Author : JewelAMD
Tittle : Bad
Life Part 3
Genre : Romance,
angst, family
Cast :
- Han Min Rin
-
Cho
Kyuhyun
-
Park
Jung Soo
-
And
other cast
Rating : PG15
Length: Chapter
A/N :
ANNYEONG!
Part 3 datang. Sepertinya ini bakal jadi part
yang terpendek. Heheh teruslah membaca dan tinggal komen, please. Oke,
Happy reading
----------------------------------------------------
"Yeobseo"
wanita itu mengulang sekali lagi, tapi sosok Min Rin hanya terdiam membeku
ditempatnya. "Nuguya? Bicaralah, jika tidak, akan kututup" Han Min Rin
masih tetap sama, diam. Tangannya bergetar.
"Siapa
itu?" dan suara lelaki itu membuat Min Rin tergerak untuk memutuskan sambungannya.
Mata
gadis itu memanas, hatinya hancur. Seorang Cho Kyuhyun, lelaki yang sebenarnya
begitu dicintainya, lelaki yabg berulang kali menyayat hatinya, kini kembali
mempermainkan hatinya. "Sampai kapan aku harus bertahan Cho?"
***
Kyuhyun
mengusap beberapa tetes air yang masih melekat di tubuhnya. Beberapa menit
lalu, dia telah keluar dari kamar mandi, membersihkan tubuhnya yang mulai lengket.
Dilihatnya sosok wanita yang bahkan dia sendiri lupa namanya, kebiasaan seorang
Cho Kyuhyun untuk bersama wanita hanya dalam hitungan hari tanpa mau
susah-susah mengenalnya, tentunya Min Rin tak termasuk dalam golngan itu.
"Nuguya?
Bicaralah, jika tidak, akan kututup" suara wanita itu sedikit kesal,
tangannya tengah menempelkan ponsel di telinganya.
"Siapa
itu?" pertanyaan Kyuhyun sontak membuat gadis itu membalikkan badannya.
Wajah lelaki itu sedikit mengernyit, menyadari jika ponselnyalah yang ada di
genggaman gadis itu. "Ya! Siapa suruh kauangkat telefonku!" dengan sigap
Kyuhyun menyambar ponselnya. Wajahnya benar-benar terlihat emosi ketika
mendapati nama siapa yang tertera pada layarnya. Sambungan itu telah terputus,
entah sudah sejak berapa menit yang lalu. "Sial!" Kyuhyun sedikit
mengumpat, memakai kaosnya, lalu menyambar jaketnya. "Mulai sekarang,
jangan hubungi aku lagi"
***
"Berhentilah
membaca novelmu, kau tak mau makan hyung?" sosok berambut hitam yang
memliki nama lahir Kim Jong Woon itu menyodorkn pasta buatannya, tiga bulan lebih
dia belajar untuk membuat itu. Sedangkan sosok yang dipanggl hyung itu masih
diam, terkesan termenung. "Hyung, ini tak akan membunuhmu. Cobalah sedikit
saja" sosok itu hanya trsenyum, menutup novelnya sekilas. Bukan, bukan karena
perkataan Yesung yang lucu, tapi satu pemaparn pada novel itu yang cukup
membuatnya geli. "Sung"
"Hmm"
hanya gumaman, lelaki itu tak berniat menoleh. Menikmati rasa pastanya yang
pas-pasan.
"Apa
kau percaya cinta?" sedetik kemudian lelaki bernama Yesung itu tersedak.
Tak percaya dengan apa yang dia dengar, sosok hyungnya menyebut kata sakral itu?
Bahkan sudah lama rasanya dia mendengar bab ini dibahas.
"Kk-kenapa
tiba-tiba kau tanyakan?" sebelumnya lelaki itu mengambil segelas air putih,
menghilangkan sedikit tersedaknya.
"Kalau
begitu, apa yang kaupikirkan tentang cinta?"
Sekali
lagi, sosok itu mengernyit bingung. "Ya hyung, apa yang terjadi
padamu?"
"Aku
tanya, apa yang kau pikirkan tentang cinta?"
"Baiklah,
aku kalah. Cinta itu merupakan perasaan tulus, cinta itu indah" Yesung
mengakhiri kalimatnya, wajahnya terlhat seperti seseorang yaang tengah membca
puisi di depan wanitanya. "Kau sendiri?"
