di jaketnya semakin kuat, dia tak peduli orang orang
melihatnya, dia tak peduli lagi jika yang didepannya adalah Kyuhyun dan
Chosung, dia sudah pernah terlihat rapuh di depan Kyuhyun, lalu apa bedanya
dengan sekarang?
“Kyu,
apa terjadi sesuatu antara kalian ketika aku pergi?”
“Tidak
ada, kami masih sama. dia hanya adik kecilku” Kyuhyun bahkan mengatakan itu
dengan menatap mata Min Rin, lelaki itu terlalu berani, terlalu percaya diri
untuk menghancurkan hidup Min Rin. “Benarkah? Lalu kenapa Min Rin menangis
seperti itu?”
“Dia..
hanya merindukanmu”
-tbc-
Tunggu
part selanjutnya, maaf kalau ini mengecewakan. Makasih buat yang uda baca. Sering
sering kunjungi http://alwaysbejewels.blogspot.com/
Follow juga@amd15_ ya ^^
Tidak ada komentar:
Posting Komentar