Sosok
itu sedikit menyeringai, "Cinta itu, kebohongan" dan dia kembli
membenamkan dirinya pada novel merahnya. Membuat Yesung menatapnya nanar, dia..
berubah sejak dua tahun lalu.
***
Kyuhyun
menginjak remnya, memasuki kawasan Universtas. Bukan, ini bukan Kyunghee
University, ini Universitas tempat gadisnya berada. Lelaki itu melangkahkan
kakinya, dia tau pasti perempuan itu ada disini, hari ini, dia ada kelas.
Kyuhyun mengedar pandangannya, tak ada sosok Min Rin ditaman, dia kembali
melangkahkan kakinya ke tempat lain. Menyusuri beberapa lorong, dan terakhir
kantin. Obsidian Kyuhyun kembali mencari. "Kenapa kau lari?" Kyuhyun
memeluk tubuh Min Rin dari belakang, gadis itu sedikit terkejut.
"Lepaskan
aku Cho!" penuh penekanan. Mendengar suara Kyuhyun, membuat luka yang ada
pada gadis itu menganga lebar.
"Biarkan
seperti ini, aku merindukanmu" Min Rin memahat senyum getir di bibirnya.
"Kau merindukanku? Atau merindukan wanita yaang kemarin?"
"Mianhae"
dan untuk keberapa kalinya penyesalan Kyuhyun membuat dirinya muak. Gadis itu
melepas paksa tangan Kyuhyun dari tubuhnya.
"Apa
hanya kata maaf yang bisa kauucapkan? Aku muak Cho"
"Lalu
apa yang kauingnkan? Aku berlutut didepanmu?" suara Kyuhyun meninggi. Oh
ayolah, harusnya dia bukan orang yang terserang emosi saat ini.
"Aku
bertanya sekali lagi Cho Kyuhyun! Seberapa rendah harga diriku dimatamu?"
Kyuhyun tak menjawab, diam. Dia tau, Han Min Rin marah padanya, bahkan untuk kesalahan
yang tak pernah benar-benar Kyuhyun sadari. "Jangan temui aku, sebelum kau
tau jawabannya" dengan cekatan Min Rin menyambar tasnya, meninggalkan Kyuhyun
juga dua sahabatnya yang masih memaatung. Hari ini, gadis itu begitu lelah, dia
ingin menangis, ingin berlindung dibalik tubuh seseorang. Seorang Han Min Rin,
kembali menjadi rapuh.
***
Gadis
itu memandang bangunan di depannya dengan penuh tanda tanya, dia tak tau alasan
pasti kenapa langkah kakinya membaawanya kesini. Tempat ini, terakhir dia datang
kesini mungkin seminggu yang lalu. Ketika dirinya dan Kyuhyun dilanda masalah yang
sama seperti saat ini. Untuk sesaat, Min Rin menatap bangunan itu, matanya terlihat
berkaca. Sebagaimanapun bibirnya berucap kasar, sebagaimanapun otaknya
mengorganisir hal kejam, seberapapun dia mencoba meyakinkan orang lain dan
dirinya jika dia sudah tak memliki siapapun di dunia ini smenjak sepuluh tahun
lalu, tapi jauh di lubuk hatinya dia sesekali merindukan sosok it. Min Rin
mengusp air matanya, dia tak pantas menangisi seseorang yang bahkan telah
menghancurkan kebahagiannya. Gadis it menghela nafas beratnya, memandang bangunan
di depannya untuk beberapa detik, sebelum akihrnya membalikan badannya, hendak
meninggalkan tempat itu.
"Min
Rin, kau kah itu?" Han Min Rin menolehkan kepalanya, mendapati sesosok
wanita dengan kantong belanjaan di tangan kirinya, sedang tangan kanannya
menggandeng bocah lelaki berumur tujuh tahun. "Ah benar" tutur wanita
itu ketika dirinya melihat penuh wajah gadis di depannya.
"Aku
hanya kebetulan saja lewat sini"
"Kalau
begitu mampirlah, aku akan buatkan
coklat hangat kesukaanmu"
"Eomma"
potong bocah itu, sedikit tak suka dengan usul sang eomma.
"Tak
perlu" penolakan itu tak terdengr setajam biasanya. Min Rin melangkahkan
kakinya, berjalan memunggungi wanita itu. Sedangkan bocah yang tadi dia gandang,
sudah masuk terlebih dulu ke rumahnya.
"Sebentar
saja, Heechul tak ada di rumah" sejenak gadis itu menghentikan langkahnya,
otaknya berputar dengan keras. "Aku mohon"
"Mungkin
sepuluh menit" dan secercah senyuman tersungging di bibir wanita itu.
Tanpa ba-bi-bu lagi, ditariknya tangan putrinya memasuki pekarangan rumahnya.
"Duduklah disini, kubuatkan coklat hangat dulu"
Min
Rin menghela nafasnya begitu panjang ketika perlahan bayangan tubuh Jieun menghilang
dari hadapannya. Gadis itu benar-benar merutuki kebodohannya, dirinya tak seharusnya
menerima tawaran Jieun, dirinya tak seharusnya serapuh ini, dia harus menjadi
seorang Han Min Rin yang dingin. Melupakan hati kecilnya, melupakan rasa rindunya
akan belaian, dia ingin menghitam maka dia harus hitam seluruhnya. Perasaan
rindu ini, perasaan lemah ini, harus dia bakar, diganti dengan kekerasan hati.
"Yeobo,
aku pulang.." suara berat itu membuyarkan semua pemikiran Min Rin. Terpaksa,
gadis itu memalingkan wajahnya ke arah pintu. Dan betapa terkejutnya dia
mendapati sosok lelaki yang begitu dibencinya berdiri disana. "Ah, ada kau
Min Rin?" pria itu mengukir senyum manisnya, berbandnig terbalik dengan tubuh
kekarnya. "Bagaimana kabarmu?"
"Berhenti
basa-basi Heechul-ssi" dingin, amarah gadis itu kembali membuncah ketika
melihat wajah itu.
"Apa
seorang appa yang menanyakan keadaan putrinya itu basa-basi?"
"Sudah
kubilang, kau bukan appaku!" teriak, seorang Han Min Rin benar-benar marah
saat ini.
"Sampai
kapan kau akan marah padaku?" Kim Heechul, lelaki dihadapannya terlihat
frustasi. Dia benar-benar di cap penjahat oleh gadis di depannya. "Sampai
kau bisa memutar waktu, dan tak menggoda istri lelaki lain, dengan begitu Byul
Yi tak akan mati"
Heechul
menghela nafasnya, "Kau tau itu tak akan mungkin"
"Dan
tak mungkin pula aku memaafkanmu bodoh!" Min Rin menyambar tasnya, berjalan
dengan tergesa keluar dari rumah ini, melewati dua pemuda yang sejak bermenit-menit
lalu berdiri diambang pintu. Mereka menatap heran Min Rin yang semakin berjalan
menjauh.
***
Pandangan Kyuhyun terfokus pada secangkir Cappucino yang
ada di hadapannya. Disampingnya, I-phone hitamnya meraung-raung tak jelas,
menampilkan satu per satu deretan nomor yang melakukan panggilan terhadapnya, tapi
lelaki it uterus mengabikannya, tak berniat untuk merespon.
“Seberapa
rendah harga diriku di matamu?” sejak lima menit yang lalu pertanyaan Min Rin
terus membayanginya. Memeras otak cerdas lelaki itu untuk menemukan jawaban,
menemukan kebenaran dan keberaniannya, tapi seperti sesuatu yang kosong, IQ-nya
yang tinggi tak dapat membantunya sama sekali.
Terdengar
helaan nafas panjang, ia terlihat mulai lelah, “Berapa harga dirinya bagiku?
Berapa?” Kyuhyun membuka mulutnya, bertanya pada segumpal darah dalam dirinya,
pada apa yang orang sebut hati, lubuk jiwanya. Sedetik, semenit, Kyuhyun masih
menunggu hatinya menjawab, namun yangdia dapat hanya sebuah gema dari
pertanyaannya, hatinya kembali memprtanyakan itu pada titik lain dalam dirinya.
Sebuah tindakan yang sia-sia, Kyuhyun tau itu terlalu bodoh, tapi konyolnya
Kyuhyun tetap melakukannya.
Disekitarnya,
belasan mata dengan mascara tebal menatap ke arahnya. Bising, banyak orang di
sekelilingnya tapi tak satupun yang bisa dia tanyai, tak ada satupun dari
mereka yang akan tau jawabannya, begitu piker Kyuhyun. Lelaki itu semakin
menyelami Cappucinonya, mencari jawaban dari secangkir minuman yang dia
anggurkan. Dia ingin segera memecahkan pertanyaan yang semakin lama berubah
menjadi teka-teki, dia ingin segera bertemu wanitanya. Masih dia ingat tatapan
Min Rin saat itu, tatapan penuh amarah, kekecewaan, dan luka. Seperti tatapan
seseorang yang dia kenal ebebrapa tahun lalu.
Kembali
dia menghela nafas panjang, kali ini diteguknya Cappucino yang sedari tadi
hanya di tatapnya. Dia sudah memebayyar, dan saying jika harus membuangnya
dengan percuma. Akal sehat lelaki itu berputar dengan keras, seharusnya dia
cukup mengatakan ‘Kau yang paling berharga dalam hidupku’ atau ‘Harga dirimu
memang tinggi’ tapi bagi Kyuhyun untuk mengucap serentet kata itu terlalu
susah. Terakhir kali dia mengucapkannya, beberapa hari lalu di rumah Lee
ahjumma, dan setelah itu lidahnya terasa kelu. Seperti berbohong, meskipun dia
tak yakin dia berbohong karena apa. Pada permasalah harga diri, atau pada
masalah lain yang bahkan belum Kyuhyun pahami saat ini.
***
Langit
terlihat menggelap. Tak ada tanda-tanda hujan akan datang, bahkan gerimipun tak
menunjukkan dirinya pada bumi. Hanya sesekali semilir angin melambai dengan
rasa dingin yang siap menusuk hingga ke tulang. Sepasang tangan dengan jemari
lentik mulai menarik resleting jacketnya, menenggelamkan tubuhnya semakin dalam
untuk mencari kehangatan. Telapaknya mulai di gosokkan, dia tau ini tak kan
menimbulkan api, tapi setidaknya ada sedikit rasa hangat yang tercipta. Berulangkali
dia menggosokkan tangannya, hingga akhirnya dia mulai bosan dan memasukkannya
pada saku jacket yang dia beli hasil berburu diskon 30% dua bulan lalu. Keplanya
mendongak menatap langit, dia berharap hujan turun. Ada banyak hal yang perlu
dia ceritakan, ada banayak tangisan yang menunggu dikeluarkan, dan dia butuh
hujan untuk menyamarkannya.
Saat
ini, dia tengah bersandar pada sebuah took yang tutup. Kakinya sedari tadi tak
bisa diam, sebelah kanannya menhghentak pelan, sedangkan yang kiri diam menjaga
keseimbangan. Sudah sekitar sepuluh menit dia berada di tempat ini, menunggu
seseorang. Seseorang yang dia tak tau namanya tapi begitu ingin dia temui.
“Oh
chogiyo!” dua sosok itu menolehkan mukanya. Sedikit mengernyit mendapati
seorang wanita yang tak dikenal melambai kea rah mereka.
“Apa
kita pernah bertemu?” tanya Yesnung ketika gadis itu ada di depan mereka.
“Kurasa
buku kita tertukar” ucap sang gadis tanpa memperdulikan pertanyaan Yesung
sebelumnya. Dia mengelurakan sebuah novel dengan sampul merah dan menyodorkan
buku itu tepat di depan lelaki yang lain. “Tuan P.J.S apa itu kau?” gadis itu –Han
Min Rin-mulai bertanya lagi.
“Ya,
apa kau ingin kita bertukar lagi?” kini, giliran si lelaki yang bertanya. Dia merasa
tak ada bedanya bukunya dengan gadsi ini, dia bahakan tak menyadari benda ini
telah tertukar.
“Kupikir,
akan lebih baik aku memegang bukuku sendiri”
Lelaki
itu hanya mengangguk lalu menolehkan badannya, “Sung bukuku ketinggalan di
rumah, ambilkan”
“Ya Jung Soo hyung!” Yesung mulai mendengus kesal. Bahkan
dia tak mengatakn tolong, seperti budak saja. Itu yang Yesung pikirkan.
“Nona ini yang meminta” dan tak oerlu menunggu lama, Kim
Jong Woon telah menhilang dengan menggeret kakinya malas.
“Jadi,
kita akan menunggu di sini?” tanya Min Rin sepeninggal Yesung.
“Atau
kau ingin masuk?”
“Tidak,
itu ide yang buruk” Min buru-buru menggelengkan keplanya memberi penolakan. “Mungkin,
kita bisa jalan-jalan sebentar” lanjutnya
“Terserah
padamu” merasa tak ada hal yang merugikan, Jung Soo tak punya hak untuk
menolak.
Mereka
berjalan beriringan, beberapa langkah pertama terkesan canggung. Mereka hanya
saling diam dan melangkah, hingga Min Rin membuka suaranya untuk yang pertama
kali. “Kau mengenal orang itu?”
“Orang
itu?” Jung Soo mengulang pertanyaan Min Rin, merasa tak jelas dengan kata ‘itu’
yang dipakai.
“Heechul
maksudku” ucap gadis itu member penjelasan.
“Dia
guru SMA-ku, kami cukup dekat” Min Rin hanya menganggukkan kepalanya, tak tau
harus berkata apa.”Kau sendiri?”
Gadis
itu sedikit terlonjak, dia tak pernah menyangka Jung Soo akan menanyainya, “Dia
mimpi buruk dalam hidupku” sedikit menghela nafas, Min Rin membuang mukanya. Tak
maua wajahnya yang menyedihkan dilihat lelaki itu.
“Kurasa
kau keterlaluan, uacapanmu padanya tadi, aku melihatnya”
“Tidak,
aku tak pernah keterlaluan pada orang-orang itu” pandangannya beralih, menatap
Jung Soo lekat, ”Dia selingkuhan Jieun”
Jung
Soo menghela nafas berat, baru dia lihat ada kebencian sebesar ini “Ibumu?”
“Lebih
tepatnya mantan” suara gadis itu terdengar tajam, meskipun ada luka disana.
“Kaum
perempuan memang brengs*k, kau bahkan mengakuinya”
“Ya!
Kau mengatakan itu di depan seorang gadis, bodoh!” Jung Soo hanya menyeringai,
matanya terlihat menawan meskpun kabut itu masih ada.
Terjadi
keheningan setelahnya, mereka masih berjalan. Angin bertiup semakin kencang,
dan hawa dingin makin terasa. Tiba-tiba hujan turun dengan derasnya, tanpa
didahului oleh gerimis. Jung Soo menarik lengan Min Rin pelan, mengajaknya
untuk berteduh. “Tak perlu, aku butuh hujan saat ini. Kau bisa berteduh sendiri”
Jung Soo mengernyitkan dahinya, sebelum akhirnya menyelipkan tubuhnya di depan
pertokoan. Membiarkan gadis itu bersenang-senang dengan hujannya.
***
Kyuhyun
memasuki apartemennya, dia langsung merebahkan tubuhnya pada sofa. Dia sudah
datang ke rumah Lee ahjumma danmenunggu sekitar satu jam di san, tapi gadis itu
tak menunjukkan batang hidungnya. Dia sudah mencoba menghubungi ponsel Min Rin
dan yang dia dapat hanyalah panggilan tak terjawab. Kyuhyun juga mengunjungi
rumah Taehyun dan Shin Hye tapi mereka menolak kehadiran Kyuhyun dengan
serempak.
Laki-laki
itu menatap nanar keluar jendela. Hujan. Bahkan sampai saat ini dia masih belum
bisa memecahkan teka-tekinya. Sedangkan otaknya sajah sudah lelah untuk
memikirkan semua ini.
Telepon
bordering entah untuk ke berepa kali hari ini. Awalnya Kyu berniat untuk
mengabaikannya, sebelum dia berpikir mungkin saja itu Min Rin.
“Yeobseo”
sedetik..dua detik.. Kyuhyun mulai ragu.
“Kyu
ini aku”
“Nn..noona”
_TBC_